Klarifikasi Andy F Noya atas Tudingan 'Pengusiran' Dewi Motik

ishimaru

New member
andydlm.jpg

Jakarta - Pembawa acara Talk Show Kick Andy, Andy F Noya mengklarifikasi tudingan atas dirinya yang telah 'mengusir' terhadap Ketua Umum Kowani Dewi Motik. Andy menyatakan bahwa hal itu dilakukan agar acara tidak terganggu.

Menurut Andy sebagai penonton Tetty Elmir seharusnya melihat secara utuh rekaman acara agar tidak salah tafsir. Andy membuat 21 poin klarifikasi untuk menjelaskan duduk persoalan. Klarifikasi itu ia muat di andys corner di situs resmi Kick Andy.

"Kepada penonton tersebut saya menjelaskan agar dalam mengikuti rekaman malam itu sebaiknya melihatnya secara utuh, jangan sepotong-sepotong, agar bisa dipahami. Sebab saat itu rekaman baru berjalan tiga segmen dari enam segmen," tulis Andy yang dimuat di situs KickAndy.com, Minggu (23/1/2011).


Berikut klarifikasi lengkap Andy F Noya atas tudingan 'pengusiran' Dewi Motik:

Seorang penonton di acara rekaman KA menulis di blognya bahwa saya “mengusir” yang bersangkutan dari studio. Dalam tulisannya, penonton tersebut lalu menghakimi saya dengan sederet “dosa” yang saya perbuat pada saat itu. Termasuk penilaian atas pribadi saya.

Pada mulanya, saya enggan menanggapi dan juga meminta teman-teman di tim KA untuk tidak memberi tanggapan. Namun melihat perkembangan yang ada, maka ijinkanlah saya menjelaskan duduk perkara versi saya agar Anda mendapatkan gambaran yang lebih utuh atas insiden tersebut.

PERTAMA, dalam rekaman dengan topik “Ancaman Seks Bebas di Kalangan Remaja” malam itu, penonton tersebut bukan penonton yang diundang langsung oleh Tim KA, melainkan penonton yang diundang oleh Ibu Elly Risman, salah satu narasumber kami saat itu.

Selama ini kepada setiap penonton KA yang akan hadir dalam rekaman, kami selalu menyampaikan lebih dulu topik yang akan diangkat, siapa saja narasumber, dan apa tujuan diangkatnya topik tersebut. Hal ini sudah kami lakukan hampir lima tahun sebagai aturan baku guna menghindari kesalahpahaman. Artinya jika ada yang kurang sreg dengan topik yang diangkat, maka dia bisa membatalkan kehadirannya. Hal itu juga dilakukan untuk menghindari adanya anak-anak yang dibawa orangtuanya untuk menonton topik yang tidak tepat.

Dalam konteks ini, mungkin penonton tersebut tidak mendapat gambaran yang jelas atau utuh tentang topik dan tujuan diangkatnya topik tersebut. Pada hari itu. Hal ini diperkuat dari pengakuannya di blog, bahwa dia hadir tanpa direncanakan, melainkan atas desakan Ibu Elly.
Pada rekaman malam itu, pengamanan bahkan lebih kami perketat dengan membatasi hanya mahasiswa dan orang dewasa yang boleh hadir di studio. Remaja SMA ke bawah dilarang. Komitmen tersebut dijalankan dengan baik malam itu.

KEDUA, pada setiap topik kami bagi dalam enam segmen. Setiap segmen berisi pesannya masing-masing. Biasanya konklusi atau pesan moral yang akan disampaikan, diutarakan di segmen lima dan enam. Segmen awal biasanya untuk mengungkapkan fakta-fakta.

KETIGA, pada saat segmen tiga berakhir, dimana saat itu narasumber yang tampil adalah remaja pria (19 tahun) yang terjerumus dalam seks bebas dan bahkan seks komersial, tiba-tiba Ibu Dewi Motik yang hadir sebagai penonton yang diundang oleh Ibu Elly Risman melakukan interupsi. Dia mengatakan dia dizolimi dengan kehadiran anak remaja tersebut sembari menegaskan dia datang ke acara KA untuk mendengarkan Ibu Elly, bukan mendengarkan pernyataan narsum tersebut. Karena Ibu Dewi Motik (yang datang terlambat) berkali-kali menyatakan dia telah dizolimi, maka saya mempersilakan Ibu Dewi untuk meninggalkan studio jika dia merasa tidak nyaman dengan narsum yang sedang saya wawancarai.

