jainudin
New member
Ada sebuah rutinas yang kembali digelar tiap tengah hari di ruang Aswaja Center, Kantor Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU), Jawa Timur (Jatim), Jalan Masjid Al Akbar, Surabaya. Selama Ramadhan i, PWNU Jatim menggelar Kuliah Zhuhur, dimulai pukul 12.30 WIB atau bakda shalat Zhuhur dengan penceramah yang berganti setiap hari.
Setelah ceramah, disambung dengan diskusi. Durasi waktu pun sangat mungkin menjadi lebih dan satu jam, seperti Kuliah Zhuhur yang pertama pada 2 Agustus lalu dengan penceramah Rais - Syuriah PWNU Jatim, KH Miftachul Akhyar. “Karena yang bertanya banyak, Kuliah Zhuhur berlangsung hingga pukul 14.00 WIB atau menjelang shalat Ashar. Padaha1 Kiai Miftah membawakan materi sederhana tentang shalat,” ungkap Sekretaris PWNU Jatim HM Masyhudi Muchtar, Kamis (4/8).
Sedangkan, pada kuliah kedua (3/8), menghadirkan KH Agoes ali Masyhuri (Wakil Rais Syuriah PWNU Jatim) dan kuliah ketiga (4/8) oleh KH Abdurrahman Navis Lc (Rais Syuriah PWNU Jatim). Bagi yang tidak sempat datang langsung, Kuliah Zhuhur itu dapat disimak lewat siaran ulang pada malam harinya di TV9, televisi milik PWNU Jatim.
“Model pengajian yang akan berlangsung hingga 29 Agustus itu juga diubah. Bila sebelumnya model sorogan (semaan), sekarang dengan model kuliah (ceramah) selama satu jam dan dilanjutkan dengan diskusi. Kanena itu, waktunya bisa lebih lama dari jadwal,” kata Masyhudi,
di kantor PWNU Jatim, ada kegiatan pengajian.
selama sebulan setelah shalat Zhuhur dengan menggunakan satu kitab kuning dan diasuh seorang kiai. Misalnya, pada Ramadhan 1431 H, diasuh KH
Atiqquddin dan Pesantren Bahauddin, Ngelom, Sepanjang, Sidoarjo, yang mengkaji kitab kuning Arrisalatu Muawwanah. tentang kehidupan seharianmulai dan bangun tidur, shalat, wirid, hingga dakwah.
Dalam kajian itu, terungkap bahwa umat Muslim sering melupakan kehidupan yang utama, misalnya shalat yang utama adalah shalat wajib, wirid yang utama adalah membaca Alquran, dan dakwah yang utama adalah dakwah dengan topik tentang hal-hal yang wajib.
“Tahun ini pola pengajian diubah menjadi setiap hari berganti penceramah dengan topik yang
benganti pula setiap hari” kata Masyhudi.
Fokus belajar agama
Ghirah Ramadhan juga sangat terasa di Nanggroe Aceh Danussalam (NAD). Aktivitas belajar dan mengajar hari pertama sekolah pada bulan puasa misalnya, sejumlah sekolah di Kota Banda Aceh fokus belajar ilmu agama dan membaca Alquran.
Kepala Sekolah Dasar Negeni (SDN) 20 Kota Banda Aceh Cut Fatimah mengatakan, ratusan munidnya duduk bersila di atas lantai sambil berzikir dan membaca ayat-ayat suci Aiquran yang dipandu guru mereka masing-masing.
“lni menupakan hari pertama sekolah dan dihadiri hampir 100 persen murid kelas III hingga VI. Namun, murid kelas I dan II libur kecuali ada satu atau da orang yang ikut bergabung karena penmintaan orang tuanya,” ungkaput Fatimah.
Selama puasa Ramadhan ini, jam sekolah dimulai dari pukul 08.00 hingga 12.00 WIB. Pelajaran sekolah pun lebih banyak membahas materi pendidikan agama dan akhlak antara ed: asep nur zaman
Pola kajian kitab kuning diubab menjadi ceramah umum.
