Komet dan Asteroid Bisa Hancurkan Bumi
DI tengah situasi dunia yang terpecah-pecah oleh blok kepentingan ekonomi, politik, dan ideologi, muncul pertanyaan, apakah ada sesuatu yang bisa menyatukan dunia? Sungguh indah bila umat manusia bersatu, saling melindungi, dan mencintai satu dengan yang lain. Ketika nilai universal seperti keadilan, cinta kasih, hak asasi, dan sebagainya mengalami banyak tantangan dan halangan untuk bisa menyatukan umat manusia, keberadaan "musuh bersama"--mungkin--menjadi cara yang cukup ampuh.
Bumi--tidak seperti digambarkan dalam film-film dan cerita science fiction (scifi)--memang tidak diserang alien. Namun, bahaya komet dan asteroid (K+A) yang bisa menghancurkan kehidupan di Bumi bukan cerita isapan jempol belaka. Contoh populer--namun masih diperdebatkan--adalah hantaman komet 65 juta tahun lalu yang menciptakan kawah Chicxulub di Yucatan Peninsula, sebelah tenggara Meksiko, telah menghilangkan kehidupan bangsa dinosaurus. Contoh terdekat dalam sejarah modern adalah hantaman komet di Tunguska dataran Siberia pada 30 Juli 1908 yang menimbulkan getaran sejauh 300 km dan kerusakan seluas 2.000 km persegi.
Timbulkan kehancuran total
Di permukaan Bumi sekarang telah ditemukan lebih dari 160 kawah akibat hantaman K+A. Contoh terkenal adalah kawah Barringer (sesuai dengan nama geolog yang mempelajarinya pertama kali), dekat Flagstaff, Arizona, Amerika Serikat. Kawah dengan lebar 1.250 meter, panjang 3.200 meter, dan kedalaman 174 meter, terbentuk antara 30.000 - 50.000 tahun lampau. Kawah raksasa berukuran 70 km juga terbentuk di Manicovagan di Kanada, terjadi pada 210 juta tahun lampau.
Untuk menggambarkan seberapa besar kehancuran bila K+A berdiameter 2,1 km, wilayah yang hancur total mencapai radius 320 km dan hancur sebagian mencapai 960 km, bila K+A berdiameter 8,5 km menghancurkan total 2.200 km dan sebagian 6.600 km, diameter 34 km meluluhlantakkan area dengan radius 1.100 km dan kehancuran global, sedangkan jika diameternya di atas 73 km akan menghancurkan seluruh kehidupan di Bumi.
Tayangan nyata kekuatan tabrakan K+A adalah saat belasan pecahan komet P/Shoemaker-Levy 9 menabrak planet Yupiter pada 16-22 Juli 1994. Terlihat bagaimana pecahan berdiameter beberapa km mampu menciptakan gumpalan atmosfer panas lebih luas dari ukuran Bumi. Sungguh sebuah tayangan yang memiriskan hati. Setelah itu, untuk pertama kalinya ilmuwan AS dan Rusia bertemu di AS dan bahu-membahu guna mencari cara menangkal serangan K+A.
Muncul ide untuk menggunakan rudal nuklir guna menyongsong kehadiran komet sebelum memasuki atmosfer Bumi. Atau menanam bom jauh hari sebelumnya untuk menghancurkan. Juga menggunakan laser. Bahkan menanam roket guna mengubah arah orbit K+A. Hanya, persoalannya adalah kapan tepatnya bahaya itu datang. Seminggu lagi. Sebulan lagi. Setahun lagi. Tidak ada yang bisa memastikan. Upaya yang bisa dilakukan adalah memonitor dan menemukan K+A yang menyimpan bahaya baik melalui teleskop antariksa maupun landas Bumi yang dilakukan astronom profesional maupun amatir.