KEEMPAT, Ibu Dewi Motik meninggalkan Studio. Lalu tiba-tiba seorang penonton berdiri dan dengan suara lantang menyatakan hal yang sama dengan Ibu Dewi Motik. Dia mengatakan datang ke studio untuk mendengarkan Ibu Elly dan bukan untuk mendengarkan “bualan” remaja tersebut. Kepada penonton tersebut saya menjelaskan agar dalam mengikuti rekaman malam itu sebaiknya melihatnya secara utuh, jangan sepotong-sepotong, agar bisa dipahami. Sebab saat itu rekaman baru berjalan tiga segmen dari enam segmen.

KELIMA, Saya melihat penonton tersebut tetap menunjukkan raut wajah tak senang. Dalam waktu yang terbatas tentu saya tidak bisa menjelaskan secara detail, mengingat saya juga harus memperhatikan kepentingan 500-an penonton lain yang tentu ingin rekaman berjalan lancar dan tepat waktu. Maka, kepada penonton tersebut saya mengatakan jika dia merasa terganggu silakan meninggalkan studio.

KEENAM, saya baru mengetahui begitu banyaknya “dosa” saya di mata penonton tersebut setelah saya membaca tulisannya di blog. Pada saat yang bersangkutan protes, yang dia persoalkan adalah mengapa Ibu Elly Risman, sahabat beliau, tidak duduk di atas panggung tetapi hanya dijadikan “aksesoris” dengan duduk di antara penonton.

Tanpa sadar, yang bersangkutan telah merendahkan Ibu Elly dengan pernyataannya tersebut. Seakan Ibu Elly begitu naif untuk mau dipajang sebagai “aksesoris” dalam acara KA, mengingat prestasi dan kepakaran beliau yang sudah kita kenal selama ini. Penonton tersebut juga menyesalkan mengapa Ibu Elly hanya didudukan di kursi penonton dan cuma ditanya singkat.

Kesimpulan yang tentu terlalu dini, mengingat acara baru berjalan tiga segmen dari enam segmen yang direncanakan. Dalam rundown yang kami siapkan, Ibu Elly sudah diplot untuk berbicara di tiga segmen (2, 4, dan 6). Hal ini juga sudah diketahui dan disetujui oleh Ibu Elly, bahkan dalam briefing sebelum rekaman, poin-poin apa yang akan disampaikan pada setiap segmen sudah didiskusikan dengan Ibu Elly. Termasuk tempat duduk Ibu Elly diantara penonton. Soal format tempat duduk bagi narsum ahli diantara penonton, sudah lima tahun lamanya dilakukan di KA. Saya mencoba memahami mungkin penonton tersebut belum pernah menonton KA sehingga tidak mengetahui format ini. Atau mungkin terlalu bersemangat mendukung Ibu Elly.

Pada saat penonton tersebut protes soal ini, Ibu Elly baru berbicara satu segmen. Saya hanya tersenyum membaca tulisan yang bersangkutan di blognya bahwa setelah dia protes, baru Ibu Elly kami beri porsi bicara cukup banyak. Ibu Elly tentu bisa menjelaskan hal ini karena beliau mengetahui bahwa sejak awal beliau memang sudah diplot untuk tiga segmen. Ini jumlah yang banyak mengingat biasanya pakar yang tampil di KA mendapat porsi dua segmen saja. Karena penonton tersebut katanya juga seorang broadcaster yangpernah belajar televisi di Amerika, tentunya juga paham bagaimana sebuah rundown acara televisi disiapkan.

KETUJUH, penonton tersebut juga mengaku tidak sudi diperintah untuk tepuk tangan bagi sesuatu yang menurut dia harusnya ditangisi. Jujur saya baru tahu soal tepuk tangan ini menjadi persoalan dari tulisan yang bersangkutan di blognya. Pada saat di studio, masalah ini sama sekali tidak diucapkan sebagai alasan keberatan.

