KRJ Belum Bersikap Atas Tudingan 'Politik Uang' Dalam Pilkada Yogyakarta

nurcahyo

New member
KRJ Belum Bersikap Atas Tudingan 'Politik Uang' Dalam Pilkada Yogyakarta

Kapanlagi.com - Koalisi Rakyat Jogja (KRJ) yang mengusung pasangan calon walikota dan wakil walikota Herry Zudianto-Haryadi Suyuti belum akan bersikap apapun berkaitan dengan adanya tudingan 'politik uang' dalam Pilkada Kota Yogyakarta 26 November lalu.

"Sampai siang ini sekitar pukul 14.30 WIB juga belum ada laporan resmi ke Panwasda terkait dengan tudingan 'politik uang' yang ditujukan kepada kami, sehingga kami belum akan bersikap atau menempuh jalur hukum," kata Koordinator Advokasi KRJ Andi Rais, Rabu (29/11).

Ia mengatakan tudingan tersebut memang beberapa kali muncul di media massa, baik cetak maupun elektronik, namun secara resmi belum dilaporkan ke Panwasda Kota Yogyakarta sebagai lembaga yang berwenang untuk menangani pelanggaran Pilkada.

"Kami tidak akan menanggapi sesuatu yang sifatnya hanya isu semata, dan jika sudah dilaporkan secara resmi, jelas kejadiannya seperti apa, lokasinya di mana, faktanya seperti apa, terlapornya siapa, saksinya siapa dan buktinya apa, baru kami bersikap," kata dia.

Andi Rais mengatakan pihaknya kebingungan, karena dari investigasi yang dikumpulkan di tempat-tempat yang dituduhkan terjadi 'politik uang', ternyata tidak ditemukan adanya indikasi itu.

Sedangkan terkait dengan tudingan 'politik uang' di Kelurahan Blunyahrejo, Kecamatan Tegalrejo, ia mengatakan kejadian di tempat tersebut tidak ada hubungannya dengan Pilkada, dan juga tidak dilakukan oleh KRJ.

"Sebenarnya kejadian itu adalah ada warga setempat yaitu Suwarno yang memberi uang jasa kepada seorang mantri kesehatan yang telah mengobati saudaranya," katanya.

Sementara itu, Suwarno mengatakan kronologi kejadiannya sekitar pukul 07.00 WIB pada hari H pemungutan suara (Minggu 26/11) ia ikut mencoblos di TPS dekat rumahnya, namun setelah itu dirinya tidak langsung pulang.

"Sekitar pukul 09.00 WIB saya disusul keponakan yang mengatakan ibunya tiba-tiba sakit. Saya kemudian pulang untuk melihat kondisi saudara saya itu, dan karena saya anggap sakitnya serius, kemudian saya menelepon seorang mantri kesehatan dari Rumah Sakit DKT Yogyakarta," kata dia.

Ia mengatakan, setelah mantri kesehatan selesai memberikan pengobatan, kemudian salah satu anggota keluarganya memberikan uang jasa yang dimasukkan ke dalam amplop kepada mantri kesehatan itu.

"Namun, tidak beberapa lama kemudian datang dua polisi yang datang ke rumah, karena ada laporan bahwa saya telah membagi-bagi amplop kepada para calon pemilih, padahal saya sama sekali tidak pernah membagi uang," katanya.
 
Back
Top