lala_lulu
New member
Sebanyak 11 relawan warga negara Indonesia (WNI) yang tergabung dalam misi kemanusiaan Freedom Flotilla ke Jalur Gaza dipastikan berada dalam rumah tahanan di Beersheba, Israel bagian selatan.
Staf Khusus Presiden Bidang Luar Negeri Dino Patti Djalal mengungkapkan, kepastian ini dikabarkan langsung Presiden Palestina Mahmoud Abbas kepada Duta Besar RI untuk Yordania Zainul. Dalam pertemuan yang berlangsung di Palestina pada Senin siang waktu setempat.
Presiden Presiden Abbas juga mengungkapkan,seorang WNI yang terluka sudah mendapatkan perawatan di London Hospital, Haiva, Israel.
”Kabar yang diterima dari Duta Besar RI di Yordania mengatakan, sebelas WNI itu bersama relawan lain ditahan di suatu penjara umum sipil yang dijaga oleh militer dan sedang diinterogasi. Sedangkan yang terluka, saat ini masih kita cari terus informasinya apakah dia mengalami luka berat atau luka ringan,”ujar Dino dalam keterangan persnya di Kantor Kepresidenan, Jakarta, kemarin.
Mantan Direktur Urusan Amerika Utara dan Amerika Tengah Kementerian Luar Negeri itu menambahkan, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) terus memantau perkembangan kasus ini setiap saat dan berkomunikasi aktif dengan seluruh diplomat RI yang ada di PBB, serta pihak Kementerian Luar Negeri.
Duta besar RI untuk Yordania di Amman Zainulbahar Noor saat dikonfirmasi harian Seputarlndonesia membenarkan, salah seorang WNI yang terluka akibat serangan Israel itu dirawat di RS London Hospital di Haiva, Israel, WNI yang terluka berjenis kelamin laki-laki dan kondisinya tidak terlalu kritis.
Untuk memastikan kondisi WNI, Zainul mengaku meminta bantuan delegasi Yordania yang tergabung dalam Palang Merah Internasional untuk menjenguk WNI tersebut. Sayangnya identitas yang diperoleh tidak jelas karena namanya tidak ada dalam daftar relawan Indonesia, baik dari MER-C, Sahabat Al-Aqsa,ataupun Kispa.
Yordania,lanjutnya, juga tengah berupaya mengevakuasi 450 lebih tawanan yang kini ditahan Israel, termasuk 11 WNI. “Kementerian Luar Negeri Yordania sedang mengupayakan agar tawanan Israel bisa masuk ke Amman. Kami sudah mengirim beberapa perwakilan ke perbatasan Yordania untuk menjemput WNI tapi kami tetap harus mengikuti prosedur yang ada,” ucap Zainul.
Selain Indonesia, setidaknya ada tujuh negara lain, yaitu Kuwait, Arab Saudi, Bahrain, Oman, Maroko, Aljazair, dan Pakistan yang sud?*h meminta bantuan Yordania untuk membantu memulangkan warga negara mereka.
Bila Israel setuju untuk mengevakuasi ratusan relawan yang ditawan, maka Yordania terlebih dahulu akan membawa mereka ke Amman dan memeriksa kesehatan mereka sebelum diserahkan ke perwakilan masing-masing.
Dan sekitar 600 relawan yang bergabung dalam misi Freedom Flotilla, 450 orang kini ditahan di penjara Beersheba, Israel selatan.
Relawan yang ditawan dibawa ke tempat tersebut Senin tengah malam dan akan diinterogasi, sebelum Israel memutuskan apakah mereka akan dibawa ke pengadilan atau dideportasi. Di antara ratusan relawan yang ditahan terdapat Sheikh Raed Salah, yang juga pemimpin Gerakan Islam.
Sebanyak 48 aktivis sudah dideportasi dan dibawa ke Bandara Internasional Ben Gunion, dekat Tel Aviv Sedangkan 45 orang terluka yang sebagian besar warga Turki, menjalani perawatan di sejumlh rumahsakit.
Seperti diketahui, kapal Mavi Marmara yang membawa 600 relawan kemanusiaan dan mengangkut 10.000 ton bantuan untuk warga Gaza disergap tentara Israel Senin subuh (31/5), saat berlayar di perairan Internasional. Penyergapan dan penyerangan itu mengakibatkan 19 relawan tewas dan ratusan lain luka-luka. Negeri Zionis itu juga menangkap dua kapal lain yang menjadi bagian Freedom Flotilla. kapal-kapal tersebut akan diproses akhir pekan ini.
