jainudin
New member
Tribun-timur.com -- Kematian Yosep Adhang alias Yoris yang hanyut terbawa banjir, Kamis (10/1/2013) lalu, meninggalkan cerita mistis.
Kematian Yoris diduga tidak sekadar terhanyut banjir, melainkan ada kekuatan lain, yakni Novi, perempuan cantik penguasa Kali Aesesa.
Mitos yang beredar, Novi, perempuan cantik dari dunia lain, setiap tahun selalu meminta korban. Kemarahan Novi biasanya ditandai hujan lebat dan angin kencang, yang berlangsung berhari-hari dan berhenti ketika sudah ada korban.
Kondisi jenazah Yoris juga menguatkan keyakinan warga di Mbay, bahwa Yoris tidak seperti korban tenggelam pada umumnya. Perut Yoris tidak kembung. Peran Novi pada kematian Yoris dan juga dalam upaya penemuan jasadnya, menjadi perbincangan hangat tim gabungan dan para pelayat.
Menurut salah satu sesepuh di Kampung Nila, RT 05/RW 01 Kelurahan Mbay, Kecamatan Aesesa, Kabupaten Nagekeo, setiap tahun selalu ada korban tenggelam di Kali Aesesa. Sebelum jatuh korban, biasanya ditandai hujan dan angin kencang selama berhari-hari.
Masyarakat setempat meyakini, jika terjadi cuaca ekstrem, berarti Novi sedang marah dan minta korban. Yakin adanya kekuatan lain dalam peristiwa tenggelamnya Yoris, keluarganya pada Jumat (11/1/2013) menggelar ritual di rumah duka, dan di lokasi Yoris tenggelam, setelah sehari sebelumnya upaya pencarian Yoris tidak membuahkan hasil.
Dengan seekor ayam jantan merah dan telur ayam kampung, jasad Yoris akhirnya ditemukan. Selain ritual adat oleh pihak keluarga, siang itu seorang anggota TNI bernama Bambang Sutrisno yang mampu berkomunikasi dengan kaumnya Novi, akhirnya mampu menghadirkan Novi di tengah upaya pencarian korban.
Melalui perantaraan seorang ibu yang konon 'berteman' baik dengan Novi, Bambang berkomunikasi dengan Novi. Sang ibu yang menjadi perantara, menurut cerita, berkenalan dengan Novi saat berekreasi di Bendungan Sutami, beberapa waktu lalu.
Kala itu, secara tidak sengaja Novi masuk ke tubuh perempuan paruh baya, dan mengatakan ingin berkenalan dan berteman dengannya. Sejak itu, keduanya pun berteman.
Menurut perempuan yang namanya dirahasiakan, Novi akan datang padanya dan menyampaikan berbagai hal yang membuatnya marah atau kecewa.
Pada Jumat siang. Novi datang dengan perantara tubuhnya, Novi berkomunikasi dengan Bambang. Saat itu, Bambang meminta agar Novi memberitahu di mana keberadaan Yoris, dan mengapa ia membunuh Yoris. A
walnya, kata Bambang, Novi sempat menolak. Namun, setelah melalui pembicaraan panjang, Novi akhirnya bersedia melepas korban.
Dalam dialog itu, tutur Bambang, Novi mengaku marah karena selama ini terabaikan. Padahal, ia sudah berkorban untuk banyak orang. Banyak orang di daerah itu menduga, Novi merupakan korban yang dijadikan tumbal saat pembuatan Bendungan Sutami.
Cerita yang berkembang di masyarakat Mbay, dalam konstruksi Bendungan Sutami, ada sekitar tiga sampai empat orang yang dijadikan tumbal, dengan alasan agar bendungan tersebut kuat. Demikian juga di jembatan Mbay-Riung, yang melintang di Kali Aesesa.
Warga setempat percaya, roh para korban yang tewas terpaksa, diduga bergentayangan di sepanjang Kali Aesesa dan Irigasi Mbay Kanan. Roh-roh itu, menurut kepercayaan warga, selalu meminta korban setiap tahun.
"Dalam dialog saya dengan dia, dia mengaku marah karena selama ini diabaikan. Ia mengatakan, masyarakat di Mbay baru memperhatikannya ketika sudah ada korban. Kalau tidak ada korban, ia diabaikan. Dia juga sempat menolak melepas korban, dengan alasan ingin bermain lebih lama dengan korban," tutur Bambang.
