KKB Papua Ancam Hancurkan Semua Fasilitas Publik dan Serang Warga Sipil

spirit

Mod
w1200

MANADOPOST.ID – Jurubicara Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat Organisasi Papua Merdeka (TPNPB OPM), Sebby Sambom, Sabtu (18/9/2021), menyatakan, konflik di Papua merupakan perang pembebasan nasional bangsa Papua untuk menuntut hak politik penentuan nasib sendiri, yakni merdeka dari Indonesia.

Dilansir dari Pojoksatu, TPNPB OPM yang dicap teroris kelompok kriminal bersenjata (KKB) itu mengancam akan menghancurkan semua fasilitas publik yang dibangun pemerintah Indonesia di Papua.

“Semua fasilitas itu program pemerintah kolonial Indonesia maka TPNPB OPM akan hancurkan semuanya di seluruh tanah Papua,” ancamnya.

Ia menyebut, semua fasilitas umum itu nantinya akan kembali dibangun setelah Papua sepenuhnya merdeka dari Indonesia.

Sebby Sambom menyebut, pihaknya pun sudah mengingatkan kepada warga pendatang agar meninggalkan lokasi perang.

Namun, para pendatang itu mengabaikan seruan TPNPB OPM.

“Sebelumnya kami sudah umumkan bahwa orang imigran Indonesia harus tinggalkan wilayah perang, termasuk Pegunungan Bintang,” kata dia.


 
Jenazah-perawat-Gabriela-Maelani-dievakuasi-dari-jurang-di-Distrik-Kiwirok-Papua-640x365-1.jpg

Jenazah perawat Gabriella Meilani dievakuasi dari jurang di Distrik Kiwirok Papua. Foto lain, Gabriella semasa hidup. (Instagram/papua_talk)

KKB Bantah Serang dan Bunuh Gabriella Meilan, Tapi Pengakuan Nakes Ini Bongkar Semuanya

MANADOPOST.ID – Pernyataan Jurubicara Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat Organisasi Papua Merdeka (TPNPB OPM), Sebby Sambom, agak ganjil, Sabtu (18/9/2021).

TPNPB OPM yang dicap teroris kelompok kriminal bersenjata (KKB) itu menyatakan bertanggung jawab atas penyerangan tenaga kesehatan (nakes) dan guru serta fasilitas publik di Distrik Kiwirok, Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua pada 13-14 September 2021.

Namun Sambon juga membantah menyerang dan membunuh tenaga kesehatan Gabriella Meilan yang akrab disapa Suster Ella.

“Itu mungkin kecelakaan,” kata Sambom dilansir dari Pojoksatu yang mengutip akun TheTpnpb OpmNews.

Sebaliknya, mereka malah meminta Komisi HAM PBB agar turun tangan ikut menyelidiki kronologis peristiwa itu.

“Oleh karena itu, tim independen yaitu Komisi HAM PBB harus ke West Papua untuk investigasi, karena tim investigasi Indonesia diragukan,” sambungnya.

Selain itu, mereka juga meminta pemerintah Indonesia tidak membatasi tim Komisi HAM PBB datang ke Papua untuk melakukan investigasi.

TPNPB OPM juga menyatakan bertanggung jawab atas penyerangan nakes dan guru serta fasilitas publik di Distrik Kiwirok, Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua pada 13-14 September 2021.

TPNPB mengklaim aksi tersebut dilakukan sebagai bentuk perlawanan kepada pemerintah Indonesia.

Ia mengklaim bahwa para nakes tersebut diserang karena telah menjadi agen TNI-Polri

“Semua fasilitas itu biasa dipakai boleh militer, dan dua orang (nakes) yang kerja di wilayah itu pun agen TNI-Polri,” klaim Sambom.

Sementara itu, dari pengakuan Marselinus Ola Atanila, nakes yang selamat, bahwa mereka terpaksa lompat ke jurang karena dikejar KKB.

Bahkan KKB terus mengejar tiga nakes perempuan rekannya ke jurang.

Awalnya dia dan ketiga suster sempat bersembunyi di kediaman warga, akan tetapi situasi masih tidak aman sehingga mereka kembali melarikan diri dan memutuskan melompat ke jurang. Ketiga nakes perempuan itu, termasuk Gabriella Meilan tersangkut di pohon dan semak-semak.

Ternayta, KKB terus mengikuti mereka ke bawah dan menemukan ketiga suster. Sedangkan Marselinus Ola Atanila tidak ditemukan karena bersembunyi di antara tebing dan akar-akar.

“Mereka mulai menelanjangi suster dengan tidak membuka pakaiannya secara sopan, tetapi mereka menelanjanginya dengan barang tajam atau parang, langsung dipotong saja pakaian mereka. Mulai dibuka dari baju sampai celana dalam semuanya,” ujarnya.

