zackysetya
New member
Sebaik-baiknya pekerjaan adalah pekerjaan yang bisa membawa manfaat dan berkah bagi manusia atau kita yang menjalaninya. Pekerjaan yang halal dan baik pun harus diimbangi oleh orang/pekerja yang baik dan jujur. Sebab tiada gunanya jika pekerjaan yang baik namun dilakukan dengan tidak benar, tidak jujur, dan sebagainya. Bekerja dalam upaya mendapatkan rezeki haruslah dilakukan dengan kemampuan yang terbaik, kedisiplinan penuh, jujur, dan ikhlas, sehingga keberkahan rezeki yang kita harapkan pun akan kita dapatkan, dan pada akhirnya akan berujung pada kehidupan yang tenang dan tenteram.
Dalam bekerja, kita/semua orang tentu saja berharap mendapatkan rezeki agar bisa kita berikan dan nafkahkan kepada keluarga. Nafkah tersebut akan menjadi darah, mengalir ke seluruh anggota tubuh, serta menggerakkan seluruh pikiran dan sikap dalam keseharian. Jika nafkah tersebut berasal dari hasil kerja yang tidak baik, misalnya syubhat, makruh, ataupun haram, tentu darah yang mengalir dalam tubuh keluarga kita menjadi haram. Begitu pula sebaliknya.
Makanan yang kita makan akan menumbuhkan dan mengganti sel-sel tubuh yang telah rusak. Sari makanan akan menjadi unsur-unsur darah, otak, daging, tulang-belulang, dan organ tubuh lainnya. Jika sari makanan yang dimakan adalah barang haram, maka darah yang mengalir ke seluruh organ tubuh akan dialiri dengan darah yang haram. Semua itu tentunya akan mempengaruhi pikiran dan perasaan. Mungkinkah seseorang bisa berfikir jernih dengan otak yang haram? Bisakah seseorang menunaikan ibadah dengan baik jika seluruh organ tubuhnya diliputi unsur-unsur yang haram?
Nafkah haram tidak hanya mempengaruhi tubuh lewat makanan dan minuman, tetapi juga menjadikan semua hal menjadi haram. Misalnya saja pakaian, perabot rumah tangga, perlengkapan ibadah, dan segala sesuatu yang dibeli dengan nafkah haram tadi. Dengan begitu, maka isi tubuh kita kemungkinan juga ada unsur haramnya, ditambah lagi jika ditutup dengan pakaian yang haram, apakah kita bisa mempersembahkan nilai yang baik di sisi Allah SWT? Sebaliknya, dengan nafkah yang halal, makanan yang dibeli pun menjadi halal, pakaian halal, perlengkapan ibadahnya halal, perabot rumah tangganya halal, dan biaya pendidikan anak-anaknya halal. Semua yang diperoleh dengan nafkah halal akan menjadikan barang-barang halal pula. Kita akan merasa lega apabila memakan makanan halal dan menggunakan barang-barang halal. Tidak merasa curiga, was-was, takut, dan khawatir. Ibadah pun bisa dilaksanakan dengan baik dan khusyuk. Anak-anak bisa belajar dengan baik, berpikir jernih, dan dapat merasakan betapa besar keagungan dan nikmat Allah SWT. Dengan harapan setiap ibadah kita diterima Allah SWT, doa-doa kita diperkenankan-Nya, kehidupan kita selalu diberkati dan diridhai-Nya, dan anak-anak tumbuh menjadi anak yang saleh.
Hendaklah kita senantiasa bekerja dan berupaya keras agar pekerjaan yang kita laksanakan selalu benar dan dilakukan dengan jujur. Selalu berada dalam batas-batas kebaikan dan kebenaran sehingga hasil yang didapatkan, rezeki atau gaji menjadi harta yang halal dan penuh berkah. Bekerja dengan hati nurani dan kejujuran akan mendatangkan harta dan rezeki yang berkah. Kita dapat melihat seseorang yang mungkin pendapatannya kecil, tetapi memiliki keluarga yang harmonis, anak tidak pernah sakit, suasana keluarga tenang, taat beribadah, selalu merasa cukup, dapat bersyukur dengan apa yang ada, atau bahkan sering mendapatkan rezeki yang tak terduga. Nafkah yang berkah, harta yang halal, diawali dengan niat yang baik, semangat kerja yang tinggi, penuh tanggung jawab, dan tentunya jujur.
