Kisah Pria Gagal Kuliah Kini Berduit Rp 37 Triliun

spirit

Mod
7323f050-83c3-4ad2-b988-fae378c6bfc1.jpg

Daniel Ek. Foto: Getty Images​

Spotify makin berkibar. Sebuah layanan streaming musik asal Swedia, diciptakan lelaki bernama Daniel Ek. Berkat sukses Spotify, pria berkepala pelontos ini memiliki harta tembus USD 2,5 miliar menurut Forbes, atau di kisaran Rp 37,9 triliun.

"Kami adalah salah satu mitra terbesar dari label rekaman dalam hal musik digital. Kami adalah sumber pendapatan yang substansial untuk industri musik secara keseluruhan," katanya mengenai Spotify.

Daniel sudah kenalan dengan musik di umur 5 tahun setelah dihadiahi gitar oleh orang tuanya. Sang ibu adalah penyanyi opera dan pianis. Ayah kandungnya meninggalkan Daniel saat ia masih bayi, sedang ayah tirinya bekerja di bidang TI. Jadi dia akrab dengan musik dan teknologi sejak belia.

Masa kecil Daniel dihabiskan di sebuah apartemen di daerah Ragsved. Bakat entrepreneurnya mulai terlihat ketika pada usia 14 tahun, Daniel membuat bisnis pembuatan website dengan merekrut teman temannya yang ahli. Dia pun jadi remaja kaya dengan pendapatan sampai USD 15 ribu per bulan yang ia habiskan antara lain untuk membeli video game.

Gemar dengan teknologi, ia tak segan membeli server sendiri untuk percobaan. Dia juga nekat coba melamar di Google, tapi ditolak karena belum cukup umur. Tapi kejadian itu malah memicunya membuat perusahaan mesin cari sendiri. Usaha itu gagal, tapi dia sukses jadi karyawan di sebuah perusahaan teknologi bernama Jajja. Gajinya lagi lagi untuk membeli server.

Daniel masuk kuliah di Royal Institute of Technology jurusan teknik. Tapi ia memilih drop out hanya dalam 8 minggu karena merasa hanya belajar teori. Tapi gagal kuliah itu tak bepengaruh besar, ia malah jadi kaya. Daniel yang kreatif dan pintar ini kemudian membuat program untuk sebuah perusahaan dan dibayar USD 1 juta. Dari jualan paten, ia dibayar lagi USD 1 juta.

Sudah kaya di usia 23 tahun, Daniel malah bosan. Ia tak tahu mau berbuat apalagi. Maka dibelinya apartemen 3 kamar di ibu kota Stockholm dan sebuah Ferrari Modena. Ya, ia malah berfoya foya namun merasa sedih karena tetap belum bisa memikat para gadis. "Waktu itu aku ingin lebih terlihat keren," katanya.

Kebingungan, Daniel menjual mobil mewahnya dan pindah ke dekat orang tuanya untuk meditasi dan kadang main gitar. Di situlah Daniel memiliki ide untuk mengawinkan musik dan teknologi. Dia lalu kenalan dengan seorang veteran Silicon Valley bernama Martin Lorentzon yang sudah kaya raya dan seperti Daniel, bosan dengan hidupnya.

Setelah nongkrong beberapa lama, keduanya akhirnya punya misi untuk mengguncang industri musik. Daniel merasa industri musik sedang sekarat. Ketemulah nama Spotify. Mulailah mereka merekrut orang.

Jatuh Bangun Merancang Spotify

Daniel dan Martin kemudian merancang interface Spotify yang mengambil inspirasi dari iTunes. Namun Daniel tak ingin buru-buru meluncurkannya sebelum mencapai kesepakatan dengan label.

Tapi kesepakatan dengan label ternyata sangat sulit, sampai memakan waktu 2 tahun. Daniel berusaha meyakinkan bahwa model bisnis Spotify akan menghasilkan lebih banyak penjualan musik. "Ini ide hebat, aku waktu itu yakin pasti berhasil," kata Daniel.

315da49c-1acf-477a-995e-e3861400c6d6.jpg

Spotify. Foto: Microsoft​

Daniel dan Martin menghabiskan banyak uang dalam perjuangan itu. "Kami berjudi dengan uang pribadi kami. Kami dipimpin oleh keyakinan dibanding rasionalitas," tutur Daniel.

Akhirnya di tahun 2008, Spotify debut di wilayah Skandinavia, Prancis dan Inggris. Dan baru 3 tahun kemudian, deal final untuk wilayah AS terjadi.

Sean Parker, mantan presiden Facebook yang sekarang anggota direksi Spotify dan membantu mereka masuk AS, mengagumi Daniel. "Dia satu satunya entrepreneur teknologi yang punya kesabaran untuk mencapai sesuatu dan kemampuan untuk tidak runtuh dalam tekanan atau menjadi frustrasi," kata Parker.

Daniel memang suka meditasi, mungkin itu kunci ketenangannya. "Aku pernah bicara dengan Daniel di kantornya, dia duduk tanpa bergerak seperti Budha dari Swedia. Yang bergerak cuma mulutnya," tambah Parker.

Kini, Spotify sudah sukses besar. Penggunanya tengah tahun ini berada di angka 180 juta di seluruh dunia dan sekitar 83 juta di antaranya berbayar.


sumber
 
Back
Top