mozilla_solo1
New member
KEWAJIBAN BERTAUHID DAN MENJAUHI KESYIRIKAN
Penulis: Al Ustadz Hamzah
Apa Tujuan Diciptakannya Jin Dan Manusia ?
Banyak akal yang salah dalam menjawab pertanyaan ini dan banyak pemahaman yang membingungkan dalam perkara ini, kecuali akal yang tersinar wahyu Ilahi yang terbimbing dengan wahyu tersebut serta mengikuti para rosulNya.
Akal seseorang lemah dari keluasan pengetahuan tujuaan diciptakannya jin dan manusia, oleh karena itu perlu mengetahuinya dari Kitabullah (Al Qur‘an) yang tidak ada kebathilan padanya yang diturunkan dari Dzat Yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji. Dan Allah ‘Azza wa Jalla telah menyebutkan tentang tujuan penciptaan ini didalam firmanNya :
“ Tidak Aku ciptakan jin dan manusia kecuali beribadah (mengesakan ibadahnya) kepada-Ku, Aku tidak mengendaki rizki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak mengendaki supaya mereka memberi makan pada-Ku, Sesungguhnya Allah Dialah Yang Maha Pemberi rizki Yang mempunyai kekuatan Lagi Maha Sangat Kuat” (Adz Dzariat:56-58)
Berkata Al Imam Ibnu Katsir tentang tafsir ayat ini : “Bahawasanya Allah ta’ala menciptakan makhluk untuk beribadah hanya kepadaNya saja tidak ada sekutu bagiNya. Barangsiapa mentaatiNya maka Allah akan membalasnya dengan balasan yang sempurna. Dan barngsiapa yang durhaka (menentang) kepadaNya maka Allah akan mengadzabnya dengan adzab yang sangat dahsyat. Dan Allah memberitakan bahwanya Dia tidak butuh kepada makhukNya bahkan merekalah yang butuh kepadaNya dan Dialah Yang menciptakan dan Yang memberi rizki mereka.
Allah ‘Azza wa Jalla menciptakan makhluk untuk ibadah kepadaNya. Dan ini konsekwensi akal yang sehat. Karena tidak ada yang berhak mendapatkan ibadah kecuali Dzat Yang mampu dalam mencipta dan memberi rizki, sebagaimana Allah Ta’ala firman:
“Berhala-berhala yang mereka ibadahi selain Allah itu tidak mampu dalam menciptakan (membuat) sesuatu apapun, sedang berhala- berhala tersebut dicipakan (dibuat oleh orang)”. (An Nahl:20) Dan juga Allah Ta’ala berfirman :
“Sesungguhnya yang kalian ibadahi selain Allah itu tidak mampu memberikan rizki kepada kalian” (Al Ankabut:17)
Misi Diutusnya Para Rosul
Allah yang menetapkan ibadah ini pada makhluk-Nya.Dia pulalah yang mengutus para Rosul-Nya untuk berdakwah atau menyeru ummatnya kepada peribadatan kepada Allah semata, dan melarang dari peribadatan kepada selain-Nya, sebagaimana Allah ‘Azza wa Jalla berfirman :
“Sungguh Kami mengutus seorang rosul pada setiap kelompok manusia untuk menyerukan beribadalah kepada Allah saja dan tinggalkan thoghut”. (An Nahl:36)
Dan juga Dia berfirman :
“Dan Kami tidak mengutus seorang rosul pun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan padanya bahwa tidak dan sesembahan yang haq diibadahi melainkan Aku, maka beribadahlah kepada-Ku”. (Al Anbiya’:25)
Ibadah merupakan hikmah yang karenanyalah diciptakan jin dan manusia. Dan karena ibadah ini pulalah diciptakan langit dan bumi, dunia dan akhirat, jannah (surga) dan nar (neraka). Dan karena ibadah inilah Allah mengutus para rosul-Nya, menurunkan kitab-kitab-Nya, mensyariatkan hukum-hukum-Nya dan menjelaskan halal dan haram untuk menguji makhlukNya, siapa diantara mereka yang paling baik amalnya.