Pada tahun-tahun sebelumnya, setiap Ramadhan
Sumber : Republika
Setelah ceramah, disambung dengan diskusi. Durasi waktu pun sangat mungkin menjadi lebih dan satu jam, seperti Kuliah Zhuhur yang pertama pada 2 Agustus lalu dengan penceramah Rais - Syuriah PWNU Jatim, KH Miftachul Akhyar. “Karena yang bertanya banyak, Kuliah Zhuhur berlangsung hingga pukul 14.00 WIB atau menjelang shalat Ashar. Padaha1 Kiai Miftah membawakan materi sederhana tentang shalat,” ungkap Sekretaris PWNU Jatim HM Masyhudi Muchtar, Kamis (4/8).
Sedangkan, pada kuliah kedua (3/8), menghadirkan KH Agoes ali Masyhuri (Wakil Rais Syuriah PWNU Jatim) dan kuliah ketiga (4/8) oleh KH Abdurrahman Navis Lc (Rais Syuriah PWNU Jatim). Bagi yang tidak sempat datang langsung, Kuliah Zhuhur itu dapat disimak lewat siaran ulang pada malam harinya di TV9, televisi milik PWNU Jatim.
“Model pengajian yang akan berlangsung hingga 29 Agustus itu juga diubah. Bila sebelumnya model sorogan (semaan), sekarang dengan model kuliah (ceramah) selama satu jam dan dilanjutkan dengan diskusi. Kanena itu, waktunya bisa lebih lama dari jadwal,” kata Masyhudi,
di kantor PWNU Jatim, ada kegiatan pengajian.
selama sebulan setelah shalat Zhuhur dengan menggunakan satu kitab kuning dan diasuh seorang kiai. Misalnya, pada Ramadhan 1431 H, diasuh KH
Atiqquddin dan Pesantren Bahauddin, Ngelom, Sepanjang, Sidoarjo, yang mengkaji kitab kuning Arrisalatu Muawwanah. tentang kehidupan seharianmulai dan bangun tidur, shalat, wirid, hingga dakwah.
Dalam kajian itu, terungkap bahwa umat Muslim sering melupakan kehidupan yang utama, misalnya shalat yang utama adalah shalat wajib, wirid yang utama adalah membaca Alquran, dan dakwah yang utama adalah dakwah dengan topik tentang hal-hal yang wajib.
“Tahun ini pola pengajian diubah menjadi setiap hari berganti penceramah dengan topik yang
benganti pula setiap hari” kata Masyhudi.
Fokus belajar agama
Ghirah Ramadhan juga sangat terasa di Nanggroe Aceh Danussalam (NAD). Aktivitas belajar dan mengajar hari pertama sekolah pada bulan puasa misalnya, sejumlah sekolah di Kota Banda Aceh fokus belajar ilmu agama dan membaca Alquran.
Kepala Sekolah Dasar Negeni (SDN) 20 Kota Banda Aceh Cut Fatimah mengatakan, ratusan munidnya duduk bersila di atas lantai sambil berzikir dan membaca ayat-ayat suci Aiquran yang dipandu guru mereka masing-masing.
“lni menupakan hari pertama sekolah dan dihadiri hampir 100 persen murid kelas III hingga VI. Namun, murid kelas I dan II libur kecuali ada satu atau da orang yang ikut bergabung karena penmintaan orang tuanya,” ungkaput Fatimah.
Selama puasa Ramadhan ini, jam sekolah dimulai dari pukul 08.00 hingga 12.00 WIB. Pelajaran sekolah pun lebih banyak membahas materi pendidikan agama dan akhlak antara ed: asep nur zaman
Pola kajian kitab kuning diubab menjadi ceramah umum.
Pada tahun-tahun sebelumnya, setiap Ramadhan
Sumber : Republika