"Tapi saya bilang, kalau begitu kamu menyusahkan saya dan banyak orang. Akhirnya dia menyuruh saya pulang, karena tidak lama lagi korban sudah bisa ditemukan. Ternyata benar. Ketika kami baru sampai di halaman rumah duka, sudah ada informasi bahwa teman-teman Tagana sudah menemukan jasad korban," imbuh Bambang.
Selain Yoris, lanjut Bambang, korban-korban sebelumnya juga meninggal karena ulah Novi.
"Itu diceritakan sendiri oleh Novi. Kalau Yoris, Novi marah karena Yoris menabrak dia. Padahal, dia sudah bantu menyeberangkan dua ekor kambing. Tapi, korban masih mau ambil kambing ketiga," jelas Bambang.
"Ketika korban lompat ke sungai untuk ambil kambing ketiga, tubuh Yoris menabrak dia (Novi). Dia marah dan mencekik dan menenggelamkan Yoris," papar Bambang.
Cerita Bambang juga sama dengan paranormal sebelumnya, yang mengatakan sejak siang ketika Yoris tenggelam hingga malam, Yoris sebenarnya tidak hanyut atau berpindah tempat, tapi ada di dasar sungai tempat Yoris tenggelam.
Pada Kamis malam atau malam Jumat, Yoris baru dibawa Novi ke Kela, tempat jasad Yoris ditemukan. Mungkin hanya faktor kebetulan atau memang cerita itu benar adanya, setelah Yoris tenggelam, banjir di Kali Aesesa langsung surut, hujan dan angin kencang berhenti. Baru pada Jumat sore turun gerimis.
Cerita kini menjadi buah bibir masyarakat Mbay. Masyarakat di Mbay percaya, Novi merupakan roh seorang gadis remaja berusia 15 tahun, yang dicor hidup-hidup ketika pembangunan konstruksi Bendungan Sutami, beberapa puluh tahun silam.
Ada juga yang meyakini Novi merupakan 'penguasa' dan penjaga Kali Aesesa. Terlepas dari kebenaran cerita tersebut, peristiwa tenggelamnya beberapa korban di Kali Aesesa setiap tahun harus dijadikan pelajaran, agar semua orang di daerah itu mawas diri dan tidak bertindak gegabah, ketika Kali Aesesa sedang mengamuk.
Novi mungkin hanya sekadar simbol dari kemarahan alam, karena kita tidak tahu berterima kasih.
Kematian Yoris diduga tidak sekadar terhanyut banjir, melainkan ada kekuatan lain, yakni Novi, perempuan cantik penguasa Kali Aesesa.
Mitos yang beredar, Novi, perempuan cantik dari dunia lain, setiap tahun selalu meminta korban. Kemarahan Novi biasanya ditandai hujan lebat dan angin kencang, yang berlangsung berhari-hari dan berhenti ketika sudah ada korban.
Kondisi jenazah Yoris juga menguatkan keyakinan warga di Mbay, bahwa Yoris tidak seperti korban tenggelam pada umumnya. Perut Yoris tidak kembung. Peran Novi pada kematian Yoris dan juga dalam upaya penemuan jasadnya, menjadi perbincangan hangat tim gabungan dan para pelayat.
Menurut salah satu sesepuh di Kampung Nila, RT 05/RW 01 Kelurahan Mbay, Kecamatan Aesesa, Kabupaten Nagekeo, setiap tahun selalu ada korban tenggelam di Kali Aesesa. Sebelum jatuh korban, biasanya ditandai hujan dan angin kencang selama berhari-hari.
Masyarakat setempat meyakini, jika terjadi cuaca ekstrem, berarti Novi sedang marah dan minta korban. Yakin adanya kekuatan lain dalam peristiwa tenggelamnya Yoris, keluarganya pada Jumat (11/1/2013) menggelar ritual di rumah duka, dan di lokasi Yoris tenggelam, setelah sehari sebelumnya upaya pencarian Yoris tidak membuahkan hasil.
Dengan seekor ayam jantan merah dan telur ayam kampung, jasad Yoris akhirnya ditemukan. Selain ritual adat oleh pihak keluarga, siang itu seorang anggota TNI bernama Bambang Sutrisno yang mampu berkomunikasi dengan kaumnya Novi, akhirnya mampu menghadirkan Novi di tengah upaya pencarian korban.
Melalui perantaraan seorang ibu yang konon 'berteman' baik dengan Novi, Bambang berkomunikasi dengan Novi. Sang ibu yang menjadi perantara, menurut cerita, berkenalan dengan Novi saat berekreasi di Bendungan Sutami, beberapa waktu lalu.