Pengertian ibadah
Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah: ”Ibadah adalah suatu nama yang mencakup seluruh perkara yang dicintai oleh Allah dan diridhoi-Nya baik berupa ucapan maupun perbuatan baik yang tampak maupun yang tersembunyi”.
Asal ibadah adalah ketundukan dan perendahan diri. Suatu ibadah tidaklah dikatakan ibadah sampai diikhlashkan untuk Allah. Apabila ibadah itu tercampur suatu kesyirikan maka ibadah tersebut tertolak atau tidak diterima atas pelakunya dan ibadah tersebut batal dari asalnya, karena ibadah tersebut ketika itu tidak dinamakan ibadah syar’i.
Jadi suatu ibadah tidaklah dikatakan ibadah syar’i kecuali disertai dengan tauhid (mengesekan Allah dalam ibadah). Berkata Ibnu Abbas : عِبَادَةُ اللهِ تَوْحِيْدُ اللهِ ibadatullah (beribadah kepada Allah) maknanya adalah tauhidullah (mengesakan Allah dalam ibadah).
Pengertiaan Tauhid Dan Macam-Macamnya
At Tauhid adalah mengesakan Allah dalam perkara-perkara khusus bagiNya berupa ar-rubuyiah, al uluhiyah dan al asmaul husna.
Tauhud terbagi menjadi 3 macam :
a. Tauhid Rububiyyah, mengesakan (Allah) dalam pencipataan, pemilikan dan pengaturan alam semesta.Tauhid jenis ini diyakini oleh kaum musyrikin. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman :
“Katakanlah siapa yang memberi rizki pada kalian dari langit dan bumi, Siapakah yang memiliki (menciptakan) penglihatan, Siapa yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan yang mengeluarkan yang mati dari yang hidup, dan siapa yang mengatur segala urusan ? maka mereka (kaum musyrikin) menjawab “Allah”(karena mereka meyakini semua itu –red) maka katakannlah: kenapa kalian tidak bertaqwa kepadNya ? (Kemudian kaliaan mengikhlaskan ibadah hanya kepadaNya tiada sekutu bagiNya dan kalian meninggalkan sesembahan selain Allah)” (Yunus:31).
b.Tauhid Uluhiyyah, yaitu mengesakan Allah dalam ibadah, yaitu dengan tidak menjadikan bersama Allah sesuatu yang diibadahi dan bertaqorrub (mendekatkan diri) kepada-Nya. Tauhid jenis ini banyak diingkari dan ditentang oleh kebanyakan makhluk. Oleh karena itu Allah mengutus para rosul-Nya dan menurunkan kitab-kitab-Nya. Allah berfirman :
“Dan Kami tidak mengutus seorang rosul pun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan padanya bahwa tidak dan sesembahan yang haq diibadahi melainkan Aku, maka beribadahlah kepada-Ku” (Al Anbiya’:25)
c.Tauhidul Asma’ Was Sifat, yaitu mengesakan Allah dalam nama dan sifat yang Allah namai dan sifati pada dirinya didalam kitabNya atau melalui lisan RosulNya. Yang demikian ini dengan menetapkan apa yang Allah tetapkan dan menafikan (meniadakan) apa yang Allah nafikan, tanpa tahrif dan ta’thil, tanpa takyif dan tamtsil.( ) Tauhid jenis ini diyakini sebagian musyrikin dan diingkari oleh sebagian yang lainnya.
Jika seseorang meyakini sifat-sifat yang Allah berhak mendapat sifat tersebut dan dia mensucikan Allah dari semua perkara yang Allah suci dari darinya serta dia menyakini bahwasanya Allah sajalah pencipta segala sesuatu maka tidaklah sebagai muwahhid sampai dia bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi kecuali Allah.
Pengertian Syirik dan Macam- MacamNya
Syirik merupakan lawan tauhid. Syirik ada 2 macam:
a. Syirik Akbar yaitu segala kesyirikan yang telah disebutkan dalam syariat yang berkonsekwensi keluarnya seseorang dari agamanya.
b. Syirik Ashghor yaitu segala amalan baik ucapan maupun perbuatan yang disebutkan dalam syariat pensifatan kesyirikan, akan tetapi tidak mengeluarkan pelakunya dari agamanya. Seperti riya’, bersumpah dengan selain Allah, ucapan seseorang “Kalau bukan karena Allah dan Karenamu, maka…”, dll.
