gupy15
Mod
2008-07-11 14:37:00 www.republika.co.id
Layar Monitor Tahan Panas Nata de Coco ?
Pernahkah anda mencicipi nata de coco? Makanan berserat tinggi berbahan dasar air buah kelapa ini
memang bergizi tinggi dan menyehatkan, namun pernahkan anda berpikir jika suatu saat nata de coco menjelma menjadi layar monitor televisi atau komputer anda?
Melalui riset, Ilmuwan dari Kyoto University menemukan jika nata de coco dapat dioleh lebih lanjut menjadi material baru yang sangat kuat, tahan panas, sekaligus lentur dan bahkan dapat menransmisikan cahaya. Dalam kesimpulan lain, salah satu produk yang mungkin dihasilkan ialah layar monitor.
Makanan berbahan dasar sari buah kelapa tersebut memang dikenal sebagai salah satu makanan yang sangat digemari masyarakat. Selain murah dan gampang dibuat, kandungan serat yang tinggi nata de coco bisa memperlancar saluran pencernaan. Pembuatannya hanya melalui proses fermentasi air kelapa dengan menggunakan bakteri jenis Acetobacter xylinum. Tentu tidak terbayangkan sebelumnya jika makanan yang begitu sederhana bisa diolah menjadi bahan baku industri yang lain.
Menurut para peneliti dari Lab of Active Bio-based Material-Kyoto University, seperti yang ditulis oleh Lisman Suryanegara di www.beritaiptek.com, 3 Juli lalu, nata de coco dapat dijadikan komposit yang sangat kuat dengan teknik pengolahan yang cukup sederhana. Lembar nata de coco yang sudah dihilangkan airnya dicelupkan terlebih dahulu ke dalam perekat polifenol formaldehida dengan berat molekul rendah. Setelah proses pengeringan tersebut, lembaran kemudian dipres pada suhu 180oC selama 10 menit untuk menghasilkan bentuk komposit yang sangat kuat.
Material komposit tersebut mempunyai ketahanan patah (bending strength) 450 Mpa,(mega pascal), artinya setiap satu senti meter kubik dapat menahan gaya hingga 450 kilogram beban dan dengan kerapatan 1.4 g/cm3. Kekuatan ini jauh lebih baik bila dibandingkaan kekuatan baja campuran magnesium alloy misal yang memiliki ketahanan hingga 370 Mpa. Bahkan kekuatan komposit tersebut hampir menyamai kekuatan baja ringan tipe SS400 yang mempunyai ketahanan patah sekitar 500 MPa.
Tidak hanya itu komposit berbahan nata de coco memiliki kualitas yang sangat baik karena ia memiliki serat mikroskopik yang seragam dengan ukuran serat kurang dari 10 nano meter, lurus serta membentuk jaringan seperti jaring laba-laba. Kekuatan jaringan inilah yang menjadikan komposit nata de coco mendekati kekuatan baja ringan namun dengan kerapatan yang jauh lebih rendah bila dibandingkan baja ringan.
Keunggulan tersebut memungkinkan komposit nata de coco dapat dimanfaatkan dalam berbagai aplikasi seperti industri otomotif, elektronik, maupun konstruksi. Terlebih bahan dasar alami komposit ini membuat ketersediaannya di alam sangat melimpah.
Lebih lanjut, berdasarkan penemuan mutakhir dari para peneliti Kyoto University, ukuran fiber dari nata de coco yang berskala nano, memungkinkan untuk mentransmisikan cahaya tanpa pembelokan. Dalam pengertian sederhana, sifatnya nyaris seperti kaca namun dengan keunggulan lebih tahan terhadap panas dan memiliki kelenturan seperti plastik.
Prinsip pembuatannya cukup sederhana, setelah diproses menjadi bentuk komposit tadi, lembaran seperti kertas dikeringkan menggunakan vacuum oven. Lembaran tersebut masih belum transparan karena masih mengandung rongga udara, sifat transparan dihasilkan setelah rongga udara diisi oleh senyawa resin yang mempunyai sifat transparan seperti resin akrilik. Langkah berikutnya ialah pematangan dengan menggunakan sinar ultraviolet untuk menghasilkan lembar transparan.
Saat ini di Jepang sendiri, pemanfaatan komposit tersebut sedang diaplikasikan dalam skala industri bekerjasama dengan pihak swasta. Dalam waktu dekat,, kita bisa menikmati layar monitor komputer yang lentur seperti plastik namun tahan panas seperti gelas. Bahkan tidak menutup kemungkinan kita akan memakai kacamata yang terbuat dari komposit nata de coco apabila komposit tersebut dikembangkan untuk alat optik.
Lalu bagaimana dengan di Indonesia? Indonesia sebagai negara dengan lahan terluas untuk budidaya kelapa (+3,7 hektar),diuntungkan dengan melimpahnya bahan baku, harusnya bergerak cepat, mengingat Jepang yang telah lebih mutakhir mengembangkan produk tersebut ternyata mengimpor nata de coco dari Philipina. Apalagi proses pembuatan yang ramah lingkungan dapat dikerjakan di skala industri rumah tangga . Jika teknologi ini bisa dikembangkan lebih pesat di Indonesia, bukan tidak mungkin akan dapat menjadi pemsok komposit jenis ini untuk berbagai aplikasi.
