Kalina
Moderator
WULUHAN, Jember - Tak hanya nelayan. Pengelola wisata pantai juga menggelar ritual larung sesaji. Seperti yang ditunjukkan pengelola wanawisata Pantai Pasir Putih (Papuma), sepanjang hari kemarin.
Ritual ini dipercayai untuk menjaga keselamatan pengunjung papuma. Sebelum melarung ke tengah laut, ada sejumlah prosesi yang dilewati. Yakni, tahlil dan syukur. Pembacaan teks larung sesaji. Lalu, mengirab sesaji itu ke tempat pertapaan Sri Wulan, yang terletak di bawah tebing. Di atas pertapaan Sri Wulan itu, sebagian sesaji ditaruh. Sebagian lagi dibawa ke tengah laut.
Setelah itu, iring-iringan pembawa sesaji menuju ke arah laut yang letaknya lurus dengan pesanggrahan. Perahu jukung mini yang panjangnya sekitar 3 meter dihadapkan ke arah laut. Sebelas pembawa sesaji yang mengenakan baju beskap kuning itu meletakkan sesaji di atas perahu.
Sesaji itu ditempatkan di atas lima wadah. Kelapa tua ditempatkan di tengah, diapit dua sesaji yang berisikan telor dan bunga. Sesaji yang lain, nasi plus daging ayam dan jenang lima warna. Di sela kepulan asap dupa Kiai Yasin berdoa di ujung perahu.
Sinar matahari begitu menyengat pukul 11.20, siang itu. Pembawa sesaji yang bertelanjang kaki terlihat kepanasan.
Air laut yang semula jaraknya cukup jauh, tiba-tiba meninggi. Menerpa perahu dan kaki pengiring sesaji. "Wah, sesajinya diminta," celetuk seorang pengiring, sembari mengangkat ujung celananya yang tersapu air laut.
Rombongan penari reog yang diiringi gamelan langsung beraksi. Empat lelaki yang mengenakan pelampung oranye mendorong perahu yang ditumpangi sesaji ke laut. Sembari berenang, empat lelaki ini menggiring sesaji ini ke tengah.
Prosesi larung sesaji akhirnya berakhir. Rombongan pun bubar. Kembali ke panggung yang menyajikan hiburan musik tradisional dan dangdut.
"Itu proses akhir dari larung sesaji," kata Sujud, Koordinator Wanawisata Wilayah Jember WBU Unit II Perhutani Jember.
Setiap tahap prosesi larung sesaji ini menyita perhatian wisatawan. Wisatawan yang berkunjung ke papuma cukup banyak. Mereka tak segan-segan berpanas-panasan mengikuti iring-iringan pengantar larung sesaji. Tak sedikit yang mengabadikan proses larung. Larung sesaji ini juga melibatkan club. Yakni, Raung Of Road Jeep yang ikut mengiringi sesaji.
Menurut Sujud, proses larung sesaji ini dimulai sejak tahun 1998. Yang membedakan prosesi larung sesaji di Papuma dengan Puger adalah penyelenggaranya. Di Puger, larung sesaji digelar atas prakarsa nelayan.
"Larung sesaji di Papuma digelar oleh pengelola wanawisata yang bekerja sama dengan mitra, yakni nelayan di sekitar sini. Ini digelar sejak 1998," kata Sujud.
Menurut dia, larung sesaji ini digelar sebagai peringatan tahun baru Jawa. Namun, tak ada acuan pasti tanggal berapa, yang penting masuk bulan Syuro. Kata dia, larung sesaji ini merupakan bentuk rasa syukur pengelola papuma terhadap rejeki yang diberikan maha penguasa. Pengelola juga mohon agar pengunjung Papuma diberi keselamatan. Selain itu, menurut dia, pihaknya juga ingin melestarikan budaya. "Kami juga mengemas larung sesaji ini semenarik mungkin untuk menarik wisatawan. Misalnya, dengan menggelar panggung hiburan dan memberikan iring-iringan tarian reog," paparnya.
Ritual ini dipercayai untuk menjaga keselamatan pengunjung papuma. Sebelum melarung ke tengah laut, ada sejumlah prosesi yang dilewati. Yakni, tahlil dan syukur. Pembacaan teks larung sesaji. Lalu, mengirab sesaji itu ke tempat pertapaan Sri Wulan, yang terletak di bawah tebing. Di atas pertapaan Sri Wulan itu, sebagian sesaji ditaruh. Sebagian lagi dibawa ke tengah laut.
Setelah itu, iring-iringan pembawa sesaji menuju ke arah laut yang letaknya lurus dengan pesanggrahan. Perahu jukung mini yang panjangnya sekitar 3 meter dihadapkan ke arah laut. Sebelas pembawa sesaji yang mengenakan baju beskap kuning itu meletakkan sesaji di atas perahu.
Sesaji itu ditempatkan di atas lima wadah. Kelapa tua ditempatkan di tengah, diapit dua sesaji yang berisikan telor dan bunga. Sesaji yang lain, nasi plus daging ayam dan jenang lima warna. Di sela kepulan asap dupa Kiai Yasin berdoa di ujung perahu.
Sinar matahari begitu menyengat pukul 11.20, siang itu. Pembawa sesaji yang bertelanjang kaki terlihat kepanasan.
Air laut yang semula jaraknya cukup jauh, tiba-tiba meninggi. Menerpa perahu dan kaki pengiring sesaji. "Wah, sesajinya diminta," celetuk seorang pengiring, sembari mengangkat ujung celananya yang tersapu air laut.
Rombongan penari reog yang diiringi gamelan langsung beraksi. Empat lelaki yang mengenakan pelampung oranye mendorong perahu yang ditumpangi sesaji ke laut. Sembari berenang, empat lelaki ini menggiring sesaji ini ke tengah.
Prosesi larung sesaji akhirnya berakhir. Rombongan pun bubar. Kembali ke panggung yang menyajikan hiburan musik tradisional dan dangdut.
"Itu proses akhir dari larung sesaji," kata Sujud, Koordinator Wanawisata Wilayah Jember WBU Unit II Perhutani Jember.
Setiap tahap prosesi larung sesaji ini menyita perhatian wisatawan. Wisatawan yang berkunjung ke papuma cukup banyak. Mereka tak segan-segan berpanas-panasan mengikuti iring-iringan pengantar larung sesaji. Tak sedikit yang mengabadikan proses larung. Larung sesaji ini juga melibatkan club. Yakni, Raung Of Road Jeep yang ikut mengiringi sesaji.
Menurut Sujud, proses larung sesaji ini dimulai sejak tahun 1998. Yang membedakan prosesi larung sesaji di Papuma dengan Puger adalah penyelenggaranya. Di Puger, larung sesaji digelar atas prakarsa nelayan.
"Larung sesaji di Papuma digelar oleh pengelola wanawisata yang bekerja sama dengan mitra, yakni nelayan di sekitar sini. Ini digelar sejak 1998," kata Sujud.
Menurut dia, larung sesaji ini digelar sebagai peringatan tahun baru Jawa. Namun, tak ada acuan pasti tanggal berapa, yang penting masuk bulan Syuro. Kata dia, larung sesaji ini merupakan bentuk rasa syukur pengelola papuma terhadap rejeki yang diberikan maha penguasa. Pengelola juga mohon agar pengunjung Papuma diberi keselamatan. Selain itu, menurut dia, pihaknya juga ingin melestarikan budaya. "Kami juga mengemas larung sesaji ini semenarik mungkin untuk menarik wisatawan. Misalnya, dengan menggelar panggung hiburan dan memberikan iring-iringan tarian reog," paparnya.