Setelah menelanjangi ketiga perawat, anggota KKB pun melakukan tindak kekerasan secara brutal dan sangat sadis.

“Paha mereka ditikam, muka mereka ditonjok, kemudian (maaf) kemaluan mereka ditikam juga dengan parang. Kejadian semakin brutal, karena jumlah mereka semakin banyak,” ujar Marselinus Ola Atanila.

Melihat rekannya mendapat perlakukan sangat sadis tersebut, para suster pun semakin lemah dan tidak berdaya, hingga akhirnya pingsan.

“Dalam keadaan pingsan, mereka dipikir bahwa mereka sudah meninggal sehingga terpaksa mereka didorong lagi ke dalam jurang yang lebih dalam. Kedalaman jurangnya itu sekitar 300-400 meter,” ujar Marselinus Ola Atanila.

Begitu sampai di bagian bawah jurang, seorang suster bernama Anti langsung pingsan, sedangkan suster Kris dan Ella (Gabriela Meilan) masih bisa sadar dari pingsannya.

“Akan tetapi dalam keadaan itu mereka (KKB) tetap ikut ke bawah kemudian suster Anti dan suster Kris masih bisa bertahan untuk menghindar dari mereka dengan sembunyi di semak-semak,” ujar Marselinus Ola Atanila.

Meski dalam keadaan sadar, Gabriela Meilan tidak berdaya karena posisinya tersangkut di pohon, dan menjadi sasaran kekejian KKB.

“Suster Ella, walaupun dalam keadaan sadar tetapi sudah tidak berdaya, nyangkutnya di pohon sehingga mereka (KKB) ikut ke bawah lalu membunuhnya secara membabi buta dengan menikam di bagian perut dan juga kemungkinan mulutnya dibelah. Sehingga suster Almarhum dinyatakan meninggal pada saat itu,” ujar Marselinus Ola Atanila. (pojoksatu/viva/manadopost)

.
 
proses-evakuasi-jenazah-suster-gabriella-maelani-22-salah-satu-nakes-korban-kekejaman-kkb-berlangsung-dramatis-aparat-ditembak-2_169.jpeg

Proses evakuasi jenazah Suster Gabriella Maelani (22), salah satu nakes yang dibantai teroris KKB. (Foto: dok. TNI AD)


Dokter yang Selamat dari Serangan KKB Tepis Tudingan OPM soal Senjata

Jayapura - Teroris kelompok kriminal bersenjata (KKB) Papua mengakui telah membantai para tenaga kesehatan (nakes) saat membakar sejumlah fasilitas umum, termasuk puskesmas di Distrik Kiwirok, Kabupaten Pegunungan Bintang. Teroris KKB malah menuduh salah seorang dokter membawa senjata api.
Pengakuan dan tuduhan itu disampaikan salah seorang juru bicara teroris KKB TPNPB-OPM Sebby Sambom dalam keterangannya.

"Pembantaian terhadap tenaga medis itu bermula karena dokter di Puskesmas Kiwirok lebih dulu mengeluarkan senjata api dan menembaki Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB)," tulis Sebby dalam keterangannya.

Tuduhan teroris KKB itu langsung dibantah dr Restu Pamanggi, salah seorang dokter yang selamat dan saat ini sedang dirawat di RS Marthen Indey, Jayapura.

"Saya masyarakat sipil biasa, saya di sana melayani, bukan sebagai militer. Saya melayani sebagai dokter biasa, semua di sana kenal saya. Sebagai masyarakat sipil biasa saya tidak pegang senjata api," ujar dr Restu kepada wartawan, Senin (20/9).

Menurut dr Restu, pihaknya bahkan tidak memiliki senjata apa pun untuk membela diri saat para nakes dibantai dengan tidak manusiawi oleh teroris KKB.

"Saya hanya sembunyi di rumah, kemudian diserang, dibakar lalu saya keluar. Saat keluar, saya dikeroyok sampai tangan saya patah," katanya lirih.

Untuk diketahui, Sebby Sambom, yang merupakan juru bicara teroris KKB dari kelompok TPNPB-OPM, memang selalu keluar memberikan pembelaan sesaat setelah kelompoknuya melakukan aksi tidak manusiawi.

Sementara itu, penyerangan teroris KKB di Distrik Kiwirok masih meninggalkan duka bagi sejumlah nakes yang menjadi korban, termasuk para keluarganya. Dari 11 orang yang dibantai, seorang suster bernama Gabriella Meilani meninggal dunia setelah dibunuh secara sadis.

Sedangkan satu perawat lainnya atas nama Gerald Sokoy hingga kini tak diketahui nasibnya. Jenazah Suster Ella juga hingga kini belum berhasil dievakuasi ke Kota Jayapura.


 
Back
Top