kenapa dinosahurus bisa musnah(punah)

buddye8910i

New member
knp ya ini pertanyaan yg kontro versial ada yg bilang punah karna jatuhnya asteroit ato meteor besar, ada juga yang bilang karna ledakan gunung vulkanik yg dasyat, ada juga yg bilang karna virus..

mari kita share disini

itung2 menambah pengetahuan<3D
 
Kepunahan dinosaurus pada ujung Kapur agaknya akan menjadi perdebatan tak
habis-habisnya. "Conventional wisdom" saat ini mengatakan bahwa dinosaurus
punah dari Bumi ketika asteroid atau komet membentur Bumi pada K-T Boundary
70-65 juta tahun yang lalu (K=Krijt=Krede=Cretaceous=Kapur, T=Tersier).
Benturan ini selanjutnya telah menerbangkan debu ke angkasa, membuat lapisan
debu sangat tebal di atmosfer yang menyelubungi Bumi, menahan sinar Matahari,
mendinginkan Bumi, selanjutnya membunuh tumbuhan dan banyak hewan termasuk
dinosaurus oleh proses berantai. Kawah benturan benda langit itu telah
ditemukan di sekitar Semenanjung Yucatan, Teluk Meksiko. Lapisan jelaga sisa
kebakaran hutan dan selapis tipis iridium asal angkasa luar pun telah ditemukan
dan berumur 70-65 juta tahun di banyak tempat di seluruh dunia. Teori
extra-terrestrial ini banyak dianut orang, menjadi conventional wisdom.

Tantangan pernah muncul dari hipotesis lain. Justru planet Bumi yang memanas
karena massive volcanism-lah penyebab dinosaurus punah, bukan planet Bumi yang
mendingin karena sun block seperti kata teori extra-terrestrial. Maklum,
dinosaurus dianggap hewan poikilotermik (berdarah dingin, juga mungkin pembunuh
berdarah dingin - tentang dinosaurus poikiliotermik atau homeotermik masih
diperdebatkan ), sehingga mereka tak serta-merta bisa menyesuaikan diri dengan
lingkungan yang memanas. Memang, di ujung Kapur itu volkanisme planet Bumi
meningkat.

Bagaimana kalau extra-terrestrial impact berhubungan dengan volkanisme yang
meningkat pada periode yang sama pada ujung Kapur itu ? Itu yang pernah saya
ulas beberapa tahun lalu di milis IAGI dalam tulisan teori antipodal - di satu
titik di Bumi dibentur, di titik lain yang posisinya berlawanan (antipode)
terjadi massive volcanism, dalam teori mantle superplume ini mungkin saja.

Hipotesis lain yang pernah dimunculkan adalah bahwa dinosaurus punah karena
alergi yang berhubungan dengan berkembangnya tumbuhan berbunga. Memang,
angiospermae alias tumbuhan berbunga itu mulai muncul di ujung Kapur dan makin
banyak melalui Tersier. Hipotesis lainnya lagi adalah bahwa dinosaurus punah
karena penyakit, penyakit apa tak diterangkan lebih jauh.

Hipotesis kepunahan karena penyakit mendapatkan "suntikan darah segar"
baru-baru ini. Majalah Time tanggal 14 Januari yang lalu mengulas sebuah buku
baru berjudul "What Bugged the Dinosaurs" (the Princeton University Press) oleh
George Poinar dan Roberta Poinar. George Poinar adalah seorang ahli zoologi
dari Oregon State University dan mantan konsultan WHO untuk penyakit2 infeksi.
George Poinar juga punya spesialisasi dalam serangga-serangga purba yang
terawetkan dalam getah damar (amber) - ingat film Jurassic Park, dari situ
dinosaurus dihidupkan - juga ahli dalam kotoran dinosaurus yang sudah memfosil
(hm..ada juga keahlian seperti itu). Suami isteri ini dalam penelitian fosil2
kotoran dinosaurus (semaca koprolit -lah) telah menemukan berbagai organisme
parasit di dalamnya, misalnya nematode, lalat2 pengginggit, parasit2 yang hidup
di usus yang semuanya berumur Kapur. Dari beberapa spesies serangga yang
ditemukan, mereka telah berhasil mengekstraksi mikroba2 penyebab leishmania dan
malaria - penyakit2 akibat gigitan seranggga.

Kedua peneliti ini tak menyebutkan bahwa massive epidemic akibat penyakit
infeksi ini telah memunahkan dinosaurus, mereka bahkan mengatakan bahwa
penyakit2 ini telah melemahkan tubuh para dino sampai suatu waktu mereka tak
dapat bertahan ketika lingkungan Bumi berubah akibat benturan asteroid/komet
atau volkanisme.