Kala itu, secara tidak sengaja Novi masuk ke tubuh perempuan paruh baya, dan mengatakan ingin berkenalan dan berteman dengannya. Sejak itu, keduanya pun berteman.
Menurut perempuan yang namanya dirahasiakan, Novi akan datang padanya dan menyampaikan berbagai hal yang membuatnya marah atau kecewa.
Pada Jumat siang. Novi datang dengan perantara tubuhnya, Novi berkomunikasi dengan Bambang. Saat itu, Bambang meminta agar Novi memberitahu di mana keberadaan Yoris, dan mengapa ia membunuh Yoris. A
walnya, kata Bambang, Novi sempat menolak. Namun, setelah melalui pembicaraan panjang, Novi akhirnya bersedia melepas korban.
Dalam dialog itu, tutur Bambang, Novi mengaku marah karena selama ini terabaikan. Padahal, ia sudah berkorban untuk banyak orang. Banyak orang di daerah itu menduga, Novi merupakan korban yang dijadikan tumbal saat pembuatan Bendungan Sutami.
Cerita yang berkembang di masyarakat Mbay, dalam konstruksi Bendungan Sutami, ada sekitar tiga sampai empat orang yang dijadikan tumbal, dengan alasan agar bendungan tersebut kuat. Demikian juga di jembatan Mbay-Riung, yang melintang di Kali Aesesa.
Warga setempat percaya, roh para korban yang tewas terpaksa, diduga bergentayangan di sepanjang Kali Aesesa dan Irigasi Mbay Kanan. Roh-roh itu, menurut kepercayaan warga, selalu meminta korban setiap tahun.
"Dalam dialog saya dengan dia, dia mengaku marah karena selama ini diabaikan. Ia mengatakan, masyarakat di Mbay baru memperhatikannya ketika sudah ada korban. Kalau tidak ada korban, ia diabaikan. Dia juga sempat menolak melepas korban, dengan alasan ingin bermain lebih lama dengan korban," tutur Bambang.
"Tapi saya bilang, kalau begitu kamu menyusahkan saya dan banyak orang. Akhirnya dia menyuruh saya pulang, karena tidak lama lagi korban sudah bisa ditemukan. Ternyata benar. Ketika kami baru sampai di halaman rumah duka, sudah ada informasi bahwa teman-teman Tagana sudah menemukan jasad korban," imbuh Bambang.
Selain Yoris, lanjut Bambang, korban-korban sebelumnya juga meninggal karena ulah Novi.
"Itu diceritakan sendiri oleh Novi. Kalau Yoris, Novi marah karena Yoris menabrak dia. Padahal, dia sudah bantu menyeberangkan dua ekor kambing. Tapi, korban masih mau ambil kambing ketiga," jelas Bambang.
"Ketika korban lompat ke sungai untuk ambil kambing ketiga, tubuh Yoris menabrak dia (Novi). Dia marah dan mencekik dan menenggelamkan Yoris," papar Bambang.
Cerita Bambang juga sama dengan paranormal sebelumnya, yang mengatakan sejak siang ketika Yoris tenggelam hingga malam, Yoris sebenarnya tidak hanyut atau berpindah tempat, tapi ada di dasar sungai tempat Yoris tenggelam.
Pada Kamis malam atau malam Jumat, Yoris baru dibawa Novi ke Kela, tempat jasad Yoris ditemukan. Mungkin hanya faktor kebetulan atau memang cerita itu benar adanya, setelah Yoris tenggelam, banjir di Kali Aesesa langsung surut, hujan dan angin kencang berhenti. Baru pada Jumat sore turun gerimis.
Cerita kini menjadi buah bibir masyarakat Mbay. Masyarakat di Mbay percaya, Novi merupakan roh seorang gadis remaja berusia 15 tahun, yang dicor hidup-hidup ketika pembangunan konstruksi Bendungan Sutami, beberapa puluh tahun silam.
Ada juga yang meyakini Novi merupakan 'penguasa' dan penjaga Kali Aesesa. Terlepas dari kebenaran cerita tersebut, peristiwa tenggelamnya beberapa korban di Kali Aesesa setiap tahun harus dijadikan pelajaran, agar semua orang di daerah itu mawas diri dan tidak bertindak gegabah, ketika Kali Aesesa sedang mengamuk.
Novi mungkin hanya sekadar simbol dari kemarahan alam, karena kita tidak tahu berterima kasih.