Perbedaan Kedua macam Syirik Dan Kesamaanya
Syirik Akbar mengeluarkan seseorang dari agamanya, menggugurkan seluruh amalan, dan pelakunya kekal di nar (neraka) sedangkan syirik ashghor tidak mengeluarkan seseorang dari agamanya, hanya menggugurkan amalan yang dia berbuat syirik dalam amalan tersebut dan pelakunya tidak kekal di dalam nar (neraka).
Adapun kesamaannya, kedua-duanya tidak diampuni oleh Allah (jika dia meninggal dalam keadaan belum sempat bertaubat kepada Allah). Allah ‘Azza Wa Jalla berfirman :
“Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa syirik dan Allah mengampuni dosa selain syirik bagi orang yang Allah kehendaki” (An Nisa’:48)
Dalam ayat tersebut Allah memberitakan bahwasanya Dia tidak mengampuni dosa syirik bagi yang tidak bertaubat darinya. Sedangkan dosa selain syirik maka berada di bawah kehendak Allah. Jika Allah berkehendak, maka Allah ampuni dan jika Allah berkehendak lain, maka Allah mengadzabnya.
Mengapa Harus Bertauhid Dan Menjauhi Kesyirikan
Allah berfirman :
“Wahai manusia beribadahlah kalian kepada rabb kalian yang menciptakan kalian dan orang-orang sebelum kalian agar kalian bertaqwa” (Al Baqoroh:21)
“Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah (mengesakan ibadahnya) kepada-Ku” (Adz Dzariat:56)
“Tidaklah mereka diperintah kecuali agar mereka beribadah kepada Allah dengan mengikhlaskan agama (ibadah) ini untuk Allah dan berpaling dari seluruh agama yang menyelisihi agama tauhid” (Al Bayyinah:5)
Dan sangat banyak ayat-ayat tentang perintah beribadah kepada Allah, maksud ibadah yang karenayalah diciptakannya jin dan manusia adalah mengesakan Allah dalam ibadah dan mengkhususkan Allah dalam seluruh ketaatan yang diperintahkan seperti sholat, shaum, zakat, haji, menyembelih, bernadzar, dan jenis-jenis ibadah yang lain. Sebagaimana Allah berfirman :
“Katakanlah, sesungguhnya sholatku, sembelihanku, hidup dan matiku untuk Allah Rabb semesta alam yang tiada sekutu bagiNya. Dan karenanyalah (ikhlas dalam ibadah) aku diperintah dan aku adalah orang yang pertama kali berserah diri kepada Allah” (Al An’am:162-163
Disamping Allah memerintahkan untuk bertauhid, Allah pulalah yang melarang lawan tauhid tersebut yaitu kesyirikan, sebagaimana Allah berfirman :
“Katakanlah : Kemarilah aku bacakan apa yang di haramkan atas kalian dari Rabb kalian yaitu: janganlah kalian menyekutukanNya dengan sesuatu apapun” (Al An’am:151)
“Sesungguhnya masjid-masjid ini milik Allah maka janganlah kalian beribadah kepada sesuatu apapun bersama Allah” (Al Jin:18)
“Barangsiapa yang beribadah bersama Allah kepada sesembahan yang lain yang tidak ada dalil baginya tentang itu, maka sesungguhnya hisab (perhitungan)nya disisi Rabbnya. Sesungguhnya orang-orang kafir itu tidak beruntung” (Al Mukminun:117)
“Yang berbuat demikian itulah Alloh Robbmu, hanya milikNyalah kerajaan. Dan orang-orang yang kalian berdo’a kepadanya selain Allah tidak memiliki sesuatu apapun walaupun setipis kulit biji kurma, jika kalian berdo’a kepada mereka, mereka tidak mendengar do’a kalian dan jika mereka mendengar, mereka tidak bisa mengabulkan do’a kalian. Dan dihari kiamat mereka mengingkari kesyirikan kalian. Dan tidak ada yang dapat memberikan keterangan kepadamu seperti Dzat Yang Maha Mengetahui” (Fathir:13-14)
Allah Azza Wa jalla menjelaskan dalam ayat ini bahwasanya sholat dan menyembelih untuk selain Allah dan berdo’a kepada mayit, berhala, pepohanan, dan bebatuan., semua itu adalah kesyirikan dan kekufuran kepada Allah. Dan seluruh yang diibadahi selain Allah seperti para nabi, malaikat , wali-wali, atau jin dan yang lainnya, mereka semua tidak bisa memberikan mafaat dan menolak madhorot bagi penyembahnya. Mereka tidak bisa mendengar do’a pemyembahnya. Dan jika mereka mendengar, mereka tidak mampu mengambulkan.
Maka wajib bagi setiap mukallaf baik jin dan manusia berwaspada dari kesyirikan ini, memperingati dan menjelaskan bathilnya kesyirikan ini. Dan bahwasanya kesyirikan ini menyelisihi risalah para rosul yang menyeru kepada Tauhidullah dan mengikhlaskan ibadah untukNya.
Rosulullah tinggal di Makkah selama 13 tahun menyeru kepada tauhid dan memperingati manusia dari kesyirikan. Kemudian beliau hijrah ke Madinah menebarkan dakwah disana di tengah-tengah kaum Muhajirin dan Anshor , berjihad di jalan Allah, menulis dan menjelaskan dakwah dan syariat yang beliau bawa kepada raja-raja dan tokoh-tokoh masyarakat. Beliau dan para shahabat bersabar dalam dakwah ini sampai menanglah agama Allah ini, dan manusia berbondong-bondong masuk kedalam Islam. Tersinarlah tauhid dan sirnalah kesyirikan di Makkah, Madinah dan seluruh kepulaun yang di kuasai oleh beliau dan yang dikuasai oleh para shahabat setelah beliau.Jayalah Islam dan muslimin disaat itu karena mereka berpegang teguh dengan tauhidullah dan meninggalkan kesyirikan.
“Dialah Dzat yang mengutus rosul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang haq agar Dia memenangkannya diatas seluruh agama, sekalipun orang musyrik itu benci” (Ash Shoff:9) Wallahu A’lam Bish showab
Buletin Dakwah Al-Ilmu, Jember
Penulis: Al Ustadz Hamzah
Apa Tujuan Diciptakannya Jin Dan Manusia ?
Banyak akal yang salah dalam menjawab pertanyaan ini dan banyak pemahaman yang membingungkan dalam perkara ini, kecuali akal yang tersinar wahyu Ilahi yang terbimbing dengan wahyu tersebut serta mengikuti para rosulNya.
Akal seseorang lemah dari keluasan pengetahuan tujuaan diciptakannya jin dan manusia, oleh karena itu perlu mengetahuinya dari Kitabullah (Al Qur‘an) yang tidak ada kebathilan padanya yang diturunkan dari Dzat Yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji. Dan Allah ‘Azza wa Jalla telah menyebutkan tentang tujuan penciptaan ini didalam firmanNya :
“ Tidak Aku ciptakan jin dan manusia kecuali beribadah (mengesakan ibadahnya) kepada-Ku, Aku tidak mengendaki rizki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak mengendaki supaya mereka memberi makan pada-Ku, Sesungguhnya Allah Dialah Yang Maha Pemberi rizki Yang mempunyai kekuatan Lagi Maha Sangat Kuat” (Adz Dzariat:56-58)
Berkata Al Imam Ibnu Katsir tentang tafsir ayat ini : “Bahawasanya Allah ta’ala menciptakan makhluk untuk beribadah hanya kepadaNya saja tidak ada sekutu bagiNya. Barangsiapa mentaatiNya maka Allah akan membalasnya dengan balasan yang sempurna. Dan barngsiapa yang durhaka (menentang) kepadaNya maka Allah akan mengadzabnya dengan adzab yang sangat dahsyat. Dan Allah memberitakan bahwanya Dia tidak butuh kepada makhukNya bahkan merekalah yang butuh kepadaNya dan Dialah Yang menciptakan dan Yang memberi rizki mereka.
Allah ‘Azza wa Jalla menciptakan makhluk untuk ibadah kepadaNya. Dan ini konsekwensi akal yang sehat. Karena tidak ada yang berhak mendapatkan ibadah kecuali Dzat Yang mampu dalam mencipta dan memberi rizki, sebagaimana Allah Ta’ala firman:
“Berhala-berhala yang mereka ibadahi selain Allah itu tidak mampu dalam menciptakan (membuat) sesuatu apapun, sedang berhala- berhala tersebut dicipakan (dibuat oleh orang)”. (An Nahl:20) Dan juga Allah Ta’ala berfirman :
“Sesungguhnya yang kalian ibadahi selain Allah itu tidak mampu memberikan rizki kepada kalian” (Al Ankabut:17)
Misi Diutusnya Para Rosul
Allah yang menetapkan ibadah ini pada makhluk-Nya.Dia pulalah yang mengutus para Rosul-Nya untuk berdakwah atau menyeru ummatnya kepada peribadatan kepada Allah semata, dan melarang dari peribadatan kepada selain-Nya, sebagaimana Allah ‘Azza wa Jalla berfirman :
“Sungguh Kami mengutus seorang rosul pada setiap kelompok manusia untuk menyerukan beribadalah kepada Allah saja dan tinggalkan thoghut”. (An Nahl:36)
Dan juga Dia berfirman :
“Dan Kami tidak mengutus seorang rosul pun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan padanya bahwa tidak dan sesembahan yang haq diibadahi melainkan Aku, maka beribadahlah kepada-Ku”. (Al Anbiya’:25)
Ibadah merupakan hikmah yang karenanyalah diciptakan jin dan manusia. Dan karena ibadah ini pulalah diciptakan langit dan bumi, dunia dan akhirat, jannah (surga) dan nar (neraka). Dan karena ibadah inilah Allah mengutus para rosul-Nya, menurunkan kitab-kitab-Nya, mensyariatkan hukum-hukum-Nya dan menjelaskan halal dan haram untuk menguji makhlukNya, siapa diantara mereka yang paling baik amalnya.
Pengertian ibadah
Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah: ”Ibadah adalah suatu nama yang mencakup seluruh perkara yang dicintai oleh Allah dan diridhoi-Nya baik berupa ucapan maupun perbuatan baik yang tampak maupun yang tersembunyi”.
Asal ibadah adalah ketundukan dan perendahan diri. Suatu ibadah tidaklah dikatakan ibadah sampai diikhlashkan untuk Allah. Apabila ibadah itu tercampur suatu kesyirikan maka ibadah tersebut tertolak atau tidak diterima atas pelakunya dan ibadah tersebut batal dari asalnya, karena ibadah tersebut ketika itu tidak dinamakan ibadah syar’i.
Jadi suatu ibadah tidaklah dikatakan ibadah syar’i kecuali disertai dengan tauhid (mengesekan Allah dalam ibadah). Berkata Ibnu Abbas : عِبَادَةُ اللهِ تَوْحِيْدُ اللهِ ibadatullah (beribadah kepada Allah) maknanya adalah tauhidullah (mengesakan Allah dalam ibadah).
Pengertiaan Tauhid Dan Macam-Macamnya
At Tauhid adalah mengesakan Allah dalam perkara-perkara khusus bagiNya berupa ar-rubuyiah, al uluhiyah dan al asmaul husna.
Tauhud terbagi menjadi 3 macam :
a. Tauhid Rububiyyah, mengesakan (Allah) dalam pencipataan, pemilikan dan pengaturan alam semesta.Tauhid jenis ini diyakini oleh kaum musyrikin. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman :
“Katakanlah siapa yang memberi rizki pada kalian dari langit dan bumi, Siapakah yang memiliki (menciptakan) penglihatan, Siapa yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan yang mengeluarkan yang mati dari yang hidup, dan siapa yang mengatur segala urusan ? maka mereka (kaum musyrikin) menjawab “Allah”(karena mereka meyakini semua itu –red) maka katakannlah: kenapa kalian tidak bertaqwa kepadNya ? (Kemudian kaliaan mengikhlaskan ibadah hanya kepadaNya tiada sekutu bagiNya dan kalian meninggalkan sesembahan selain Allah)” (Yunus:31).
b.Tauhid Uluhiyyah, yaitu mengesakan Allah dalam ibadah, yaitu dengan tidak menjadikan bersama Allah sesuatu yang diibadahi dan bertaqorrub (mendekatkan diri) kepada-Nya. Tauhid jenis ini banyak diingkari dan ditentang oleh kebanyakan makhluk. Oleh karena itu Allah mengutus para rosul-Nya dan menurunkan kitab-kitab-Nya. Allah berfirman :
“Dan Kami tidak mengutus seorang rosul pun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan padanya bahwa tidak dan sesembahan yang haq diibadahi melainkan Aku, maka beribadahlah kepada-Ku” (Al Anbiya’:25)
c.Tauhidul Asma’ Was Sifat, yaitu mengesakan Allah dalam nama dan sifat yang Allah namai dan sifati pada dirinya didalam kitabNya atau melalui lisan RosulNya. Yang demikian ini dengan menetapkan apa yang Allah tetapkan dan menafikan (meniadakan) apa yang Allah nafikan, tanpa tahrif dan ta’thil, tanpa takyif dan tamtsil.( ) Tauhid jenis ini diyakini sebagian musyrikin dan diingkari oleh sebagian yang lainnya.
Jika seseorang meyakini sifat-sifat yang Allah berhak mendapat sifat tersebut dan dia mensucikan Allah dari semua perkara yang Allah suci dari darinya serta dia menyakini bahwasanya Allah sajalah pencipta segala sesuatu maka tidaklah sebagai muwahhid sampai dia bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi kecuali Allah.
Pengertian Syirik dan Macam- MacamNya
Syirik merupakan lawan tauhid. Syirik ada 2 macam:
a. Syirik Akbar yaitu segala kesyirikan yang telah disebutkan dalam syariat yang berkonsekwensi keluarnya seseorang dari agamanya.
b. Syirik Ashghor yaitu segala amalan baik ucapan maupun perbuatan yang disebutkan dalam syariat pensifatan kesyirikan, akan tetapi tidak mengeluarkan pelakunya dari agamanya. Seperti riya’, bersumpah dengan selain Allah, ucapan seseorang “Kalau bukan karena Allah dan Karenamu, maka…”, dll.
Perbedaan Kedua macam Syirik Dan Kesamaanya
Syirik Akbar mengeluarkan seseorang dari agamanya, menggugurkan seluruh amalan, dan pelakunya kekal di nar (neraka) sedangkan syirik ashghor tidak mengeluarkan seseorang dari agamanya, hanya menggugurkan amalan yang dia berbuat syirik dalam amalan tersebut dan pelakunya tidak kekal di dalam nar (neraka).
Adapun kesamaannya, kedua-duanya tidak diampuni oleh Allah (jika dia meninggal dalam keadaan belum sempat bertaubat kepada Allah). Allah ‘Azza Wa Jalla berfirman :
“Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa syirik dan Allah mengampuni dosa selain syirik bagi orang yang Allah kehendaki” (An Nisa’:48)
Dalam ayat tersebut Allah memberitakan bahwasanya Dia tidak mengampuni dosa syirik bagi yang tidak bertaubat darinya. Sedangkan dosa selain syirik maka berada di bawah kehendak Allah. Jika Allah berkehendak, maka Allah ampuni dan jika Allah berkehendak lain, maka Allah mengadzabnya.