Jika saja yang bersangkutan tidak emosional dan mengikuti rekaman dengan kepala dingin dan berpikiran positif, maka dia dapat memahami tujuan tepuk tangan. Selama ini tepuk tangan di KA biasanya diberikan ketika narasumber memberikan pernyataan yang perlu mendapat penghargaan atau dukungan.

Dalam konteks rekaman malam itu, di ujung segmen remaja putri yang jadi narsum mengatakan dia menyesali apa yang sudah terjadi pada dirinya dan dia berjanji untuk meneruskan sekolahnya guna menggapai cita-citanya. Begitu pula halnya remaja putra yang jadi narsum, ketika ditanya oleh Ibu Elly apakah dia menyesali perbuatannya, maka dia menyatakan menyesal. Di situlah peran tepuk tangan diletakkan pada konteksnya. Jadi, pernyataan penonton tersebut mengatakan “mengapa dia harus bertepuk tangan untuk berita yang kami tangisi”, mungkin perlu diletakkan secara proporsional.

KEDELAPAN, dalam blognya, penonton tersebut mengatakan dia “Saya juga meminta Andy untuk lebih memberi ruang kepada Ibu Elly sebagai peringatan kepada masyarakat, terutama kepada anak-anak, agar tidak melakukan kesalahan yang sama”. Perlu saya tegaskan, dalam rekaman yang saya coba putar kembali, pernyataan semacam itu tidak ada sama sekali. Waktu itu semua berjalan sangat cepat. Yang ada hanya ucapan lantang penonton tersebut bahwa dia ke studio untuk mendengarkan Ibu Elly, bukan mendengarkan pernyataan (dalam blognya disebut “bualan”) narsum remaja putra tersebut. Jadi sebaiknya jangan ada dusta diantara kita (hehehe maaf menyitir syair lagu).

KESEMBILAN, penonton tersebut menuduh “semua pertanyaan2 hanya memancing jawaban yang seolah-olah memberikan pesan bahwa Seks bebas adalah sesuatu yang lumrah bagi remaja.” Untuk tuduhan ini, biarlah masyarakat penonton nanti yang menilai pada saat acara ini ditayangkan.

KESEPULUH, penonton tadi menuduh KA tidak melindungi kedua narsum remaja tersebut. Sekadar info, ini bukan pertama kali KA menghadirkan narsum yang identitasnya harus kami rahasiakan. Untuk kedua remaja itu, pengamanan yang kami lakukan bahkan berlapis. Pertama, sebelum meminta kesediaan mereka untuk menjadi narsum, kami menjelaskan kpd mereka tujuan dari topik yg hendak diangkat. Kedua, meminta persetujuan mereka. Ketiga, menyamarkan wajah mereka dengan topeng dan rambut palsu. Keempat, menggunakan nama samaran. Kelima, dalam post production, sebelum ditayangkan, suara narsum akan disamarkan juga.



Demikian penjelasan versi saya atas peristiwa “pengusiran” yang terjadi di acara rekaman KA agar Anda mendapatkan gambaran yang lebih utuh. Saya dan Tim KA juga mencoba melihat persoalan ini dari sisi positif, yakni agar kami lebih berhati-hati di kemudian hari.



sumber: http://www.detiknews.com/read/2011/01/23/094305/1552480/10/klarifikasi-andy-f-noya-atas-tudingan-pengusiran-dewi-motik?9911012





_______________________________________

maap kalu repost n salah tempat ...
 
Sebagai orang yang berkecimpung di dunia anak, gw sering tuh berhubungan dengan Bu Elly Risman. Dan sepertinya Dewi Motiknya nih yang lebay. :))
 
kalu menurut saia, neh masalh salah paham aja ....

"korban" kayaknya lum pernah nonton kick andy sebelumnya ...:D
 
Mungkin bu Dewi Motik menterjemahkan kick andy secara literal, jadi dia protes ketika nggak ada acara tendang Pak Andy Noya......