Selain menimbulkan kehancuran di Bumi, pengaruh penting dari tabrakan K+A adalah menstimulasi pembentukan senyawa organik yang nantinya mendukung terbentuknya kehidupan ketika kedua benda tersebut bergesekan dengan atmosfer Bumi purba. Selain itu, komet telah menjadi sumber air di Bumi. Pandangan yang diyakini sebagian ilmuwan ini, terutama beranjak dari penelitian pascatabrakan proyektil Deep Impact ke komet Tempel 1 pada 4 Juli 2005 yang menyemburkan 250 ribu ton air, memang masih diperdebatkan.
Kajian Charles Cockell, profesor geomikrobiologi dari the Open University UK, terhadap beberapa kawah yang terbentuk akibat tabrakan asteroid seperti kawah Haughton di dataran Artik Kanada dan kawah Chesapeake Bay berdiameter 80 km di AS membuktikan, selain menghancurkan batuan, tabrakan asteroid ternyata menciptakan habitat baru untuk mikroorganisme. Retakan atau celah pada bekas tabrakan menjadi tempat tinggal mikroba.
Terlepas dari pengaruh positif tabrakan tersebut, dalam era di mana kehidupan telah terbentuk dan berbudaya saat ini, justru pengaruh negatiflah yang mengemuka. Kehancuran total menghadang di depan mata, seperti digambarkan dalam film fiksi ilmiah “Deep Impact” dan “Armageddon”. Melalui kedua film ini pula negara AS memperoleh citra positif (dan menempatkan dirinya) sebagai pahlawan dunia ketika banyak negara lain belum menyadari betul bahaya K+A.
Turut membentuk Bumi
Seberapa banyak K+A yang telah menabrak Bumi? Dengan asumsi setiap harinya puluhan ton materi angkasa menghantam Bumi atau lebih dari 20.000 ton per tahun, menunjukkan bahwa materi angkasa tersebut cukup besar. Besaran materi yang "memperkaya" Bumi ini terjadi ketika tata surya dalam kondisi "tenang" yaitu setelah 4,6 miliar tahun pembentukannya. Apalagi pada awal kejadian tata surya ketika proses tabrakan antarprotoplanet dan pertambahan materi protoplanet dengan menarik benda-benda lebih kecil terjadi amat meriah.
Untuk itu, perlu dicatat kajian ilmuwan Jepang dan Universitas Arizona AS seperti termuat dalam majalah Science edisi 16 September 2005 membuktikan adanya era yang disebut Masa Akhir Hujan Tabrakan Asteroid--MAHTA (Late Heavy Bombardment) pada 3,9 miliar tahun lalu ke Bumi. MAHTA dipicu adanya pembersihan sisa materi berukuran kecil pembentuk tata surya dengan ditarik oleh planet gas raksasa terutama Yupiter. Massa Yupiter bertambah, akibatnya kecepatan orbitnya berkurang. Kejadian ini berakibat Yupiter bergerak menuju Matahari (orbitnya memendek). Lebih lanjut, kumpulan asteroid yang berada di Sabuk Asteroid Utama (berada di antara orbit Mars dengan Yupiter) terganggu dan bergerak menuju planet terestrial.
Analisis MAHTA dibuktikan dari keberadaan kawah di dataran tinggi Mars dan Bulan. Analisis batuan Bulan yang dibawa dalam misi Apollo membuktikan bahwa 80 persen kawah Bulan terbentuk akibat tabrakan asteroid. Akibat tabrakan asteroid di Bulan, pecahan materi Bulan menimpa Bumi. MAHTA berakibat terbentuknya lebih dari dari 20.000 kawah di Bulan berdiameter antara 10 km - 1.000 km. MAHTA telah mengubah permukaan Bumi dan Bulan. Analisis batuan tua dan mineral memperlihatkan bahwa batuan itu terbentuk akibat tabrakan.Tidak ada material di permukaan keduanya yang berumur lebih dari 3,9 miliar tahun.
