Kisruh Pemilu di Rusia

Dipi76

New member
POLITIK RUSIA
Putin Tuduh AS Memicu Demonstrasi
| Jumat, 9 Desember 2011 | 04:26 WIB


MOSKWA, KAMIS - Perdana Menteri Rusia Vladimir Putin menuduh Amerika Serikat berada di belakang aksi demonstrasi besar-besaran menentang hasil pemilu parlemen di Rusia dalam beberapa hari terakhir ini. Menurut Putin, AS melakukan itu untuk memastikan posisi sebagai satu-satunya negara adidaya di dunia.

Putin mengungkapkan itu dalam pidato yang disiarkan televisi nasional Rusia, Kamis (8/12). Ini merupakan pernyataan resmi pertama Putin menanggapi aksi demonstrasi yang pecah sejak Senin lalu, atau sehari setelah pemilu dilangsungkan.

Sejak menjabat presiden Rusia pada periode 2000-2008, Putin berulang kali menuduh Barat membiayai musuh-musuh Kremlin untuk melemahkan dan menghalangi kebangkitan kembali Rusia setelah keruntuhan Uni Soviet.

”Apa yang bisa kita baca dari semua ini? Kita tetap menjadi kekuatan nuklir besar. Ini memicu kekhawatiran para mitra kita. (Jadi) mereka berusaha menggoyahkan kita agar kita tak lupa siapa yang jadi bos di planet ini,” seru Putin.

Menurut dia, AS memberikan ”sinyal” kepada kelompok-kelompok oposisi di Rusia untuk bergerak melalui pernyataan Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton yang mengkritik hasil pemilu parlemen itu.

”Dia (Hillary) memberi sinyal kepada para aktivis oposisi. Mereka mendengar sinyal itu dan, dengan dukungan Departemen Luar Negeri AS, mulai aktif bergerak,” ujar Putin, yang mengincar jabatan presiden Rusia untuk ketiga kali tahun depan.

”Sinyal” yang dimaksud Putin adalah pernyataan Hillary yang mengkritik hasil pemilu parlemen di Rusia. ”Para pemilih di Rusia berhak mendapatkan penyelidikan penuh terhadap dugaan manipulasi dan kecurangan pemilu,” kata Hillary di sela-sela konferensi tentang masa depan Afganistan di Bonn, Jerman, Senin.

Partai Rusia Bersatu yang dipimpin Putin memenangi pemilu parlemen dengan meraih hampir 50 persen suara, turun signifikan dibandingkan dengan perolehan suara pada pemilu 2007. Pihak oposisi menduga, dukungan kepada partai berkuasa itu sebenarnya lebih rendah lagi, dengan adanya laporan berbagai kecurangan dalam pemilu.

Dana hibah

Putin meyakini, negara-negara Barat telah mengucurkan dana jutaan dollar AS untuk mendorong perubahan politik di Rusia. ”Memasukkan dana asing ke dalam proses pemilu ini sangat tidak bisa diterima. (Uang) ratusan juta telah ditanamkan untuk (membiayai) usaha ini. Kita perlu menyusun langkah untuk melindungi kedaulatan kita, membangun pertahanan melawan intervensi dari luar,” kata Putin.

Sebelum pemilu, Putin telah menuduh Barat mendanai beberapa lembaga swadaya masyarakat di Rusia untuk mempertanyakan keabsahan pemilu. Satu- satunya lembaga independen pemantau pemilu di Rusia, Golos, yang memang didukung dana hibah dari AS dan Eropa, mendapat tekanan berat dari Pemerintah Rusia dan laman resmi mereka bahkan sempat diretas.

Menanggapi tuduhan ini, Hillary mengatakan, kritiknya atas dugaan kecurangan pada pemilu Rusia itu memiliki landasan kuat. ”Kami menyampaikan keprihatinan yang menurut kami punya dasar kuat tentang pelaksanaan pemilu (di Rusia),” tutur Hillary di sela-sela pertemuan NATO di Brussels, Belgia, Kamis.

===================

Pemilu
Dianggap Curang, Putin Tetap Melenggang
Josephus Primus | Josephus Primus | Sabtu, 10 Desember 2011 | 16:10 WIB

KOMPAS.com — Faktanya, Partai Rusia Bersatu memenangi pemilihan umum (pemilu) parlemen Rusia. Pemimpin partai ini adalah perdana menteri petahana Rusia, Vladimir Putin. Menurut warta AP dan AFP pada Sabtu (10/12/2011), aroma kecurangan pun segera merebak.

Sebelumnya, Komisi Pemilu Rusia mengumumkan kalau Partai Rusia Bersatu meraih 49 persen suara. Sebaliknya, tiga partai lainnya harus berbagi 53 persen sisa suara. Ketiga partai pesaing ini pun sejatinya tak memenuhi ambang batas 3 persen.

Adalah kelompok oposisi dan pengamat internasional yang mencium bau kecurangan. Ada yang menemukan kenyataan kalau anggota Komisi Pemilu Rusia malahan bersikap berbeda dengan hasil penghitungan tadi. "Partai Rusia Bersatu diistimewakan dibandingkan partai lain," kata anggota Komisi Pemilu Rusia Yefgeny Kolyushin.

Selanjutnya, kelompok oposisi mencatat ada sejumlah pelanggaran dalam pemilu parlemen Rusia. Kubu oposisi mengatakan, pelanggaran antara lain terjadi dalam bentuk pengisian kotak suara ataupun tawaran imbalan uang kepada sejumlah pemilih.

Sejak penghitungan hasil pemilu diumumkan awal pekan ini, kelompok oposisi sudah melakukan protes. Ribuan orang yang berseberangan dengan Putin melakukan unjuk rasa di Moskwa dan kota-kota besar lainnya. Unjuk rasa diperkirakan akan berlanjut, setelah hasil pemilu ini diumumkan. "Rakyat Rusia akan terus turun ke jalan karena mereka dirugikan akibat situasi politik sekarang," kata Yevgeniya Chirikova, pemimpin unjuk rasa.

Pihak berwenang membubarkan unjuk rasa dengan paksa. Lalu, ratusan demonstran, termasuk beberapa tokoh oposisi, ditangkap.

Mantan pemimpin Uni Soviet, Mikhail Gorbachev, sudah meminta secara terbuka agar digelar pemilihan ulang.



Kompas



-dipi-
 
Back
Top