-dipi-
 
INSIDEN KELUARNYA DEWI MOTIK DALAM KICK ANDY

KISAH DI BALIK INSIDEN KELUARNYA DEWI MOTIK DAN DIUSIRNYA SAYA OLEH ANDI F NOYA DALAM KICK ANDY DI METRO TV

“Kami Tak Sudi Diperintah Untuk bertepuk Tangan Atas Bencana Yang Kami Tangisi”.


Malam ini, Rabu 19 Januari 2011 saya mendapat pembelajaran hidup yang luar biasa hebat. Peristiwa yang menjadi guru nan bijak bestari, dan tak mungkin akan terlupakan.

Sejak tadi SMS, dering telepon di HP dan rumah beberapa kali berbunyi menanyakan keadaan saya setelah diusir Andi F Noya dari Metro TV, dalam tapping acara Kick Andy (KA) tadi.

Lalu terpikirlah kini, ketimbang saya harus menceritakan kejadian yang sama berulang-ulang, mending saya tulis saja mumpung peristiwanya masih segar dalam ingatan.

“Hah, mama diusir ? seriuuuuus ?” tanya anak-anak tak percaya.

“Hehehe ga apa-apa diusir, asal setelah itu orang-orang menyadari, dan menjadi lebih sensitif, mengapa kita mau diperintah, harus bertepuk tangan untuk bencana yang kita tangisi?”. Saya berusaha cengengesan.

Hmmm…Ceritanya berawal ketika hari minggu siang 16 Januari 2011, pejuang anak dan ketahanan keluarga psikolog Elly Risman, mengirim pesan singkat kepada Ibu Inke Maris (praktisi media, Ibu Wirianingsih (mantan ketua PP Salimah, Ibu Masnah Sari(Mantan Ketua KPAI, Shakina( Direktur Lembaga Manajemen Pendidikan Indonesia) dan saya sebagai pengurus ASA Indonesia, agar kami berkenan datang ke Metro TV, Rabu untuk mensupport Ibu Elly yang diundang sebagai nara sumber dalam acara “KA”. Pada awalnya saya sudah mengatakan tak bisa hadir karena sudah ada agenda rapat. Namun karena Bu Inke Maris tiba-tiba kecelakaan, maka bu Elly lagi-lagi meminta saya untuk berkenan hadir, paling tidak memperlihatkan kekompakan kita.

Waktu itu kami semua berfikir dan membayangkan Ibu Elly Risman pimpinan Yayasan Kita dan Buah Hati, sahabat seperjuangan kami dalam mendirikan organisasi perlindungan anak ASA INDONESIA, akan dihadirkan sebagai tokoh pejuang anak dan perempuan, yang menginspirasi banyak orang dan layak jadi teladan, sebagaimana “Pahlawan di jalan sunyi” lain yang sebelumnya kerap dihadirkan di KA.

Meski kami sudah mengusahakan hadir 30 menit sebelum tapping jam 17.00 seperti yang dijadwalkan, ternyata acara molor 2 jam lebih, toh undangan berusaha ikhlas demi mensupport pejuang sekaliber Ibu Elly. Saya juga melihat begitu banyak petinggi dari berbagai organisasi termasuk institusi/lembaga negara seperti Depkes, Menkokesra, Menpora, dan lain-lain. (Semua tokoh yang saya tanyakan mengaku hadir untuk mensupport Ibu Elly, bukan atas undangan pihak Metro TV). Tentu mereka mengorban waktu mereka yang demikian berharga.

Sebelum acara dimulai, seperti biasa, floor manager ( tak taulah kalau di KA istilahnya apa) memberikan pengarahan yang antara lain, harus bertepuk tangan dengan antusias kalau dia mengaba-aba, mengawali tepuk tangan.

