chickenfighter
New member
JAKARTA (POs Kota) - Mas Slamet Kastari memang berasal dari Indonesia, tepatnya dari Kendal, Jawa Tengah. Nama lain yang dipakainya adalah Edi Haryanto. Tapi dia bukan orang Indoesia. Dia lahir dan merupakan Warga Negara Singapura. Di Indonesia dia malah pernah ditangkap dan di berbagai penjara di beberapa daerah .
Di Singapura, sejak dia kabur dari penjagaan yang superketat, dengan pengamanan maksimum, kepalanya dihargai Rp.6,8 miliar. Tokoh dan pemimpin Jamaah Islamiah Singapura berusia 47 tahun ini menjadi target penting pemerintah Singapura selain Noordin M.
Oktober 2004 Slamet diadili di Surabaya karena pemalsuan dokumen imigrasi. Sebelumnya, Agustus 2003, Kastari tertangkap di Tanjung Pinang, Riau, juga karena kasus KTP dan paspor palsu. Dalam KTP palsu itulah Kastari menggunakan nama Edi Haryanto, warga Desa Mundu, Kecamatan Mojo, Kediri, Jawa Timur. Dia dibawa ke Surabaya, dihukum 18 bulan penjara. Suka mondar-mandir di Indonesia dan kerap apes, di Dumai dia juga merasai penjara dalam kasus pelanggaran imigrasi. Namun Kastari nampaknya tak kapok-kapok.
Mas Slamet Kastari juga pernah menjadi saksi yang meringankan dalam persidangan Abu Bakar Ba’asyir.
Penasihat senior International Crisis Croup (ICG) Sidney Jones menegaskan, Mas Slamet Kastari lebih berbahaya dibanding Noordin M Top. Tak lama setelah kabur, Sidney pernah menganalisa , boss Jamaah Islamiyah (JI) Singapura itu bakal menyeberang ke wilayah Indonesia melalui Batam dan Pekan Baru. Ternyata dia lari dan tertangkap di Johor Malaysia, beberpa waktu lalu.
Menurut Sidney Jones, , pemerintah Singapura memang sangat berkepentingan dengan Slamet. Slamet masih dianggap tokoh terorisme nomor wahid. Antara lain karena pernah mengancam menjadikan bandara Changi, Singapura, sebagai target peledakan.
Sebaliknya, bagi Indonesia, Slamet tak terlalu berbahaya. Di sini peran Slamet hanya sebatas ikut-ikutan tim yang dibentuk Noordin. seperti yang terjadi pada kasus peledakan Bom Natal 2000 di Pekan Baru.
Mas Slamet Kastari lolos dari penjara Whitley Detention Center, Singapura pada Rabu (27/2) lalu dan tertangkap 1 April ini di Malaysia . Kastari pernah merasai “sentuhan” Densus 88 pada Februari 2006. Pada 22 Oktober 2004 Slamet lalu ditahan di Rutan Medaeng, Sidoarjo, Jawa Timur.
Menteri Dalam Negeri Wong Kan Seng dalam pertemuan dengan parlemen Indonesia menyatakan, hadiah itu tetap diberikan meski Kastari ditangkap di luar negeri. Para pejabat negara kota itu khawatir Kastari kabur ke Indonesia yang juga menjadi tempat operasi Jamaah Islamiah. (AP/TST/dimas)
Di Singapura, sejak dia kabur dari penjagaan yang superketat, dengan pengamanan maksimum, kepalanya dihargai Rp.6,8 miliar. Tokoh dan pemimpin Jamaah Islamiah Singapura berusia 47 tahun ini menjadi target penting pemerintah Singapura selain Noordin M.
Oktober 2004 Slamet diadili di Surabaya karena pemalsuan dokumen imigrasi. Sebelumnya, Agustus 2003, Kastari tertangkap di Tanjung Pinang, Riau, juga karena kasus KTP dan paspor palsu. Dalam KTP palsu itulah Kastari menggunakan nama Edi Haryanto, warga Desa Mundu, Kecamatan Mojo, Kediri, Jawa Timur. Dia dibawa ke Surabaya, dihukum 18 bulan penjara. Suka mondar-mandir di Indonesia dan kerap apes, di Dumai dia juga merasai penjara dalam kasus pelanggaran imigrasi. Namun Kastari nampaknya tak kapok-kapok.
Mas Slamet Kastari juga pernah menjadi saksi yang meringankan dalam persidangan Abu Bakar Ba’asyir.
Penasihat senior International Crisis Croup (ICG) Sidney Jones menegaskan, Mas Slamet Kastari lebih berbahaya dibanding Noordin M Top. Tak lama setelah kabur, Sidney pernah menganalisa , boss Jamaah Islamiyah (JI) Singapura itu bakal menyeberang ke wilayah Indonesia melalui Batam dan Pekan Baru. Ternyata dia lari dan tertangkap di Johor Malaysia, beberpa waktu lalu.
Menurut Sidney Jones, , pemerintah Singapura memang sangat berkepentingan dengan Slamet. Slamet masih dianggap tokoh terorisme nomor wahid. Antara lain karena pernah mengancam menjadikan bandara Changi, Singapura, sebagai target peledakan.
Sebaliknya, bagi Indonesia, Slamet tak terlalu berbahaya. Di sini peran Slamet hanya sebatas ikut-ikutan tim yang dibentuk Noordin. seperti yang terjadi pada kasus peledakan Bom Natal 2000 di Pekan Baru.
Mas Slamet Kastari lolos dari penjara Whitley Detention Center, Singapura pada Rabu (27/2) lalu dan tertangkap 1 April ini di Malaysia . Kastari pernah merasai “sentuhan” Densus 88 pada Februari 2006. Pada 22 Oktober 2004 Slamet lalu ditahan di Rutan Medaeng, Sidoarjo, Jawa Timur.
Menteri Dalam Negeri Wong Kan Seng dalam pertemuan dengan parlemen Indonesia menyatakan, hadiah itu tetap diberikan meski Kastari ditangkap di luar negeri. Para pejabat negara kota itu khawatir Kastari kabur ke Indonesia yang juga menjadi tempat operasi Jamaah Islamiah. (AP/TST/dimas)