Pasca-MAHTA, banyak asteroid terutama berukuran kecil menjadi asteroid berpotensi bahaya karena bentuk orbitnya berubah lebih memanjang (elongated) dan memotong orbit planet terestrial akibat Efek Yarkovsky sebagai akibat dari perbedaan radiasi matahari yang diserap dan dipancarkan asteroid berukuran kurang dari 20 km dan resonansi orbit Yupiter. Akibatnya, dalam kurun puluhan juta tahun, orbit asteroid berubah.
Penelitian berbeda dilakukan ilmuwan dari California Institute of Technology (Caltech), Southwest Research Institute (SwRI) dan lainnya seperti dimuat dalam majalah Nature edisi 19 Januari 2006 mengenai banyaknya debu-debu antarplanet yang menyelimuti Bumi yang berasal dari tabrakan asteroid. Keberadaan material berisotop Helium 3 menggambarkan Bumi mendapatkan tambahan materi dalam jumlah besar dalam orde waktu jutaan tahun.
Penelitian lapisan debu di dasar Samudra Indonesia dan Atlantik oleh Profesor Ken Farley dari Caltech memberitakan lapisan debu antarplanet yang menimpa Bumi berusia 75 juta tahun dan 8,2 juta tahun. Menurut simulasi komputer, debu yang berusia 8,2 tahun berasal dari pecahnya asteroid berukuran 160 km bernama Veritas.
Asteroid berbahaya
Saat ini ada 800 asteroid yang dekat dengan Bumi (Near-Earth Asteroids) dengan diameter lebih dari 1 km dan 200 di antaranya diklasifikasikan sebagai objek yang berbahaya (potentially hazardous asteroids) karena berjarak kurang dari 5 juta km dari Bumi (13 kali jarak Bumi-Bulan). Selain itu, ada sekira 2.000 asteroid besar dan lebih dari 135 ribu batuan berukuran sekira 100 meter. Orbit asteroid yang melintas dekat planet terestrial bisa berubah akibat gravitasi planet terestrial. Keadaan inilah yang perlu diamati terus-menerus.
Ada beberapa contoh asteroid berbahaya. Asteroid NT7 berdiamater hampir 2 km melintas dekat Bumi pada 1 Februari 2019. Asteroid 2004 MN4 atau Near-Earth Object (NEO) 99942 Apophis pada 13 April 2029 melintas Bumi dengan jarak hanya 5 kali radius Bumi. Pada 2036, asteroid ini dikhawatirkan akan menabrak Bumi. Asteroid berkode 1950 DA akan mendekati Bumi pada 16 Maret 2880 dan berdiameter 1 km. Pada 21 Maret 2014, asteroid 2003 QQ47 berdiameter 1,2 km bermassa 2,6 miliar ton dan berkecepatan 30 km/detik berada di posisi terdekat dengan Bumi dan masih banyak lainnya.
Misi mendatang
Berbagai negara maju, baik sendiri maupun bersama, mengadakan program mengantisipasi bahasa asteroid. Rusia mengadakan program patroli antariksa dengan mengembangkan satelit guna memandu rudal balistik ataupun pilot dalam upaya mencegat asteroid. Dua buah satelit itu yaitu Sancho dan Hidalgo akan diluncurkan antara 2010 - 2015.
Badan Antariksa Eropa (ESA) mengembangkan satelit Don Quijote berdasarkan rekomendasi dari AS dan Organisasi Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD). Satelit yang dibuat Alcatel Alenia Space, EADS Astrium, dan QinetiQ (UK) ini akan diluncurkan pada 2011. Selain dipergunakan untuk mengantisipasi bahaya asteroid, Don Quijote dipergunakan untuk mempelajari asteroid sebagai rangkaian dari program Cosmic Vision 2015-2025.***
http://bukablogsaya.blogspot.com/2009/12/komet-dan-asteroid-bisa-hancurkan-bumi.html