Sessi pertama Andi Noya menghadirkan seorang gadis remaja yang sejak usia 16 tahun sudah terbiasa melakukan seks bebas dan kini menjadi PSK. Kawan-kawan dari berbagai organisasi wanita di samping dan belakang saya mulai berbisik-bisik dan mengungkapkan kekecewaan, kenapa Andy justru mengeksplor masalah ke”terjerumusannya”, bukan alert tentang bahaya seks bebas dan pornografi. Banyak ungkapan-ungkapan miris si gadis justru ditanggapi dengan joke oleh Andi yang memberi kesan seolah membenarkan kebiasaan buruk si gadis. Misalnya Andy bertanya “Apakah bunga ( nama samaran si gadis) memilih-milih orang yang menerima jasanya(yang disebutnya sebagai klien). Lalu si gadis menggeleng. Terus Andy mencecar terus, jadi ga apa-apa kalau yang datang tipe begini, begitu…termasuk…”Jadi orang kribo juga boleh?”, tanyanya nakal sambil ngakak menunjukkan ke ‘kriboan’nya.(Meski hanya gurauan, tapi ga kebayang bagaimana perasaan anak , istri dan mertua Andy menonton acara ini )

Dan banyak lagi joke-joke yang sangat tidak pantas dilontarkan jika kita memang MEMPRIHATINKAN masalah tersebut.

Yang lebih mengecewakan, Ibu Elly Risman yang diundang sebagai nara sumber, ternyata hanya didudukkan di kursi audience, lalu ditanya singkat, tanpa mempertajam “MATERI”, yang menyangkut peringatan atas sesuatu yang selama ini selalu disebut bu Elly sebagai “Bencana Kemanusiaan” . Ibu Elly tak lebih hanya dijadikan sebagai “Asesoris” , pelengkap dan pemanis suatu acara…..dan sebagai alasan untuk suatu show yang seimbang karena menghadirkan pakar.

Sampai selesai wawancara dengan PSK remaja perempuan tadi, tak sekalipun Andy menanyakan dampak atau mudharat yang diterima si anak. Semua pertanyaan-pertanyaan hanya memancing jawaban yang seolah-olah memberikan pesan “Bahwa seks bebas adalah sesuatu yang lumrah bagi remaja, dan BETAPA MUDAHNYA MENCARI UANG DENGAN MENJUAL DIRI”. Yang lebih miris, Andy memancing apa benar si gadis juga dipakai pejabat penting ? Lalu tertawa-tawa ketika si gadis mengiyakan sembari menyebut-nyebut pelanggannya dari berbagai lembaga terhormat negara seperti DPR dan BIN. ( Kata-kata itu, lalu diulang-ulang dan diperdalam dalam canda tawa). Yang lebih konyol, ketika Andi memancing lagi, bagaimana bisa tahu bahwa mereka dari lembaga itu? Dan si”Bunga” menjawab “Dari kartu anggota “. Agaknya memang dalam segala situasi dan program, sudah menjadi rahasia umum, Metro TV senantiasa teramat BERSEMANGAT, mencoreng wibawa pemerintah. Dan kebencian kepada pemerintah itu rupanya harus dipupuk dan diekspresikan di setiap tayangan.(Pas bagian ini baru saya tertawa walau kecut, menertawakan diri sendiri, atas keluguan mencerna sesuatu yang mengabaikan akal sehat, duh apakah masuk akal, bila seseorang akan melakukan perbuatan maksiat lalu menyorongkan kartu identitas dulu? )

Babak demi babak berlalu tanpa ada penekanan bahwa ini adalah sesuatu yang harus diprihatinkan, maka diundang pula nara sumber kedua, seorang PSK laki-laki berusia 19 tahun. Andy kian berani dengan canda vulgarnya, dan berusaha terus mengilik si remaja untuk blak-blakan menceritakan kisahnya sebagai PSK laki-laki dan gigolo dengan pasar 40 % perempuan dan 60% laki-laki ( Tapi versi narator di film pendek yang diputar 70% pelanggannya adalah laki-laki). Andi dengan leluasa mengekspresikan ke’kagumannya’ atas “bualan” si anak yang katanya biasa dibayar 2-15 juta perorang, dan sehari ia biasa melayani sekitar 3 orang. Tragisnya lagi, cerita MENGERIKAN yang diungkapkan si anak yang merupakan berita duka untuk bangsa ini, justru harus diberi applause saban si nara sumber selesai mengobral kisah yang itu kian seru dan kian seru. Andi tak malu-malu mengumbar canda bahwa ia ngiri dengan gigolo bau kencur ini, dan ini adalah sesuatu yang ia juga impikan di masa muda, di saat masuk dalam obrolan bagaimana mereka ‘main dalam mobil dengan beberapa orang gadis. Sungguh-sungguh ini lawakan yang menjijikkan, dan sangat melukai perasaan kita sebagai orang tua, dan tentunya melukai perasaan orang-orang beragama dan BERADAB.