Kelihatannya, hipotesis2 atau teori2 yang dikemukakan di atas itu sedikit
banyak ada benarnya, sebab semua buktinya ada. Sebuah paper baru di jurnal
Science edisi 7 Januari 2008 tulisan Andre Bornemann bisa menunjukkan hal ini.
Pada ujung Kapur itu terjadi baik kondisi super greenhouse (hothouse) penyebab
panas juga icehouse penyebab dingin. Andre dan kawan2nya dari the Scripps
Institute of Oceanography membuktikan hal ini dengan mengukur rasio-rasio
oksigen-18 dan oksigen-16 pada cangkang-cangkang foraminifera berumur ujung
Kapur dan mereka sampai kepada kesimpulan tersebut.

Begitulah, ilmu berkembang terus, teori lama bisa makin benar, atau ternyata
salah. Yang sekarang dianggap benar pun bisa baru diketahui ternyata salah pada
masa depan. Begitu juga sebaliknya. Perubahan adalah esensi kemajuan ilmu
pengetahuan.

sumber : http://www.mail-archive.com/iagi-net@iagi.or.id/msg20836.html

contoh ato bukti lewat meteor jatuh..
08meteorcrater.jpg
 
Gagasan ini muncul dengan pemikiran bahwa asteroid yang menabrak Bumi 65 juta tahun lalu telah mengubah iklim dan membuat planet kita ini sangat dingin, sehingga sebagian telur dinosaurus menetas sebagai hewan jantan. Ketidakseimbangan jantan dan betina inilah yang menyebabkan mereka punah.

Bila itu yang terjadi, wajarlah bila kita sedih atas hilangnya dinosaurus. Mereka telah berhasil survive di Bumi selama hampir 200 juta tahun, lalu keadaan tiba-tiba berubah dan menundukkan ketahanan mereka.

Adapun teori kepunahan dinosaurus yang paling banyak diterima adalah teori tumbukan benda langit ke Bumi. Banyak peneliti sepakat bahwa tumbukan satu atau lebih asteroid itulah yang memicu serangkaian perubahan global, yang akhirnya menyapu dinosaurus dan spesies-spesies lain di Bumi.

Mereka mengatakan, tumbukan batu angkasa telah melayangkan debu dan memicu aktivitas vulkanis, yang membuat makin banyak debu menutupi sinar Matahari ke Bumi, menjadikan tanaman tidak bisa berfotosintesis dan membuat suhu turun drastis.

Nah, menurut teori baru yang dikemukakan ilmuwan Universitas Leeds di atas, turunnya suhu membuat telur-telur dinosaurus berisi hewan jantan. Ketika menetas, hewan-hewan itu sulit menemukan pasangan betina, dan perlahan mereka musnah.

sumber = http://64.203.71.11/teknologi/news/0404/22/180519.htm
 
Pertanyaan tadi memiliki banyak jawaban. Umumnya menjelaskan faktor eksternal seperti kondisi alam yang berubah dengan drastis. Mulai dari teori meteor raksasa yang menghantam bumi, sampai terjadinya iklim yang sangat dingin. Jarang sekali yang membahas kelemahan Dinosaurus, karena umumnya mereka lebih besar dan lebih kuat dibandingkan manusia.

Dalam pernyataannya yang sangat populer Charles Darwin menjawab pertanyaan di atas : “Bukan yang paling kuat yang akan bertahan hidup, melainkan yang paling mampu menyesuaikan diri”. Dinosaurus termasuk kategori mahluk yang tidak mampu menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan. Kepunahan telah menjadi nasibnya.

Dinosaurus telah dijadikan metafora bagi perusahaan-perusahaan besar yang terancam kepunahan. Majalah berbahasa Inggris Fortune edisi 3 Mei 1993 menampilkan tiga ekor Dinosaurus sebagai kulit muka. Mereka menyimbolkan Sears Roebuck (jaringan toko), General Motor (produsen mobil) dan IBM (produsen komputer) yang sedang dirudung masalah pada saat itu. Saat ini hampir sepuluh tahun sejak berita itu diturunkan. Perusahaan-perusahaan tersebut telah membuktikan bahwa mereka mampu keluar dari ancaman kebangkrutan. Dengan satu kata kunci : berubah !