Tindakan biadab Israel tersebut memicu kecaman dunia termasuk Dewan Keamanan (DK) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Mereka juga mendesak Negeri Zionis tersebut mengakhiri blokade di Jalur Gaza. Pernyataan keras sepanjang 24 baris tersebut disampaikan langsung Presiden DK PBB Claude Heller di depan 15 anggota dewan.
“Dalam konteks ini, DK PBB mengutuk keras serangan Israel yang telah menewaskan warga sipil dan melukai beberapa lainnya,” tulis DK PBB dalam rilisnya.
PBB, seperti disampaikan utusan khusus Inggris untuk DK PBB Mark Lyall Grant, juga menganggap Israel telah melanggar Resolusi DK PBB 1860. Restriksi Israel terhadap akses jalur Gaza dianggap sebagai sesuatu yang ”samasekali tidak bisa diterima”. Untuk diketahui, Resolusi DK PBB 1860 merupakan upaya PBB untuk menyelesaikan Perang Gaza dalam rentang 2008—2009. Resolusi ditandatangani 14 anggota DK PBB pada 8 Januari 2009. Sementara satu anggota dewan, yaitu Amerika Serikat (AS),menyatakan abstain.
DK PBB tampaknya akan mengambil langkah yang lebih keras terhadap Israel. Kemarin sejumlah negara anggota tetap DK PBB, yakni Prancis, Rusia, dan China, secara serempak menggunakan hak veto dalam DK PBB. Ketiga negara tensebut mendesak Israel supaya menghentikan restriksi Jalur Gaza. Selain itu, ketiganya meminta supaya PBB lekas membentuk badan penyelidik independen.
Amerika Serikat yang selama ini dianggap selalu melindung Israel juga gerah dengan tindakan aksi tersebut. Wakil utusan AS untuk DK PBB Alejandro Wolff menyatakan, Gedung Putih sungguh terganggu dengan berita tentang serangan Israel. Bahkan, Pemerintah AS mendesak supaya investigasi dilakukan secara transparan. “Kami menyerukan investigasi yang menyeluruh dan kredibel terhadap ini,"sahut Wolff.
Senada, Rusia dan Uni Eropa juga menyerukan dilakukannya penyelidikan yang netral terhadap operasi militer Israel terhadap armada bantuan kemanusiaam Mereka meminta semua pintu penyeberangan ke Gaza untuk arüs pengiriman bantuan, barang-barang dan relawan dibuka. Pernyataan bersama ini dimuat dalam deklarasi yang disiarkan ditengah berlangsungnya Konferensi Tingkat Tinggi (KTT)
Sumber : Sindo
Staf Khusus Presiden Bidang Luar Negeri Dino Patti Djalal mengungkapkan, kepastian ini dikabarkan langsung Presiden Palestina Mahmoud Abbas kepada Duta Besar RI untuk Yordania Zainul. Dalam pertemuan yang berlangsung di Palestina pada Senin siang waktu setempat.
Presiden Presiden Abbas juga mengungkapkan,seorang WNI yang terluka sudah mendapatkan perawatan di London Hospital, Haiva, Israel.
”Kabar yang diterima dari Duta Besar RI di Yordania mengatakan, sebelas WNI itu bersama relawan lain ditahan di suatu penjara umum sipil yang dijaga oleh militer dan sedang diinterogasi. Sedangkan yang terluka, saat ini masih kita cari terus informasinya apakah dia mengalami luka berat atau luka ringan,”ujar Dino dalam keterangan persnya di Kantor Kepresidenan, Jakarta, kemarin.
Mantan Direktur Urusan Amerika Utara dan Amerika Tengah Kementerian Luar Negeri itu menambahkan, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) terus memantau perkembangan kasus ini setiap saat dan berkomunikasi aktif dengan seluruh diplomat RI yang ada di PBB, serta pihak Kementerian Luar Negeri.
Duta besar RI untuk Yordania di Amman Zainulbahar Noor saat dikonfirmasi harian Seputarlndonesia membenarkan, salah seorang WNI yang terluka akibat serangan Israel itu dirawat di RS London Hospital di Haiva, Israel, WNI yang terluka berjenis kelamin laki-laki dan kondisinya tidak terlalu kritis.
Untuk memastikan kondisi WNI, Zainul mengaku meminta bantuan delegasi Yordania yang tergabung dalam Palang Merah Internasional untuk menjenguk WNI tersebut. Sayangnya identitas yang diperoleh tidak jelas karena namanya tidak ada dalam daftar relawan Indonesia, baik dari MER-C, Sahabat Al-Aqsa,ataupun Kispa.
