andree_erlangga
New member
Dua wakil Indonesia yang tersisa, tunggal putera Sony Dwi Kuncoro dan ganda putera Markis Kido/Hendra Setiawan gagal maju ke semifinal Korea Open.
Menurut situs penyelenggara, Sony kalah dari pemain Malaysia Muhd Hafiz Hashim dalam pertandingan tiga set 16-21, 21-13, 21-23, sedang Markis/Hendra tumbang di tangan ganda Korea Jung Jae Sung/Lee Yong Dae 21-12, 21-16.
Dalam pertandingan perempatfinal melawan Hafis di Olympic 2nd Gymnasium, Seoul, Korea, Jumat (26/1), Sony yang kehilangan set pertama 16-21, bangkit untuk mengusai permainan dan tidak memberi banyak peluang lawannya menambah angka hingga kedudukan 20-8 pada set kedua.
Pada situasi kritis tersebut pertahanannya agak kendor sehingga memberi kesempatan Hafis menambah lima angka sebelum memenanginya 21-13.
Pemain peringkat 36 dunia itu terus memimpin pada set ketiga dan tidak terkejar sampai 20-15, namun Hafis yang memperbaiki penampilannya berhasil mengejar untuk menyamakan kedudukan 20-20.
Sony sempat menyamakan kedudukan menjadi 21-21 sebelum Hafiz menutup pertandingan dramatis itu dengan kemenangan 23-21.
Kegagalan Markis/Hendra pada turnamen berhadiah US$300.000 tersebut menjadi kemenangan pertama bagi ganda Korea itu dari seluruh tiga pertandingan di antara kedua pasangan. Dua pertemuan sebelumnya, di Korea dan Indonesia Open tahun lalu, dimenangi ganda Indonesia.
Kekalahan Sony dan Markis/Kido menggenapi kegagalan seluruh pemain Indonesia di Korea. Pada Kamis (25/1) tiga ganda campuran, Nova Widianto/Lilyana Natsir, juara Japan Open Flandy Limpele/Vita Marissa dan Muh Rizal/Greysia Polii tersingkir dari turnamen kedua Super Series itu.
Begitu pula dua ganda puteri Rani Mundiasti/Endang Nursugianti dan Greysia Polii/Vita Marissa serta ganda putera Joko Riyadi/Hendra A Gunawan, sementara pemain tunggal puteri Maria Kristin sudah angkat koper sejak putaran pertama.
Jenuh
Ketua Sub Bidang Pelatnas PB PBSI, Christian Hadinata memperkirakan, jenuh merupakan penyebab kegagalan mereka terutama para pemain papan atas.
Para pemain papan atas yang selalu diandalkan dan dibebani target juara hampir dalam setiap turnamen, membuat mereka terus-menerus berada dalam tekanan.
?Pressure terus menerus yang tidak bisa dibagi dengan orang lain itu yang menyebabkan kejenuhan,? ujar Christian. Untuk mengatasinya, tambahnya, harus dilakukan refreshing atau mencoba ganti pasangan untuk ganda seperti yang dilakukan China terhadap beberapa pemain gandanya saat ini.
?Sasarannya supaya pemain kembali rileks dan menikmati permainannya,? katanya. Tidak adanya kejuaraan selama Februari sebelum turnamen Super Series dilanjutkan dengan All England pada Maret, diharapkan para pemain sudah pulih kembali dan sudah mengembalikan kepercayaan diri.
?Mudah-mudahan waktu selama tidak ada pertandingan itu cukup bagi pelatih dan pemain untuk menyusun program latihan yang lebih akurat,? kata Christian.
Menurut situs penyelenggara, Sony kalah dari pemain Malaysia Muhd Hafiz Hashim dalam pertandingan tiga set 16-21, 21-13, 21-23, sedang Markis/Hendra tumbang di tangan ganda Korea Jung Jae Sung/Lee Yong Dae 21-12, 21-16.
Dalam pertandingan perempatfinal melawan Hafis di Olympic 2nd Gymnasium, Seoul, Korea, Jumat (26/1), Sony yang kehilangan set pertama 16-21, bangkit untuk mengusai permainan dan tidak memberi banyak peluang lawannya menambah angka hingga kedudukan 20-8 pada set kedua.
Pada situasi kritis tersebut pertahanannya agak kendor sehingga memberi kesempatan Hafis menambah lima angka sebelum memenanginya 21-13.
Pemain peringkat 36 dunia itu terus memimpin pada set ketiga dan tidak terkejar sampai 20-15, namun Hafis yang memperbaiki penampilannya berhasil mengejar untuk menyamakan kedudukan 20-20.
Sony sempat menyamakan kedudukan menjadi 21-21 sebelum Hafiz menutup pertandingan dramatis itu dengan kemenangan 23-21.
Kegagalan Markis/Hendra pada turnamen berhadiah US$300.000 tersebut menjadi kemenangan pertama bagi ganda Korea itu dari seluruh tiga pertandingan di antara kedua pasangan. Dua pertemuan sebelumnya, di Korea dan Indonesia Open tahun lalu, dimenangi ganda Indonesia.
Kekalahan Sony dan Markis/Kido menggenapi kegagalan seluruh pemain Indonesia di Korea. Pada Kamis (25/1) tiga ganda campuran, Nova Widianto/Lilyana Natsir, juara Japan Open Flandy Limpele/Vita Marissa dan Muh Rizal/Greysia Polii tersingkir dari turnamen kedua Super Series itu.
Begitu pula dua ganda puteri Rani Mundiasti/Endang Nursugianti dan Greysia Polii/Vita Marissa serta ganda putera Joko Riyadi/Hendra A Gunawan, sementara pemain tunggal puteri Maria Kristin sudah angkat koper sejak putaran pertama.
Jenuh
Ketua Sub Bidang Pelatnas PB PBSI, Christian Hadinata memperkirakan, jenuh merupakan penyebab kegagalan mereka terutama para pemain papan atas.
Para pemain papan atas yang selalu diandalkan dan dibebani target juara hampir dalam setiap turnamen, membuat mereka terus-menerus berada dalam tekanan.
?Pressure terus menerus yang tidak bisa dibagi dengan orang lain itu yang menyebabkan kejenuhan,? ujar Christian. Untuk mengatasinya, tambahnya, harus dilakukan refreshing atau mencoba ganti pasangan untuk ganda seperti yang dilakukan China terhadap beberapa pemain gandanya saat ini.
?Sasarannya supaya pemain kembali rileks dan menikmati permainannya,? katanya. Tidak adanya kejuaraan selama Februari sebelum turnamen Super Series dilanjutkan dengan All England pada Maret, diharapkan para pemain sudah pulih kembali dan sudah mengembalikan kepercayaan diri.
?Mudah-mudahan waktu selama tidak ada pertandingan itu cukup bagi pelatih dan pemain untuk menyusun program latihan yang lebih akurat,? kata Christian.