AKARTA - Memasuki hari pencarian ke-25 kemarin, ada kemajuan signifikan dalam upaya menemukan bangkai pesawat Adam Air yang hilang sejak 1 Januari lalu. Berdasar rilis Kedutaan Besar (Kedubes) AS yang diterima Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) kemarin malam, Kapal USNS Mary Sears telah menemukan sinyal dari cockpit voice recorder (CVR) dan flight data recorder (FDR) dari kotak hitam (black box) pesawat Adam Air di kedalaman berbeda, yaitu 1.800 meter dan 2.000 meter, di Perairan Majene.
Ketua KNKT Setio Rahardjo menyatakan, sonar Kapal USNS Mary Sears mendeteksi dua sinyal kotak hitam itu di dasar laut yang diduga berada di tempat yang sama dengan bangkai pesawat Adam Air.
"Kami sudah menerima informasi dari Kedubes AS tentang penemuan black box di Perairan Majene dengan kedalaman 1.800-2.000 meter di bawah permukaan laut," ujarnya.
Meski posisinya terdeteksi, dia mengungkapkan bahwa pengambilan dan pengangkatannya tidak mudah. "Seandainya dugaan itu benar, pemerintah setidaknya harus mengeluarkan dana USD 1,1 juta (Rp 9,9 miliar) jika ingin mengambil puing tersebut," jelasnya.
Setio menjelaskan, hingga kini, Indonesia tidak mempunyai teknologi yang bisa digunakan mengambil barang di kedalaman 2.000 meter di bawah permukaan laut. Keterbatasan itu membuat Indonesia masih bergantung pada negara lain seperti AS.
Untuk mendatangkan peralatan tersebut dari AS, pemerintah harus merogoh kocek hingga USD 1 juta. Belum lagi biaya sewa per hari yang mencapai USD 100 ribu. "Jika pencarian memakan waktu lebih dari sehari, biayanya akan terus membengkak," katanya.
Dia menyatakan, setelah berbicara dengan National Transportation Safety Board (KNKT-nya AS), pihaknya telah mendapatkan gambaran soal biaya yang harus dikeluarkan pemerintah jika ingin menggunakan peralatan AS tersebut.
Karena itu, pihaknya telah berkoordinasi dengan Menteri Perhubungan Hatta Rajasa mengenai biaya tersebut. Waktu itu, Setio menegaskan bahwa biaya pengangkatan logam di dasar laut memang sebesar itu, meski boleh dibilang masih hitungan kasar. "Saya belum tahu alatnya seperti apa," tegasnya.
Dia menegaskan, pencarian pesawat dan korban Adam Air bukan tidak ada batasnya. Namun, selama itu masih menjadi permintaan negara, yang wajib membiayai adalah negara. Tapi, kalau misalnya diperpanjang, nanti seluruh biaya harus ditanggung pihak yang meminta.
Sebelumnya, Menteri Perhubungan Hatta Rajasa menuturkan, untuk mencari pesawat Adam Air yang hilang sejak 1 Januari 2007 tersebut, pemerintah mengeluarkan dana per minggu Rp 1,7 miliar-Rp 1,8 miliar untuk SAR. Karena itu, KNKT masih menunggu keputusan pemerintah apakah akan mengangkat benda tersebut atau tidak. "Terserah pemerintah, kalau diangkat, ya biayanya besar," jelasnya. (wir)
Ketua KNKT Setio Rahardjo menyatakan, sonar Kapal USNS Mary Sears mendeteksi dua sinyal kotak hitam itu di dasar laut yang diduga berada di tempat yang sama dengan bangkai pesawat Adam Air.
"Kami sudah menerima informasi dari Kedubes AS tentang penemuan black box di Perairan Majene dengan kedalaman 1.800-2.000 meter di bawah permukaan laut," ujarnya.
Meski posisinya terdeteksi, dia mengungkapkan bahwa pengambilan dan pengangkatannya tidak mudah. "Seandainya dugaan itu benar, pemerintah setidaknya harus mengeluarkan dana USD 1,1 juta (Rp 9,9 miliar) jika ingin mengambil puing tersebut," jelasnya.
Setio menjelaskan, hingga kini, Indonesia tidak mempunyai teknologi yang bisa digunakan mengambil barang di kedalaman 2.000 meter di bawah permukaan laut. Keterbatasan itu membuat Indonesia masih bergantung pada negara lain seperti AS.
Untuk mendatangkan peralatan tersebut dari AS, pemerintah harus merogoh kocek hingga USD 1 juta. Belum lagi biaya sewa per hari yang mencapai USD 100 ribu. "Jika pencarian memakan waktu lebih dari sehari, biayanya akan terus membengkak," katanya.
Dia menyatakan, setelah berbicara dengan National Transportation Safety Board (KNKT-nya AS), pihaknya telah mendapatkan gambaran soal biaya yang harus dikeluarkan pemerintah jika ingin menggunakan peralatan AS tersebut.
Karena itu, pihaknya telah berkoordinasi dengan Menteri Perhubungan Hatta Rajasa mengenai biaya tersebut. Waktu itu, Setio menegaskan bahwa biaya pengangkatan logam di dasar laut memang sebesar itu, meski boleh dibilang masih hitungan kasar. "Saya belum tahu alatnya seperti apa," tegasnya.
Dia menegaskan, pencarian pesawat dan korban Adam Air bukan tidak ada batasnya. Namun, selama itu masih menjadi permintaan negara, yang wajib membiayai adalah negara. Tapi, kalau misalnya diperpanjang, nanti seluruh biaya harus ditanggung pihak yang meminta.
Sebelumnya, Menteri Perhubungan Hatta Rajasa menuturkan, untuk mencari pesawat Adam Air yang hilang sejak 1 Januari 2007 tersebut, pemerintah mengeluarkan dana per minggu Rp 1,7 miliar-Rp 1,8 miliar untuk SAR. Karena itu, KNKT masih menunggu keputusan pemerintah apakah akan mengangkat benda tersebut atau tidak. "Terserah pemerintah, kalau diangkat, ya biayanya besar," jelasnya. (wir)