Perubahan yang dilakukan oleh perusahaan dapat berupa : merger, rasionalisasi, pergeseran orientasi usaha sampai perombakan total perusahaan. Semua upaya itu dilakukan semata-mata agar perusahaan dapat mempertahankan keberadaannya.”Your organization doesn’t has a right to exist” demikian cetusan ekstrim Jim Stuart, salah seorang konsultan di FranklinCovey Co. yang berbasis di Utah, Amerika. Eksistensi organisasi atau perusahaan bukanlah hak. Bukanlah sesuatu yang didapat secara gratis. Namun sesuatu yang harus diupayakan terus-menerus dengan memenuhi kebutuhan para stakeholders-nya. Pembubaran Departemen Penerangan dan Departemen Sosial di Indonesia pada tahun 2000 bukan semata-mata karena alasan politis. Ada nuansa kegagalan departemen-departemen itu untuk memberikan nilai tambah yang signifikan kepada para stakeholders-nya.

Jika Dinosaurus disengsarakan oleh iklim yang tidak bersahabat. Organisasi-organisasi dan perusahaan-perusahaan di seluruh dunia saat ini juga dirongrong oleh faktor-faktor eksternal yang memaksa mereka untuk berubah secara drastis. Dalam bukunya : “The New Rules : How to Succeed in Today’s Post-Corporate World”, John P. Kotter menyebut empat penyebab utama yang memaksa kita untuk berubah. Keempat faktor tersebut adalah : Perubahan Teknologi, Integrasi Ekonomi Internasional, Kejenuhan Pasar di Negara-Negara Maju serta Jatuhnya Rezim Komunis dan Sosialis.

Dampak faktor-faktor tersebut makin menguat dibarengi fenomena dunia kita telah menjadi satu. Dalam bahasanya John Naisbitt “We are living in the borderless world”. Kejatuhan perusahaan energi Enron telah menyeret perusahaan akuntannya Arthur Andersen yang berdampak langsung pada pola kemitraan antara Arthur Andersen dengan para mitra lokalnya di seluruh dunia. Perusahaan akuntan berusia 89 tahun ini telah merumahkan lebih dari 7000 karyawannya menyusul keputusan pengadilan yang menyatakan Arthur Andersen bersalah dalam praktek usahanya melindungi Enron. Tragedi WTC 11 September 2001 di New York telah menimbulkan gelombang dahsyat ke seluruh dunia. Diantaranya telah memaksa pabrik barang elektronik di Cibitung – Jawa Barat menjadual ulang kegiatan produksinya.

Stimulus yang menuntut perubahan dapat dipicu di mana saja. Dan akan merambat ke mana saja. Aturan mainnya hanya ada tiga : berubah, berubah dan berubah. Di ujungnya akan berlaku kriteria-kriteria global seperti : kualitas, efisiensi, kecepatan respon, layanan prima, dan harga murah yang akan menggilas monopoli, proteksi, subsidi dan koneksi. Pada akhirnya perusahaan-perusahaan hanya akan dikategorikan menjadi dua kelompok ; The Quick dan The Dead.

Perusahaan-perusahaan yang akan tergolong The Dead umumnya memiliki ciri-ciri : birokratis, sulit berubah dan tidak mandiri. Beberapa dari perusahaan itu memiliki dependensi yang tinggi terhadap faktor-faktor di luar perusahaan yang bersifat non-pasar, seperti : proteksi pemerintah dan pasar yang kaptif (captive market). Hal ini seperti candu bagi perusahaan, khususnya para karyawan. Melenakan sekaligus melemahkan. Ketika badai perubahan datang dan menghempaskan candu-candu itu yang tersisa hanya perusahaan-perusahaan yang bangkrut disertai ribuan karyawan yang kebingungan karena tidak memiliki kemampuan yang dapt dijadikan daya saing.

Kesadaran para karyawan untuk mengubah paradigma dari “berlindung kepada perusahaan” menjadi “melindungi keberadaan perusahaan” tidak terjadi secepat perubahan itu sendiri. Pemutusan Hubungan Kerja atas jutaan karyawan lebih sering ditanggapi dengan unjuk rasa bukan introspeksi. Para karyawan yang masih memiliki pekerjaan banyak yang tidak sadar bahwa PHK dapat terjadi setiap saat. Kalaupun ada yang sadar, mereka justru meningkatkan aktifitas di Serikat Pekerja, bukan meningkatkan prestasi kerja.

Menyadari hal ini para eksekutif pemegang fungsi SDM di perusahaan-perusahaan gencar melakukan upaya-upaya untuk mengubah paradigma para karyawannya. Salah satu ukurannya adalah meningkatnya frekuensi dan popularitas program-program pelatihan atau seminar bertemakan : Manajemen Perubahan, Memimpin Perubahan dan topik-topik sejenis yang bertemakan perubahan. Hasilnya adalah mulai tumbuhnya kesadaran para karyawan untuk melakukan perubahan. Namun kesadaran saja tidak cukup. Beberapa perusahaan telah mengambil inisiatif untuk meningkatkan kesadaran untuk berubah menjadi perubahan-perubahan yang nyata di perusahaaan melalui upaya-upaya sistematik. Hasil dari upaya-upaya ini banyak yang berhasil, namun banyak pula yang gagal.