Dalam bekerja, kita/semua orang tentu saja berharap mendapatkan rezeki agar bisa kita berikan dan nafkahkan kepada keluarga. Nafkah tersebut akan menjadi darah, mengalir ke seluruh anggota tubuh, serta menggerakkan seluruh pikiran dan sikap dalam keseharian. Jika nafkah tersebut berasal dari hasil kerja yang tidak baik, misalnya syubhat, makruh, ataupun haram, tentu darah yang mengalir dalam tubuh keluarga kita menjadi haram. Begitu pula sebaliknya.
Makanan yang kita makan akan menumbuhkan dan mengganti sel-sel tubuh yang telah rusak. Sari makanan akan menjadi unsur-unsur darah, otak, daging, tulang-belulang, dan organ tubuh lainnya. Jika sari makanan yang dimakan adalah barang haram, maka darah yang mengalir ke seluruh organ tubuh akan dialiri dengan darah yang haram. Semua itu tentunya akan mempengaruhi pikiran dan perasaan. Mungkinkah seseorang bisa berfikir jernih dengan otak yang haram? Bisakah seseorang menunaikan ibadah dengan baik jika seluruh organ tubuhnya diliputi unsur-unsur yang haram?
Nafkah haram tidak hanya mempengaruhi tubuh lewat makanan dan minuman, tetapi juga menjadikan semua hal menjadi haram. Misalnya saja pakaian, perabot rumah tangga, perlengkapan ibadah, dan segala sesuatu yang dibeli dengan nafkah haram tadi. Dengan begitu, maka isi tubuh kita kemungkinan juga ada unsur haramnya, ditambah lagi jika ditutup dengan pakaian yang haram, apakah kita bisa mempersembahkan nilai yang baik di sisi Allah SWT? Sebaliknya, dengan nafkah yang halal, makanan yang dibeli pun menjadi halal, pakaian halal, perlengkapan ibadahnya halal, perabot rumah tangganya halal, dan biaya pendidikan anak-anaknya halal. Semua yang diperoleh dengan nafkah halal akan menjadikan barang-barang halal pula. Kita akan merasa lega apabila memakan makanan halal dan menggunakan barang-barang halal. Tidak merasa curiga, was-was, takut, dan khawatir. Ibadah pun bisa dilaksanakan dengan baik dan khusyuk. Anak-anak bisa belajar dengan baik, berpikir jernih, dan dapat merasakan betapa besar keagungan dan nikmat Allah SWT. Dengan harapan setiap ibadah kita diterima Allah SWT, doa-doa kita diperkenankan-Nya, kehidupan kita selalu diberkati dan diridhai-Nya, dan anak-anak tumbuh menjadi anak yang saleh.
Hendaklah kita senantiasa bekerja dan berupaya keras agar pekerjaan yang kita laksanakan selalu benar dan dilakukan dengan jujur. Selalu berada dalam batas-batas kebaikan dan kebenaran sehingga hasil yang didapatkan, rezeki atau gaji menjadi harta yang halal dan penuh berkah. Bekerja dengan hati nurani dan kejujuran akan mendatangkan harta dan rezeki yang berkah. Kita dapat melihat seseorang yang mungkin pendapatannya kecil, tetapi memiliki keluarga yang harmonis, anak tidak pernah sakit, suasana keluarga tenang, taat beribadah, selalu merasa cukup, dapat bersyukur dengan apa yang ada, atau bahkan sering mendapatkan rezeki yang tak terduga. Nafkah yang berkah, harta yang halal, diawali dengan niat yang baik, semangat kerja yang tinggi, penuh tanggung jawab, dan tentunya jujur.
Last edited by a moderator: