GMediator
New member
Lonceng sekolah mulai berbunyi tanda pelajaran telah usai. Murid2 pada berhamburan untuk keluar dari kelas masing2 dan pulang kerumah. Tak terkecuali dengan Ujang dan Rendi. Mereka adalah teman sejak kecil. Rendi yang terkenal dari keluarga mampu dan Ujang tergolong keluarga menengah kebawah. Ujang adalah murid yang gemar menulis, ayahnya bekerja sebagai kuli dan ibunya penjaga toko kelontong di rumahnya. Sedangkan Rendi, anak pengusaha terkaya di kotanya. Tetapi keadaan itu tidak menyurutkan persahabatan di antara mereka.
Suatu hari, Ujang mengeluh kepada kedua orang tuanya karena sepatu yang dia gunakan untuk sekolah sudah tidak layak pakai. Tetapi karena perekonomian mereka pas-pasan jadi sepatu itu urung dibelikan oleh orang tua Ujang. "Bagaimana cara aku dapat sepatu baru ya Tuhan?", kata Ujang dalam hati. Meski begitu, Ujang tetap semangat dalam studinya. Tak jarang Ujang mendapat cemoohan dari teman2nya karena sepatunya yang sudah rusak seperti mulut buaya yang terbuka. "Hei Jang, udah kau beri makan apa belum itu buaya di kakimu?", tanya salah satu temannya sambil tertawa. Dan 1 kelas pun tertawa terbahak-bahak kecuali Rendi.
Dan saat di sekolah Ujang pun tanya kepada Rendi, "gimana ya Ren, caraku untuk dapat beli sepatu baru? kamu tau sendiri orang tuaku saja hidupnya pas2an". Sejenak Rendi berpikir dan berkata, "Ehm, gini Jang. Kamu kan suka tu menulis. Kamu tulis2 aja artikel tentang sesuatu yang lagi marak jaman sekarang terus kamu kirimin ke redaksi." "Tapi apa Aku bisa Ren? Aku kan cuma nulis apa aja yang ada dipikiranku", jawab Ujang. "Wah, ini nih... belum perang udah nyerah. Ya yakin bisa lah. kalau Aku ga yakin ga mungkin aku kasi tau kamu.", sahut Rendi. "Ok deh, ntar aku coba dah. Makasih ya Ren..." kata Ujang. "Ok sama2". Dan mereka pun kembali mengikuti pelajaran selanjutnya.
Esok harinya, Ujang mengirimkan hasil tulisannya ke salah satu majalah. Dan saat di sekolah seperti biasa, dia bertemu dengan Rendi. "Gimana Jang? udah kau kirim belum tulisannya?", tanya Rendi. "Beres Ren udah aku kirim. cuma koq aku masih ragu ya?", jawab Ujang. Plakkk,.... tak pelak si Rendi langsung jitak kepala Ujang. "Kau ngomong seperti itu lagi, aku ledekin sepatu kau habis2an. Mau kau?", kata Rendi. "Hehehehe, kagak deh... ya maap namanya orang baru pertama kali buat artikel ke redaksi majalah." sahut Ujang.
Beberapa hari kemudian, ternyata tulisan Ujang dimuat di salah satu media di kotanya. Dan berita itu sempat membuat gempar seluruh sekolah dan lingkungan si Ujang. Betapa gembiranya si Ujang karena dari hasil tulisannya dia mendapat honor yang lumayan. "Thanks ya Ren, kau udah menyemangatiku sampai aku bisa beli sepatu baru." kata Ujang. "Udah lah, thanks apaan? kan aku cuma kasi saran doank..." jawab Rendi. Dan mereka berdua pergi ke kantor majalah tersebut untuk mengambil honor di Ujang.
Janganlah berkata aku tidak bisa, jika kita belum melangkah. Dan jangan menyerah sebelum apa yang kita impikan tercapai