Administrator
Administrator
Pertamina yang ditunjuk untuk menyiapkan selang dan regulator tabung yang baru dan sesuai dengan Standar Nasional Indonesia atau SNI akan mulai menjual produk penggantinya pada 6 Juli mendatang. Langkah ini sebagai upaya pemerintah menjamin keselamatan para pemakai elpiji.
Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina Djaekmi Sutomo, menegaskan, untuk tahap pertama, produk pengganti selang dan regulator tabung yang dinilai sudah kedaluwarsa dan diperkirakan ada yang tidak sesuai dengan SNI akan dijual di Provinsi Jawa Barat dan DKI Jakarta.
Akan disiapkan penjualan produk pengganti selang dan regulator tabung pengganti di 200 lebih agen penyalur elpiji 3 kg dengan harga sesuai harga pabrik Seperti diberitakan, di Jakarta harga produk pengganti itu seharga Rp 45.200 per set. Ia menyebutkan jumlahnya akan sesuai dengan kebutuhan konsumen.
Menurut Djaelani, sebaiknya konsumen membawa bukti selang dan regulator tabung atau surat bukti penerimaan program konversi minyak tanah ke elpiji dilakukan dan selanjutnya menerima bukti penerimaan. “Nanti akan ditebus dengan produk pengganti yang berlabel SNI,” .tambahnya.
Selain penjualan produk pengganti, menurut Agung Laksono yang memimpin jumpa pers itu, ia bersama menteri terkait juga akan mulai terjun mengawasi penarikan dan penjualan selang dan regulator tabung elpiji kg pada Selasa depan. Target pertama, ke Pertamina dan selanjutnya ke agen-agen elpiji.
Pemerintah berjanji menjamin keselamatan masyarakat pengguna paket perdana konversi minyak tanah ke elpiji. Selain meningkatkan sosialisasi dan mengganti aksesori elpiji yang tidak sesuai standar, pemerintah akan mengkaji desain baru kompor dan tabung elpiji 3 kg yang lebih aman usulan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).
“Kementerian ESDM dan kementerian terkait lain menghindari saling melempar tanggung jawab. Kami bahu-membahu untuk menyukseskan program ini,” kata Darwin berkaitan dengan sejumlah insiden ledakan elpiji di sejimilali tenipat dan langkah pemerintah mengatasi insiden ini.
Selama dua tahun terakhir, program konversi minyak tanah ke elpiji telah berjalan dengan baik berkat dukungan masyarakat. Pelaksanaan program ini berhasil mengurangi pemakaian bahan bakar minyak dan menghemat besaran subsidi energi yang ditanggung pemerintah. “Pascakonversi, kini saat bagi pamerintah untuk menemani masyarakat agar aman dalam menggunakan elpiji,” ujarnya.
Untuk menjamin keamanan penggunaan elpiji, pemerintah akan meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat terutama melalui televisi. Apalagi banyak pengguna elpiji 3 kg yang tidak berhati-hati dan memiliki tempat tinggal dengan ventilasi kurang memadai. “Rakyat kita banyak yang terbatas pengetahuannya, cenderung tidak hati-hati. Kita harus menjelaskan,” katanya.
Sementara itu, mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla yang ditemui di Sleman, Yogyakarta, menegaskan mendukung rencana pemerintah menarik selang dan katup tabung elpiji 3 kg.
“Semua (perlengkapan elpiji) di bawah standar harus diganti,” kata Kalla, yang saat masih wakil presiden memutuskan program konversi minyak tanah ke elpiji. Meskipun penarikan membutuhkan ongkos, menurut Kalla, hal itu tidak menjadi masalah karena konversi ke elpiji menghemat Rp 40 triliun per tahun.
Sumber : KOMPAS
Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina Djaekmi Sutomo, menegaskan, untuk tahap pertama, produk pengganti selang dan regulator tabung yang dinilai sudah kedaluwarsa dan diperkirakan ada yang tidak sesuai dengan SNI akan dijual di Provinsi Jawa Barat dan DKI Jakarta.
Akan disiapkan penjualan produk pengganti selang dan regulator tabung pengganti di 200 lebih agen penyalur elpiji 3 kg dengan harga sesuai harga pabrik Seperti diberitakan, di Jakarta harga produk pengganti itu seharga Rp 45.200 per set. Ia menyebutkan jumlahnya akan sesuai dengan kebutuhan konsumen.
Menurut Djaelani, sebaiknya konsumen membawa bukti selang dan regulator tabung atau surat bukti penerimaan program konversi minyak tanah ke elpiji dilakukan dan selanjutnya menerima bukti penerimaan. “Nanti akan ditebus dengan produk pengganti yang berlabel SNI,” .tambahnya.
Selain penjualan produk pengganti, menurut Agung Laksono yang memimpin jumpa pers itu, ia bersama menteri terkait juga akan mulai terjun mengawasi penarikan dan penjualan selang dan regulator tabung elpiji kg pada Selasa depan. Target pertama, ke Pertamina dan selanjutnya ke agen-agen elpiji.
Pemerintah berjanji menjamin keselamatan masyarakat pengguna paket perdana konversi minyak tanah ke elpiji. Selain meningkatkan sosialisasi dan mengganti aksesori elpiji yang tidak sesuai standar, pemerintah akan mengkaji desain baru kompor dan tabung elpiji 3 kg yang lebih aman usulan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).
“Kementerian ESDM dan kementerian terkait lain menghindari saling melempar tanggung jawab. Kami bahu-membahu untuk menyukseskan program ini,” kata Darwin berkaitan dengan sejumlah insiden ledakan elpiji di sejimilali tenipat dan langkah pemerintah mengatasi insiden ini.
Selama dua tahun terakhir, program konversi minyak tanah ke elpiji telah berjalan dengan baik berkat dukungan masyarakat. Pelaksanaan program ini berhasil mengurangi pemakaian bahan bakar minyak dan menghemat besaran subsidi energi yang ditanggung pemerintah. “Pascakonversi, kini saat bagi pamerintah untuk menemani masyarakat agar aman dalam menggunakan elpiji,” ujarnya.
Untuk menjamin keamanan penggunaan elpiji, pemerintah akan meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat terutama melalui televisi. Apalagi banyak pengguna elpiji 3 kg yang tidak berhati-hati dan memiliki tempat tinggal dengan ventilasi kurang memadai. “Rakyat kita banyak yang terbatas pengetahuannya, cenderung tidak hati-hati. Kita harus menjelaskan,” katanya.
Sementara itu, mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla yang ditemui di Sleman, Yogyakarta, menegaskan mendukung rencana pemerintah menarik selang dan katup tabung elpiji 3 kg.
“Semua (perlengkapan elpiji) di bawah standar harus diganti,” kata Kalla, yang saat masih wakil presiden memutuskan program konversi minyak tanah ke elpiji. Meskipun penarikan membutuhkan ongkos, menurut Kalla, hal itu tidak menjadi masalah karena konversi ke elpiji menghemat Rp 40 triliun per tahun.
Sumber : KOMPAS