Saya benar-benar gelisah di antara tawa gaduh ratusan mahasiswa dan anak muda yang diundang hadir, sembari sesekali menatap kawan-kawan, termasuk bu Elly yang juga tak dapat menyembunyikan kegelisahan beliau. Saat BREAK, ketua Kowani Ibu Dewi Motik mengingatkan Andy, bahwa sangat tak layak meminta orang bertepuk tangan untuk sesuatu yang memprihatinkan. Berulang-ulang beliau mengatakan merasa didzalimi. Saya juga meminta Andy untuk lebih memberi ruang kepada bu Elly sebagai peringatan kepada masyarakat, terutama anak-anak, agar tidak melakukan kesalahan yang sama. (Saya malahan berharap kehadiran kawan-kawan aktifis yang juga berprofesi sebagai dokter spesialis penyakit kelamin dapat dijadikan sebagai info tambahan, bagaimana situasi dan data-data mengerikan di balik ruang prakteknya ).

Ekspektasi saya waktu itu, sebagai host yang bijak, Andy akan meminta masukan dari para pakar yang banyak hadir, bagaimana baiknya ending acara ini agar tidak disalah pahami, dan pesan yang disampaikan membawa manfaat untuk masyarakat, terutama anak mudanya agar jangan sekali-sekali meniru dan mengulangi kesalahan yang sama.

Duh….Alih-alih meminta saran, rasanya sungguh tak percaya, Andy terkenal dengan citranya yang ‘baik’ malah mengusir saya dari ruangan. Waktu Ibu Dewi Motik meninggalkan ruangan sembari mengucapkan kata-kata yang kurang lebih seperti ini…. “Maaf Andy, saya terpaksa meninggalkan ruangan ini, karena saya dizalimi. Saya pikir yang jadi nara sumber Ibu Elly, tapi ternyata anda memaksa kami untuk bertepuk tangan di tengah cerita yang menyedihkan dari anak-anak PSK ini “. Saya lihat Andy Noya dengan wajah tegang mempersilakan bu Dewi Motik yang memang sudah berjalan pergi, untuk meninggalkan ruangan. Lalu sutradara mengingatkan “Lihatlah acara ini dengan utuh”. Ibu Elly Risman juga berusaha menenangkan dengan mengatakan bahwa nanti di babak akhir acara beliau akan mengingatkan masyarakat.

Biar ruangan tidak semakin gaduh, saya mencoba menyabarkan diri dengan bilang “Ya sudah kalau begitu, saya tetap akan di sini, dan berharap semoga acara berjalan seperti yang dijanjikan”

Tak dinyana tak diduga, eh Andy dengan kasar justru berulang-ulang bilang “Ibu juga ….Ibu harus pergi dari sini, kan ibu sudah tak tahan kan…ibu harus pergi…Ibu harus pergi !!”

Otomatis sayapun mengikuti langkah Dewi Motik, disusul 2 orang petinggi Kowani lainnya, setelah memohon pamit kepada Ibu Elly Risman dan mensupport agar beliau tidak lupa menyampai pesan, betapa bahayanya pornografi dan seks bebas.(Jujur saat itu saya menangis dalam hati, memohon ampun sama Allah jika saya pernah melakukan kedzaliman kepada orang lain…dan beginilah rasanya menjadi pecundang hina dina)

Di perjalanan pulang, kami berempat tak henti-hentinya beristighfar dan bersyukur kepada Allah, atas kekuatan yang diberikanNYA untuk menyampaikan kebenaran ini. Kami tahu, sebagai host acara yang cukup bagus, Andy F Noya senantiasa dihujani puja puji dan tepuk tangan. Karena memang selama ini Andy begitu dikagumi lantaran program Kick Andynya dianggap telah banyak menginspirasi orang. Mungkin karena kehebatan itu. selama ini tak pernah ada yang berani mengingatkan jika suatu ketika Andy salah. Jadi wajar Andy sangat marah ketika kami ingatkan bahwa tak selayaknya “KISAH HOROR” PSK remaja dieksploitir. Hmmm tepuk tangan memang menikam rupanya.