Yordania,lanjutnya, juga tengah berupaya mengevakuasi 450 lebih tawanan yang kini ditahan Israel, termasuk 11 WNI. “Kementerian Luar Negeri Yordania sedang mengupayakan agar tawanan Israel bisa masuk ke Amman. Kami sudah mengirim beberapa perwakilan ke perbatasan Yordania untuk menjemput WNI tapi kami tetap harus mengikuti prosedur yang ada,” ucap Zainul.
Selain Indonesia, setidaknya ada tujuh negara lain, yaitu Kuwait, Arab Saudi, Bahrain, Oman, Maroko, Aljazair, dan Pakistan yang sud?*h meminta bantuan Yordania untuk membantu memulangkan warga negara mereka.
Bila Israel setuju untuk mengevakuasi ratusan relawan yang ditawan, maka Yordania terlebih dahulu akan membawa mereka ke Amman dan memeriksa kesehatan mereka sebelum diserahkan ke perwakilan masing-masing.
Dan sekitar 600 relawan yang bergabung dalam misi Freedom Flotilla, 450 orang kini ditahan di penjara Beersheba, Israel selatan.
Relawan yang ditawan dibawa ke tempat tersebut Senin tengah malam dan akan diinterogasi, sebelum Israel memutuskan apakah mereka akan dibawa ke pengadilan atau dideportasi. Di antara ratusan relawan yang ditahan terdapat Sheikh Raed Salah, yang juga pemimpin Gerakan Islam.
Sebanyak 48 aktivis sudah dideportasi dan dibawa ke Bandara Internasional Ben Gunion, dekat Tel Aviv Sedangkan 45 orang terluka yang sebagian besar warga Turki, menjalani perawatan di sejumlh rumahsakit.
Seperti diketahui, kapal Mavi Marmara yang membawa 600 relawan kemanusiaan dan mengangkut 10.000 ton bantuan untuk warga Gaza disergap tentara Israel Senin subuh (31/5), saat berlayar di perairan Internasional. Penyergapan dan penyerangan itu mengakibatkan 19 relawan tewas dan ratusan lain luka-luka. Negeri Zionis itu juga menangkap dua kapal lain yang menjadi bagian Freedom Flotilla. kapal-kapal tersebut akan diproses akhir pekan ini.
Tindakan biadab Israel tersebut memicu kecaman dunia termasuk Dewan Keamanan (DK) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Mereka juga mendesak Negeri Zionis tersebut mengakhiri blokade di Jalur Gaza. Pernyataan keras sepanjang 24 baris tersebut disampaikan langsung Presiden DK PBB Claude Heller di depan 15 anggota dewan.
“Dalam konteks ini, DK PBB mengutuk keras serangan Israel yang telah menewaskan warga sipil dan melukai beberapa lainnya,” tulis DK PBB dalam rilisnya.
PBB, seperti disampaikan utusan khusus Inggris untuk DK PBB Mark Lyall Grant, juga menganggap Israel telah melanggar Resolusi DK PBB 1860. Restriksi Israel terhadap akses jalur Gaza dianggap sebagai sesuatu yang ”samasekali tidak bisa diterima”. Untuk diketahui, Resolusi DK PBB 1860 merupakan upaya PBB untuk menyelesaikan Perang Gaza dalam rentang 2008—2009. Resolusi ditandatangani 14 anggota DK PBB pada 8 Januari 2009. Sementara satu anggota dewan, yaitu Amerika Serikat (AS),menyatakan abstain.
DK PBB tampaknya akan mengambil langkah yang lebih keras terhadap Israel. Kemarin sejumlah negara anggota tetap DK PBB, yakni Prancis, Rusia, dan China, secara serempak menggunakan hak veto dalam DK PBB. Ketiga negara tensebut mendesak Israel supaya menghentikan restriksi Jalur Gaza. Selain itu, ketiganya meminta supaya PBB lekas membentuk badan penyelidik independen.
Amerika Serikat yang selama ini dianggap selalu melindung Israel juga gerah dengan tindakan aksi tersebut. Wakil utusan AS untuk DK PBB Alejandro Wolff menyatakan, Gedung Putih sungguh terganggu dengan berita tentang serangan Israel. Bahkan, Pemerintah AS mendesak supaya investigasi dilakukan secara transparan. “Kami menyerukan investigasi yang menyeluruh dan kredibel terhadap ini,"sahut Wolff.
Senada, Rusia dan Uni Eropa juga menyerukan dilakukannya penyelidikan yang netral terhadap operasi militer Israel terhadap armada bantuan kemanusiaam Mereka meminta semua pintu penyeberangan ke Gaza untuk arüs pengiriman bantuan, barang-barang dan relawan dibuka. Pernyataan bersama ini dimuat dalam deklarasi yang disiarkan ditengah berlangsungnya Konferensi Tingkat Tinggi (KTT)
Sumber : Sindo