Mengapa Harus Bertauhid Dan Menjauhi Kesyirikan
Allah berfirman :
“Wahai manusia beribadahlah kalian kepada rabb kalian yang menciptakan kalian dan orang-orang sebelum kalian agar kalian bertaqwa” (Al Baqoroh:21)
“Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah (mengesakan ibadahnya) kepada-Ku” (Adz Dzariat:56)
“Tidaklah mereka diperintah kecuali agar mereka beribadah kepada Allah dengan mengikhlaskan agama (ibadah) ini untuk Allah dan berpaling dari seluruh agama yang menyelisihi agama tauhid” (Al Bayyinah:5)
Dan sangat banyak ayat-ayat tentang perintah beribadah kepada Allah, maksud ibadah yang karenayalah diciptakannya jin dan manusia adalah mengesakan Allah dalam ibadah dan mengkhususkan Allah dalam seluruh ketaatan yang diperintahkan seperti sholat, shaum, zakat, haji, menyembelih, bernadzar, dan jenis-jenis ibadah yang lain. Sebagaimana Allah berfirman :
“Katakanlah, sesungguhnya sholatku, sembelihanku, hidup dan matiku untuk Allah Rabb semesta alam yang tiada sekutu bagiNya. Dan karenanyalah (ikhlas dalam ibadah) aku diperintah dan aku adalah orang yang pertama kali berserah diri kepada Allah” (Al An’am:162-163
Disamping Allah memerintahkan untuk bertauhid, Allah pulalah yang melarang lawan tauhid tersebut yaitu kesyirikan, sebagaimana Allah berfirman :
“Katakanlah : Kemarilah aku bacakan apa yang di haramkan atas kalian dari Rabb kalian yaitu: janganlah kalian menyekutukanNya dengan sesuatu apapun” (Al An’am:151)
“Sesungguhnya masjid-masjid ini milik Allah maka janganlah kalian beribadah kepada sesuatu apapun bersama Allah” (Al Jin:18)
“Barangsiapa yang beribadah bersama Allah kepada sesembahan yang lain yang tidak ada dalil baginya tentang itu, maka sesungguhnya hisab (perhitungan)nya disisi Rabbnya. Sesungguhnya orang-orang kafir itu tidak beruntung” (Al Mukminun:117)
“Yang berbuat demikian itulah Alloh Robbmu, hanya milikNyalah kerajaan. Dan orang-orang yang kalian berdo’a kepadanya selain Allah tidak memiliki sesuatu apapun walaupun setipis kulit biji kurma, jika kalian berdo’a kepada mereka, mereka tidak mendengar do’a kalian dan jika mereka mendengar, mereka tidak bisa mengabulkan do’a kalian. Dan dihari kiamat mereka mengingkari kesyirikan kalian. Dan tidak ada yang dapat memberikan keterangan kepadamu seperti Dzat Yang Maha Mengetahui” (Fathir:13-14)
Allah Azza Wa jalla menjelaskan dalam ayat ini bahwasanya sholat dan menyembelih untuk selain Allah dan berdo’a kepada mayit, berhala, pepohanan, dan bebatuan., semua itu adalah kesyirikan dan kekufuran kepada Allah. Dan seluruh yang diibadahi selain Allah seperti para nabi, malaikat , wali-wali, atau jin dan yang lainnya, mereka semua tidak bisa memberikan mafaat dan menolak madhorot bagi penyembahnya. Mereka tidak bisa mendengar do’a pemyembahnya. Dan jika mereka mendengar, mereka tidak mampu mengambulkan.
Maka wajib bagi setiap mukallaf baik jin dan manusia berwaspada dari kesyirikan ini, memperingati dan menjelaskan bathilnya kesyirikan ini. Dan bahwasanya kesyirikan ini menyelisihi risalah para rosul yang menyeru kepada Tauhidullah dan mengikhlaskan ibadah untukNya.
Rosulullah tinggal di Makkah selama 13 tahun menyeru kepada tauhid dan memperingati manusia dari kesyirikan. Kemudian beliau hijrah ke Madinah menebarkan dakwah disana di tengah-tengah kaum Muhajirin dan Anshor , berjihad di jalan Allah, menulis dan menjelaskan dakwah dan syariat yang beliau bawa kepada raja-raja dan tokoh-tokoh masyarakat. Beliau dan para shahabat bersabar dalam dakwah ini sampai menanglah agama Allah ini, dan manusia berbondong-bondong masuk kedalam Islam. Tersinarlah tauhid dan sirnalah kesyirikan di Makkah, Madinah dan seluruh kepulaun yang di kuasai oleh beliau dan yang dikuasai oleh para shahabat setelah beliau.Jayalah Islam dan muslimin disaat itu karena mereka berpegang teguh dengan tauhidullah dan meninggalkan kesyirikan.
“Dialah Dzat yang mengutus rosul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang haq agar Dia memenangkannya diatas seluruh agama, sekalipun orang musyrik itu benci” (Ash Shoff:9) Wallahu A’lam Bish showab
Buletin Dakwah Al-Ilmu, Jember
Last edited: