Krisis Politik di Bahrain

Dipi76

New member
Rakyat Bahrain Tuntut Monarki Diruntuhkan
"Awalnya kami ingin agar perdana menteri turun. Sekarang tuntutan kami lebih keras."
Jum'at, 18 Februari 2011, 18:34 WIB

105232_demo-bahrain_300_225.jpg



VIVAnews -- Ribuan massa menghadiri pemakaman para demonstran yang tewas pada penyerangan aparat keamanan di Alun-alun Mutiara, kota Manama, Bahrain.

Di tengah duka, mereka kompak menyuarakan satu tuntutan: runtuhkan pemerintahan monarki Bahrain karena dinilai telah bertindak semena-mena terhadap rakyatnya.

Seperti dilansir dari laman Associated Press, Jumat, 18 Februari 2011, pemakaman tiga orang demonstran di sebuah mesjid di pulau Sitra, timur pulau utama Bahrain, diiringi oleh teriakan protes dari para pelayat. Mereka menuntut Raja Hamad bin Isa Al Khalifa dan seluruh dinasti Sunninya yang telah berkuasa selama lebih dari dua abad diruntuhkan.

“Pemerintah telah menggoyahkan sesuatu di dalam diri kami dan kami telah kehilangan kepercayaan terhadap pemerintah,” ujar Mohamed Ali, 40, sambil terisak. “Tuntutan kami disampaikan dengan damai dan sederhana pada awalnya. Kami ingin agar perdana menteri turun. Sekarang tuntutan kami lebih keras dan telah mencapai puncaknya. Kami ingin seluruh pemerintahan turun.”

Para pelayat membawa poster dan meneriakkan slogan anti kerajaan. Tidak terlihat satupun petugas keamanan di lokasi pemakaman. Dilansir dari laman The Telegraph, seorang demonstran mengatakan bahwa demonstrasi akan lebih besar lagi di Bahrain. Dikhawatirkan, bentrokan yang lebih parah akan terjadi.

“Akan terjadi kekerasan, akan terjadi bentrokan,” ujar seorang demonstran yang hanya ingin dipanggil dengan nama Sayed. “Bahrain akan memasuki masa kegelapan. Jika mereka (pemerintah) tahu nama saya, mungkin saya akan kehilangan pekerjaan. Bahkan kehilangan nyawa saya.”

Sementara itu, di Alun-alun Mutiara kota Manama, militer berjaga dengan menurunkan tank-tank di beberapa sudut alun-alun. Akses menuju daerah itu sekarang diblokade dengan kawat berduri maupun beton penghalang. Warga-warga dilarang mendekat dan militer berjanji akan melakukan apapun untuk membuat situasi aman.

Alun-alun Mutiara menjadi titik kumpul para demonstran sejak tiga hari lalu. Mereka mengeluhkan sulitnya mendapat pekerjaan dan perumahan yang layak. Demonstran yang kebanyakan adalah penganut Syiah merasa muak dengan diskriminasi yang dialamatkan pemerintah kepada mereka. Demonstrasi massa digempur oleh aparat keamanan pada Kamis dini hari, menewaskan sedikitnya lima orang.

Kendati Syiah merupakan warga mayoritas, namun para penguasa merupakan penganut aliran Suni. Pemerintah memperketat warga Syiah untuk menjadi pegawai pemerintahan, kepolisian dan militer. Maka, mereka menuntut rezim monarki Suni yang diskriminatif diganti dengan pemerintahan baru yang lebih toleran. (hs)
• VIVAnews
 
Kamis Berdarah di Bahrain, 3 Pemrotes Tewas
Demonstrasi terjadi akibat ketidakpuasan rakyat terhadap situasi ekonomi dan diskriminasi
Kamis, 17 Februari 2011, 11:33 WIB

105239_seorang-aktivis-di-bahrain-memperlihatkan-foto-demonstran-yang-terluka_300_225.jpg


VIVAnews - Serangan aparat keamanan Bahrain terhadap para demonstran di Alun-alun Mutiara di Ibukota Manama, Kamis dini hari, menimbulkan korban jiwa. Sedikitnya tiga orang demonstran dilaporkan tewas akibat serangan fajar itu.

Menurut kantor berita Associated Press, aparat keamanan mulai bergerak ke arah tenda-tenda para demonstran sejak pukul 3.30 pagi. Tenda-tenda dan spanduk serta poster-poster menentang pemerintahan dihancurkan oleh aparat keamanan. Tembakan gas air mata dan peluru karet membuat para demonstran berlarian.

“Mereka menyerang tenda kami, memukuli kami dengan tongkat. Polisi juga berbaris di jembatan di atas kami, mereka menembakkan gas air mata dari tempat itu,” ujar salah satu demonstran Jafar Jafar (17).

Setelah kondisi mulai dikendalikan, aparat keamanan masih saja terlihat mengejar para demonstran hingga ke tepi jalan. Sementara itu, kendaraan polisi dengan sirine yang nyaring ditempatkan di sekeliling lokasi, mengepung demonstran.

“Tiba-tiba alun-alun dipenuhi oleh gas air mata. Wanita-wanita berteriak. Pemimpin seperti apa yang memperlakukan rakyatnya seperti ini? Ada anak-anak dan wanita disini!” ujar Hussein Abbas (22).

Kelompok oposisi Al Wefaq melaporkan sedikitnya dua orang tewas pada penyerangan pagi tadi. Tidak dijelaskan apa penyebabnya tewasnya dua orang tersebut, namun dua korban tewas dua hari sebelumnya dikarenakan peluru pellet petugas yang bersarang di tubuh mereka.

Menurut harian The Christian Science Monitor (CSM), demonstrasi yang berlangsung sejak Senin, 14 Februari 2011, demonstrasi terjadi akibat ketidakpuasan rakyat terhadap sulitnya pekerjaan dan perumahan di Bahrain. Hal ini diperparah dengan isu perpecahan sektarian yang selama ini menerpa rakyat Bahrain.

Kaum Syiah, yang mayoritas, kerap mengeluhkan diskriminasi terhadap mereka. Kaum Syiah di Bahrain, menurut CSM, dilarang menempati posisi penting di pemerintahan, kepolisian atau kemiliteran. Pemerintah juga dilaporkan merekrut banyak warga Sunni dari negara-negara di kawasan, yaitu Suriah, Pakistan dan Balukistan, untuk menjadi pasukan keamanan.

Mereka kemudian mendapatkan kewarganegaraan Bahrain dengan mudah. Disebutkan, ini adalah salah satu langkah pemerintah untuk menandingi jumlah warga syiah yang mencakup 70 persen dari populasi Bahrain. Diskriminasi pemerintah terhadap kaum Syiah membuat banyak warga Syiah marah.

“Bahrain yang tanpa minyak memiliki angka pengangguran yang tinggi dan sedikitnya kesempatan bagi para pemuda. Ditambah lagi dengan perpecahan sektarian, dengan mayoritas populasi Syiah telah sejak lama menjadi warga kelas dua bagi para penguasa Sunni,” ujar ahli negara-negara Teluk dari Universitas Dunham, Inggris, Christopher Davidson.
• VIVAnews


-dipi-
 
Back
Top