Buat Andy F Noya, terimakasih telah mengusir saya dengan begitu “SANTUN”. Namun maaf sekali, saya tidak merasa lebih terhina. Saya justru bersyukur, karena setelah itu saya dapat kabar, anda memberi ruang untuk Ibu Elly bicara lebih banyak, ketimbang sebelumnya. Saya sangat menyayangkan, show anda yang dikagumi selama ini sebagai suatu tayangan yang “Mendidik”, di antara tayangan sampah, ternyata juga “mengikuti selera rendah pasar” dan eksploitatif. Bahkan hingga di akhir acarapun saya mendapat laporan dari kawan-kawan yang masih berada di dalam, bahwa tak satu patah katapun keluar nasehat untuk anak muda yang bejubel hadir, bahwa ini sesuatu keprihatinan bersama, bahaya besar buat bangsa ini, dan jangan sampai ada yang meniru, atau nasehat apalah yang mendidik.

Anda keliru jika merasa hebat telah melecehkan orang lain. Percayalah, kehormatan dimata manusia tak ada artinya, jika kita tak punya kehormatan di mata Sang Maha Kuasa. Kemuliaan seseorang tak terusik dengan sangkaan manusia manapun. Lagi pula menghina dan melecehkan orang lain, sesungguhnya kita justru tengah menghinakan dan melecehkan diri sendiri.

Karena itu saya juga telah memaafkan anda tanpa diminta. Bagi saya kejadian ini hanya teguran dan pembelajaran dari Allah buat saya, agar kita jangan terlena jika sudah merasa berbuat baik, lalu merasa paling benar dan paling hebat. Ya Allah ampuni hamba.

Oya, satu lagi kekecewaan yang ingin saya sampaikan anda dan crew Metro TV, tak sedikitpun melindungi identitas si nara sumber (PSK remaja perempuan), begitu ia keluar studio rekaman. Saya dan Ibu Dewi Motik langsung dapat mengenalinya dan sempat memeluk serta menasehatinya. Pakaian yang ia kenakan dan atribut yang menyertai masih sama dengan apa yang ia pakai sewaktu dipanggung menjadi nara sumber yang bermandikan cahaya dan sorot kamera. Padahal jika memang benar ia PSK remaja, yang mau bertobat (seperti katanya) tentu ia masih punya harapan untuk hidup baik, bukan malah dieksploitasi dan dipromosikannya sebagai pelacur !!! Pernahkah anda membayangkan, bagaimana perasaan anda jika nasib itu menimpa anak anda sendiri ?

Ketika saya hendak menutup “Cerita menjelang tidur ini”, saya dapat SMS dari Ibu Elly Risman yang bertuliskan “Kau benar adikku. Kakak Kecewa sampai tak tahu harus jawab apa. Tapi mudah-mudahan pesan yang yang sedikit itu sampai. Kita Tidak dilibatkan membuat programnya. Terimakasih ya sayang, telah bersikap”.

Ya Rabbana, berilah kami selalu kekuatan untuk menyatakan kebenaran jika itu benar, dan melawan segenap kemungkaran, meski hal itu harus melukai diri sendiri.
 
Aduh ibu Motik, ibu ini gimana sih gak pernah nonton acara Kick Andy ya? literal banget mandang acara itu, ikuti dulu acaranya sampaiselesai baru berkomentar, ah ibu ini bisa aja deh bercandanya :D
 
setelah baca keduanya, emang ini cuma salah paham, kemudian di blowup ke media biar seolah2 KA yang selalu benar itu sekarang salah gara2 mengangkat tentang seks..
 
Back
Top