Lagi-lagi Perlakuan Memilukan Bagi TKI

spirit

Mod
Ini menunjukkan belum adanya kesepakatan antara RI dan Arab Saudi soal perlindungan PRT​

69955ilustrasikekerasan.jpg

Peristiwa memilukan kembali dialami pekerja asal Indonesia yang mengadu nasib sebagai pembantu rumah tangga (PRT) di luar negeri. Kali ini terjadi di Arab Saudi.

Di mata majikan, Sumiati binti Salan Mustapa tampaknya tidak lagi dipandang sebagai manusia. Perempuan 23 tahun itu berkali-kali menerima siksaan hebat. Kasus ini mendapat perhatian besar di tanah air setelah suatu media massa di Arab Saudi akhir pekan lalu memberitakan nasib Sumiati.

Harian The Saudi Gazzette mengungkapkan, sejak mulai bekerja pada 23 Juli 2010, Sumiati kerap menerima penyiksaan dari istri dan anak majikannya. Saat ini, Sumiati sedang dirawat di Rumah Sakit King Fadh di Kota Madinah. Lukanya sangat parah, sampai-sampai bibir bagian atasnya hilang, seperti luka gunting.
Sumiati merupakan TKI yang berasal dari Dusun Jala, Kecamatan Huu, Kabupaten Dompu, Bima, Nusa Tenggara Barat. Dia berangkat ke Arab Saudi melalui PT Rajana Falam Putri dan tiba di Arab Saudi pada 18 Juli 2010.
Penyiksaan Sumiati itu turut membuat prihatin Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Dia lalu memerintahkan Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa dan para pejabat lain yang terkait agar serius menangani kasus Sumiati.

Penanganan itu termasuk dalam hal perawatan medis ataupun advokasi hukum. Khusus untuk upaya hukum terhadap majikan Sumiati, Yudhoyono minta agar hukum tidak dikaburkan. "Saya dengar ada upaya pengaburan. Jangan sampai hal ini terjadi. Saya ingin hukum ditegakkan," kata Yudhoyono sebelum Rapat Terbatas bidang Politik, Hukum, dan Keamanan di Kantor Presiden, Selasa 16 November 2010.

Presiden meminta agar tim diplomasi Kementerian Luar Negeri memberikan bantuan total kepada TKW yang baru tiga bulan berada di Arab Saudi itu. "Segera kirim tim agar yang bersangkutan dapat perawatan medis terbaik," ucap Yudhoyono sambil meminta agar kasus penyiksaan terhadap TKI tidak terjadi lagi.

Pihak keluarga menuntut pertanggungjawaban sponsor yang memberangkatkan Sumiati. Sementara pihak rumah sakit merekomendasikan agar Sumiati menjalani operasi plastik.
***
Lembaga pejuang hak-hak pekerja Indonesia di luar negeri, Migrant Care, menilai bahwa terungkapnya kasus penganiayaan keji terhadap Sumiati menunjukkan pembiaran terhadap berbagai kekerasan dan pelanggaran HAM atas PRT migran.

"Tidak hanya kali ini saja, sudah terlalu banyak PRT Migran kita yang menjadi korban, namun pemerintah tidak menganggap ini sebagai persoalan serius yang menuntut perhatian dan tindakan kongkret agar tidak lagi ada korban yang berjatuhan," kata Anis Hidayah, Direktur Eksekutif Migrant Care dalam pernyataan resmi lembaga itu, Minggu 14 November 2010.

Kasus ini menunjukkan belum adanya kesepakatan antara pemerintah Indonesia dengan Arab Saudi mengenai perjanjian (MoU) tentang perlindungan PRT migran asal Indonesia seperti Sumiati. Padahal, absennya proteksi hukum bagi buruh migran membuka ruang lebar untuk berbagai kekerasan dan pelanggaran terhadap mereka. Apalagi, menurut Migrant Care, kedua negara juga sama-sama belum mengakui konvensi ILO untuk perlindungan PRT.

Maka lembaga itu menuntut pemerintah RI harus segera mengirim nota protes diplomatik kepada Arab Saudi sebagai bentuk protes terhadap kebiadaban majikan Sumiati yang melewati koridor kemanusiaan sekaligus mengawal kasus ini untuk segera diproses melalui jalur hukum, dan memastikan tidak ada proses di luar itu.

Pemerintah Indonesia dan Saudi Arabia juga harus menjadikan kasus ini sebagai momentum untuk segera mengambil langkah kongkret bagi perlindungan PRT migran melalui pembentukan MoU yang mencerminkan prinsip-prinsip HAM dan decent work (kerja layak). Kemenakertrans RI juga dituntut melakukan investigasi terhadap proses penempatan Sumiati ke Saudi Arabia, yang diduga kuat menjadi korban sindikat trafficking atau penyelundupan manusia.

Pemerintah, melalui Kementrian Luar Negeri (Kemlu), pernah mengungkapkan hambatan yang sering ditemui dalam soal perlindungan WNI atau pekerja migran di luar negeri.

Mantan Direktur Perlindungan WNI dari Kemlu, yang kini menjadi Konsul Jenderal RI di Hong Kong, Teguh Wardoyo, dalam wawancara yang dimuat VIVAnews beberapa waktu lalu mengungkapkan bahwa di beberapa negara tujuan penempatan, pekerja asing yang bergerak di sektor informal tidak dilindungi oleh Hukum Perburuhan atau Ketenagakerjaan setempat.

Selain itu, minimnya pendidikan sebagian besar TKI yang bergerak di sektor informal membuat mereka kerap tidak memahami hak-hak yang ada di perjanjian kerja.

"Masalah rendahnya pendidikan TKI merupakan pemicu berbagai masalah yang timbul di luar negeri. TKI kerap tidak bisa membaca dan menulis, akibatnya mereka tidak tahu bahwa identitas mereka dipalsukan di paspor, tidak paham isi kontrak, dan tidak dapat dengan cepat menyesuaikan diri dengan kondisi kerja di luar negeri yang berbeda dengan di Indonesia," kata Wardoyo.

"Yang terparah adalah mereka tidak dapat membela diri ketika mengalami eksploitasi, baik oleh majikan maupun agen. Jika TKI yang dikirimkan setidaknya berpendidikan minimal SMA, dengan dasar pendidikan yang memadai tentunya kompetensi mereka akan jauh lebih baik," lanjut Wardoyo.

***

Demi mencegah munculnya kasus serupa seperti yang dialami Sumiati, maka pemerintah Indonesia diharapkan menerapkan langkah yang sama saat menghadapi Malaysia tahun lalu, yaitu menangguhkan pengiriman pekerja migran ke Arab Saudi dan memaksa mereka untuk berunding membuat perjanjian yang menjamin perlindungan dan hak-hak para pekerja.

Selain Arab Saudi, Malaysia pun dikenal sebagai salah satu tujuan utama pengiriman pekerja migran - khususnya di sektor informal, seperti pembantu rumah tangga. PRT asal Indonesia pada akhirnya memberi pengaruh yang cukup signifikan bagi negara tempat mereka bekerja.

Malaysia kini tampak kesulitan mendapatkan tenaga baru untuk menjadi pembantu rumah tangga (PRT) sejak Indonesia menghentikan ekspor PRT ke Negeri Jiran tahun lalu. Menurut laman harian The Star, Selasa 16 November 2010, para agen penyalur PRT mengaku kesulitan untuk mendatangkan PRT asing sejak Indonesia membekukan pengiriman PRT Juni tahun lalu, menyusul banyaknya kasus penganiayaan dan perlakuan yang tidak pantas yang diterima pekerja dari negeri ini.

"Kita terpaksa menolak permintaan PRT dari konsumen karena kekurangan tenaga," kata Raja Zulkepley Dahalan, direktur Agensi Pekerjaan Haz Bhd, kepada The Star.

Sambil menunggu perundingan antara Indonesia dan Malaysia untuk membuat perjanjian yang menjamin perlindungan dan hak-hak PRT dari Indonesia, para agen lalu melirik negara-negara lain sebagai alternatif, diantaranya Kamboja. Direktur Agensi Pekerjaan Sri Nadin Sdn Bhd, Fiona Low, mengungkapkan bahwa banyak agen kini berpaling ke Kamboja sebagai sumber penyedia PRT karena sementara ini merupakan alternatif terbaik.