Ada delapan kesalahan yang sering dilakukan yang menyebabkan perusahaan mengalami kegagalan dalam melakukan perubahan besar yang diharapkan. Hal-hal tersebut menurut John P. Kotter dalam bukunya : “Leading Change” adalah :

Pertama, Membiarkan Rasa Puas Diri Yang Berlebihan. Perusahaan membiarkan para karyawan berada dalam zona nyaman terus menerus. Gaji terus dinaikkan walaupun prestasi perusahaan tidak mengalami perbaikan. Persaingan usaha tidak pernah dikomunikasikan. Dan kesulitan perusahaan terus ditutup-tutupi.

Kedua, Gagal Membentuk Tim Pengarah Perubahan Yang Kuat. Perubahan didelegasikan terlalu jauh. Para pemimpin puncak setingkat Direksi atau General Manager hanya “melihat dari jauh” tidak terlibat dalam kegiatan sehari-hari. Hanya hadir di atas kertas tidak di lapangan. Tanggung jawab untuk mengamankan perubahan hanya berhenti pada Project Manager yang dalam banyak hal kewenangannya terbatas.

Ketiga, Menganggap Remeh Kekuatan Suatu Visi. Tim Pengarah yang kuat sering dianggap sudah cukup. Nyatanya tidak, karena perubahan perusahaan memerlukan arah yang jelas. Tanpa visi yang jelas Tim Pengarah hanya akan menjadi simbol proses yang tidak jelas hasil akhirnya. Perusahaan tidak percaya kekuatan suatu visi, sehingga tidak cukup meluangkan waktu untuk membuat visi yang jelas. Visi hanya dianggap sekedar suatu pernyataan. Sekedar formalitas.

Keempat, Visi Tidak Dikomunikasikan Dengan Baik. Visi yang telah dibuat hanya beredar diantara segelintir pucuk pimpinan perusahaan. Padahal visi hanya akan dicapai jika seluruh karyawan tergugah untuk mencapainya. Komunikasi visi tidak disertai penjelasan mengenai latar belakang visi serta apa manfaat bagi para karyawan jika visi tersebut dicapai.

Kelima, Membiarkan Rintangan Menghadang Pencapaian Visi. Kondisi perusahaan yang menghambat tercapainya visi tidak disesuaikan dengan semestinya. Struktur organisasi, uraian jabatan, sistem penilaian prestasi serta mekanisme kenaikan gaji dan bonus seringkali menjadi habitat yang buruk untuk hidupnya visi yang baru. Membiarkan hal ini berarti membunuh visi secara dini.

Keenam, Gagal Mendapatkan Kemenangan Jangka Pendek. Perubahan yang mendasar memerlukan waktu yang panjang. Dalam menjalaninya perlu dibuat sasaran-sasaran antara yang memungkinkan para karyawan merasa mencapai suatu keberhasilan dan berhak merayakannya sebagai kemenangan. Tanpa kemenangan jangka pendek, para karyawan akan frustasi dan gagal mencapai perubahan besar.

Ketujuh, Terlalu Cepat Menyatakan Kemenangan Akhir. Suatu perubahan yang telah dicapai umumnya masih labil. Mudah sekali untuk kembali ke keadaan semula. Jika kemenangan akhir dinyatakan terlalu dini dan hasil perubahan tidak dijaga dengan baik, kembalinya perubahan yang telah terjadi ke kondisi semula sangat mungkin terjadi.

Kedelapan, Gagal Membakukan Perubahan Ke Dalam Budaya Perusahaan. Budaya perusahaan diyakini sebagai kumpulan perilaku-perilaku yang ditunjukkan oleh para karyawan dalam kegiatan sehari-hari. Jika perubahan tidak dapat diabadikan ke dalam perilaku karyawan dalam kegiatan sehari-hari, maka lambat laun perubahan yang telah dicapai akan memudar. Perilaku sehari-hari yang bersifat rutinlah yang akan mengabadikan perubahan yang telah dicapai.

Menghindari kesalahan-kesalahan tesebut berarti menghindarkan diri dari kegagalan untuk berubah. Menghindari kegagalan untuk berubah berarti menghindarkan diri dari kepunahan. Perusahaan dipersamakan dengan Dinosaurus hanya sebuah metafora. Menjadi benar-benar punah atau tidak adalah pilihan kita sendiri.

Penulis:
Tommy Sudjarwadi, Partner Dunamis Organization Services.

sumber = http://www.dunamis.co.id/Homepage/E...fac21c946b3d366947256cda002f8ba0?OpenDocument
 
Back
Top