• VIVAnews
 
iya tuh, orang-orang disana mungkin udah kayak harga diri tinggi n sok beriman aja kali tuh, taunya malah suka nyiksa-nyiksa.
itu juga menunjukan kalau mereka sudah sewajarnya memperlakukan sodara-sodara kita kayak gitu.
gak bisa dimaafin, kasian sumiati n teman2 yang lain.
pemerintah sudah menanggulangi dan katanya bakal gak terjadi lagi yang kayak tkw yang belum mendapat paspor n sebagainya hingga mati membusuk, semoga saja cepat n benar-benar sigap.
 
udah ga kaget dengan hal ini,,, selama ini aku sering mendengar pengakuan teman yang eks arab,, kalau majikan laki2 melakukan pelecehan seksual, majikan perempuan bahkan yang mendadani!!!


Hei bapak konjen dudul, kalau hanya masalah pendidikan, itu bapak ga pernah liat di luar kjri sich,!! Ada kok yang anak kuliahan di interminit di hk ga bisa bela diri!!

Pengalaman ikut orang pak, kuncinya,!

Mencoba memahami budaya dan kebiasaan majikan itu yang utama!


Banyak kok yang sd aja bisa menjadi bagian keluarga majikan!


Kalau di atas SMA mah ngapain jadi babu!!

Kalaulah di hk tempat bapak kerja ada yang disiksa, 10 tkw belum tentu 1 lari ke KJRI,!!
 
udah ga kaget dengan hal ini,,, selama ini aku sering mendengar pengakuan teman yang eks arab,, kalau majikan laki2 melakukan pelecehan seksual, majikan perempuan bahkan yang mendadani!!!


Hei bapak konjen dudul, kalau hanya masalah pendidikan, itu bapak ga pernah liat di luar kjri sich,!! Ada kok yang anak kuliahan di interminit di hk ga bisa bela diri!!

Pengalaman ikut orang pak, kuncinya,!

Mencoba memahami budaya dan kebiasaan majikan itu yang utama!


Banyak kok yang sd aja bisa menjadi bagian keluarga majikan!


Kalau di atas SMA mah ngapain jadi babu!!

Kalaulah di hk tempat bapak kerja ada yang disiksa, 10 tkw belum tentu 1 lari ke KJRI,!!

Benar non, sebaiknya jgn selalu mengkambing hitamkan pendidikan rendah penyebabnya.
Dengan mencuatnya kasus penganiayaan sumiati d Arab Saudi semoga pemerintah mulai serius memikirkan nasib dan perlindungan warganya yg cari nafkah d negeri orang
 
bener den! Mudah2 an pak SBY mau menanggapi usul rieke dyah pitaloka bener ga sich namanya? kemarin sempat aku baca di vivanews, "harus kepala negara yang menggungkapkan ke pemerintah arab, biar jera"
 
Kalo udah begini aja, pemerintah baru kalang kabut.
Anis Hidayah, Direktur Eksekutif Migrant Care itu temanku, dan dia sering bercerita kalo ada puluhan laporan yang masuk ke EMC tiap bulannya soal perlakuan buruk terhadap buruh migran kita di Arab. Sayangnya, Depnakertrans udah impoten akut ketambahan penyakit buta dan tuli, jadi mending kementrian ini mati aja.


-dipi-
 
bagaimanapun juga Arab itu dulunya kan tempat paling - tidak bermoral - di bumi.. pastinya masih tersisa orang2 seperti itu.. tapi rendahnya pendidikan TKI sektor non formal memang sudah seharusnya diperhatikan.
 
Kalo udah begini aja, pemerintah baru kalang kabut.
Anis Hidayah, Direktur Eksekutif Migrant Care itu temanku, dan dia sering bercerita kalo ada puluhan laporan yang masuk ke EMC tiap bulannya soal perlakuan buruk terhadap buruh migran kita di Arab. Sayangnya, Depnakertrans udah impoten akut ketambahan penyakit buta dan tuli, jadi mending kementrian ini mati aja.


-dipi-

Menurut salahsatu kontributor Metro TV mengatakan kasus sumiati inipun ada upaya d tutup2i oleh pihak Arab Saudi namun keburu d bongkar wartawan setempat.

Mudah2an dgn rencana keberangkatan Linda Gumelar k Arab Saudi dpt meluluskan MoU antara Arab Saudi dan Indonesia soal buruh migran, yang selama ini tak pernah jelas juntrungannya.
 
menurutku, mestinya para tki itu bukan sekedar dikirim. Mereka harus dibekali dengan skill, ability, strength, dan defense yang memadai. Mereka perlu diajarin beberapa bahasa negara, ke mana mereka akan dikirim. Jangan lupa juga dibekali dengan ilmu sadar hukum. Biar gak slengean di negeri orang.
 
klo TKI (maaf) ilegal bagaimana bisa dilindungi hukum?? apalagi yang kerja di sektor non formal. sebuah ironi bila negara menganggap mereka sebagai 'pahlawan' devisa jika tidak mampu melindungi.
 
yang sangat aneh, kbri saudi arabia bilang "tepis majikan arab suka nganiaya, dan katanya jarang ada kasus penganiayaan"

Bener2 slama ini tutup mata tutup kuping dan hidung ya kbri di sana!!

Padahal malaysia dan arab ranting pertama atas penyiksaan pembantu.
 
selalu saja kaum lemah terpinggirkan
Atas kasus ini selayaknyalah pejabat terkait buka mata. Urusi TKI/TKW dengan hati jgn dgn politik
 
Ingin Jadi Guru, Sumiyati ke Saudi Cari Biaya Kuliah

Jumat, 19 Nopember 2010 | 07:23 WIB

Mataram - Surya- Sumiati, tenaga kerja Indonesia asal Dompu, Bima, Nusa Tenggara Barat yang disiksa majikannya di Madinah, Arab Saudi, mendaftar sebagai tenaga kerja demi mendapatkan biaya kuliah. Keberangkatannya, melalui agen PT Rajana Falam Putri dibiayai perusahaan penempatan tenaga kerja tersebut. Sebagai sponsor, perusahaan itu juga membekali Sumiati dengan uang saku Rp 1 juta.

Kenekatan Sumiati yang merupakan anak kedua dari empat bersaudara dari pasangan Asalam Mustafa, 45, dan Maani, 43, ini juga didorong keinginannya untuk meringankan kehidupan keluarganya. “Kepergiannya ke Arab Saudi itu keinginannya sendiri. Tidak pernah disuruh,” kata seorang bibinya, Maemunah, Kamis (18/11) malam.

Sumiati menamatkan pendidikan di SMA Negeri 1 Huu jurusan IPS pada tahun 2010. Sekolah ini berjarak 35 kilometer dari Dompu. Fakta bahwa Sumiati baru lulus SMA tahun ini memunculkan dugaan bahwa PJTKI yang memberangkatkan Sumiati memalsukan usianya. Karena data yang diperoleh dari Dinas Ketenagakerjaan, Sumiati berusia 23 tahun.

Anak nelayan itu, kata Maemunah, ingin melanjutkan pendidikan dengan kuliah di Universitas Muhammad Bima, agar bisa menjadi guru. “Sumiati nekat mencari nafkah untuk bisa kuliah karena orangtuanya tidak mampu,” ucapnya dilansir tempointeraktif.

Seperti nelayan lainnya, kehidupan ekonomi keluarga Sumiati memang tak menentu. Sudah dua bulan terakhir ini Asalam tidak dapat melaut untuk menjaring udang karena cuaca buruk. Biasanya, menjaring dilakukan di tengah laut sekitar dua jam perjalanan dari desanya. Seperti halnya suami Maemunah, setiap harinya mereka hanya bisa memperoleh pendapatan tidak tetap sekitar Rp 10.000 hingga Rp 25.000 dari menjaring udang.

Keluarga Sumiati mengetahui nasib anaknya yang disiksa majikan itu, dari seorang warga Indonesia bernama Nurhayati. Nurhayati dan Sumiati sama-sama berada di Rumah Sakit King Fadh di Madinah. Awalnya, Nurhayati diberi nomor telepon seluler Sukrin, pacar Sumiati. “Ketika keluarganya diberitahu Sukrin, ibunya Sumiati langsung pingsan,” kata Maemunah. Sedangkan ayah Sumiati, waktu itu sedang menjalani perawatan di rumah sakit Dompu akibat menderita muntaber.

Sumiati saat ini masih dirawat di RS King Fahd Madinah. Kondisinya sudah mulai membaik. Setidaknya ia sudah mau makan dan minum serta berbicara meski kondisi mulutnya yang digunting majikan belum pulih.

Konsul Indonesia untuk Perlindungan WNI di Arab Saudi, Didi Wahyudi mengatakan, majikan Sumiati dan anaknya yang menyiksanya telah ditahan dan diperiksa polisi Arab Saudi, Kamis (18/11). “Majikan Sumiati dan anaknya sudah diperiksa di Madinah, karena diduga terlibat penyiksaan,” kata Didi.

Penahanan terjadi tidak lama setelah Duta Besar Kerajaan Arab Saudi di Indonesia, Abdul Rahman al Khayyat, menyebut kasus penyiksaan Sumiati sebagai perbuatan biadab. Dalam keterangan pers di Jakarta, Kamis (18/11), menyusul protes keras pemerintah Indonesia, Khayyat berjanji aparat Saudi akan menangani kasus ini sesuai hukum yang berlaku di negaranya.

Seperti diketahui nasib nahas dialami Sumiati, wanita asal Dompu, Bima, NTB. Dia baru empat bulan menjadi TKW di Arab Saudi, tapi badan, kaki, dan mukanya hancur karena disiksa sang majikan. Sumiati yang berangkat ke Arab Saudi sejak 18 Juli silam, bekerja ikut sebuah keluarga di Madinah melalui jalur resmi PJTKI bernama PT Rajana Falam Putri. Wanita asal desa Jala, Hu’u, Dompu, NTB (18 jam jalan darat dari Mataram) itu pun tak menyangka bakal mendapat perlakuan yang tidak manusiawi.

Tubuhnya disengat dengan besi panas, luka serius di kaki dan mukanya bonyok serta bibir bagian atas digunting. Padahal, dulu ketika pertama kali ikut majikan itu, dia dijanjikan gaji 800 real per bulan atau sekitar Rp 2 juta.

Entah karena dituduh mencuri atau majikan cemburu, karena yang melakukan penyiksaan justru majikan perempuan dan anak perempuannya. Penderitaan Sumiati mulai terungkap ketika dirinya dibawa ke RS swasta di Madinah. Rumah sakit itu tak bisa menangani karena luka Sumiati sangat serius kemudian dikirim ke RS King Fahd. Butuh dua minggu untuk memulihkan wajah Sumiati melalui operasi plastik, jika lancar.

Ulah majikan Sumiati itu mendapat reaksi keras di Tanah Air. Kedubes Arab Saudi pun menjadi sasaran protes pengunjuk rasa. Demonstran melempari Kedubes dengan pembalut wanita. Kasus yang menimpa Sumiati juga menjadi perhatian khusus pihak Amnesti Internasional.

Kasus Sumiati terus mendapat perhatian dari pemerintah Indonesia. Tim Gabungan Penanganan Kasus Sumiati, Kamis malam, bertolak ke Saudi. Tim akan memantau proses hukum kasus itu dan pemulihan kesehatan Sumiati.

“Tim Gabungan insya Allah berangkat malam ini dipimpin Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Linda Ameliasari Agum Gumelar,” kata Kepala Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) Moh Jumhur Hidayat, Kamis (18/11).

Sumber: Surya Online


-dipi-
 
yang sangat aneh, kbri saudi arabia bilang "tepis majikan arab suka nganiaya, dan katanya jarang ada kasus penganiayaan"

Bener2 slama ini tutup mata tutup kuping dan hidung ya kbri di sana!!

Padahal malaysia dan arab ranting pertama atas penyiksaan pembantu.

Bener banget non
Ak barusan nonton TV dgr pernyataan pihal kbri yg bilang ga banyak penganiayaan, pdhl kita tau ada jg TKW yg d siksa hingga buta permanen.
 
nah lo,,, dengan adanya info dari kak dipi, apa masih pendidikan yang di salahkan??


Hehehe aku ga pernah makan pendidikan apapun, tapi aku pernah melenggang menang atas tuduhan majikan aku yang bos mafia macau itu!


Harusnya PT Yang memberangkatkan membekali keahlian sama dengan yang ada di job!

Karena job di tanda tangani oleh tkw selama belum pasporan dan pap...!

Jujur aja ya, sekarang banyak pt tidak mentraining calon tkw sesuai job nya! Harus di


Dulu kalau mau ke hk,
Harus 18 th ke atas,
Bisa masak,
Bisa jaga anjing,
Harus berkemampuan bahasa cantonese.

Tapi sekarang,
MTR aja ga tau di hk udah 1 tahun.


Dulu aku mati2 an mau ke hk!

Sekarang datang ke pt, proses tak keluar uang malah dapat pesangon, 1 sampai 3 juta dari pt.
:p
 
pemain film Lola Amalia melakukan syuting d HK dgn thema filmnya yg mengangkat soal TKW. Selama observasi mereka d HK terhadap puluhan TKW dsana cenderung lebih baik nasibnya d banding TKW yg ada d malaysia dan Arab Saudi
 
Back
Top