Layar Monitor Tahan Panas Nata de Coco ?
Pernahkah anda mencicipi nata de coco? Makanan berserat tinggi berbahan dasar air buah kelapa ini
memang bergizi tinggi dan menyehatkan, namun pernahkan anda berpikir jika suatu saat nata de coco menjelma menjadi layar monitor televisi atau komputer anda?
Melalui riset, Ilmuwan dari Kyoto University menemukan jika nata de coco dapat dioleh lebih lanjut menjadi material baru yang sangat kuat, tahan panas, sekaligus lentur dan bahkan dapat menransmisikan cahaya. Dalam kesimpulan lain, salah satu produk yang mungkin dihasilkan ialah layar monitor.
Makanan berbahan dasar sari buah kelapa tersebut memang dikenal sebagai salah satu makanan yang sangat digemari masyarakat. Selain murah dan gampang dibuat, kandungan serat yang tinggi nata de coco bisa memperlancar saluran pencernaan. Pembuatannya hanya melalui proses fermentasi air kelapa dengan menggunakan bakteri jenis Acetobacter xylinum. Tentu tidak terbayangkan sebelumnya jika makanan yang begitu sederhana bisa diolah menjadi bahan baku industri yang lain.
Menurut para peneliti dari Lab of Active Bio-based Material-Kyoto University, seperti yang ditulis oleh Lisman Suryanegara di www.beritaiptek.com, 3 Juli lalu, nata de coco dapat dijadikan komposit yang sangat kuat dengan teknik pengolahan yang cukup sederhana. Lembar nata de coco yang sudah dihilangkan airnya dicelupkan terlebih dahulu ke dalam perekat polifenol formaldehida dengan berat molekul rendah. Setelah proses pengeringan tersebut, lembaran kemudian dipres pada suhu 180oC selama 10 menit untuk menghasilkan bentuk komposit yang sangat kuat.
Material komposit tersebut mempunyai ketahanan patah (bending strength) 450 Mpa,(mega pascal), artinya setiap satu senti meter kubik dapat menahan gaya hingga 450 kilogram beban dan dengan kerapatan 1.4 g/cm3. Kekuatan ini jauh lebih baik bila dibandingkaan kekuatan baja campuran magnesium alloy misal yang memiliki ketahanan hingga 370 Mpa. Bahkan kekuatan komposit tersebut hampir menyamai kekuatan baja ringan tipe SS400 yang mempunyai ketahanan patah sekitar 500 MPa.
Tidak hanya itu komposit berbahan nata de coco memiliki kualitas yang sangat baik karena ia memiliki serat mikroskopik yang seragam dengan ukuran serat kurang dari 10 nano meter, lurus serta membentuk jaringan seperti jaring laba-laba. Kekuatan jaringan inilah yang menjadikan komposit nata de coco mendekati kekuatan baja ringan namun dengan kerapatan yang jauh lebih rendah bila dibandingkan baja ringan.
Keunggulan tersebut memungkinkan komposit nata de coco dapat dimanfaatkan dalam berbagai aplikasi seperti industri otomotif, elektronik, maupun konstruksi. Terlebih bahan dasar alami komposit ini membuat ketersediaannya di alam sangat melimpah.
Lebih lanjut, berdasarkan penemuan mutakhir dari para peneliti Kyoto University, ukuran fiber dari nata de coco yang berskala nano, memungkinkan untuk mentransmisikan cahaya tanpa pembelokan. Dalam pengertian sederhana, sifatnya nyaris seperti kaca namun dengan keunggulan lebih tahan terhadap panas dan memiliki kelenturan seperti plastik.
Prinsip pembuatannya cukup sederhana, setelah diproses menjadi bentuk komposit tadi, lembaran seperti kertas dikeringkan menggunakan vacuum oven. Lembaran tersebut masih belum transparan karena masih mengandung rongga udara, sifat transparan dihasilkan setelah rongga udara diisi oleh senyawa resin yang mempunyai sifat transparan seperti resin akrilik. Langkah berikutnya ialah pematangan dengan menggunakan sinar ultraviolet untuk menghasilkan lembar transparan.
Saat ini di Jepang sendiri, pemanfaatan komposit tersebut sedang diaplikasikan dalam skala industri bekerjasama dengan pihak swasta. Dalam waktu dekat,, kita bisa menikmati layar monitor komputer yang lentur seperti plastik namun tahan panas seperti gelas. Bahkan tidak menutup kemungkinan kita akan memakai kacamata yang terbuat dari komposit nata de coco apabila komposit tersebut dikembangkan untuk alat optik.
Lalu bagaimana dengan di Indonesia? Indonesia sebagai negara dengan lahan terluas untuk budidaya kelapa (+3,7 hektar),diuntungkan dengan melimpahnya bahan baku, harusnya bergerak cepat, mengingat Jepang yang telah lebih mutakhir mengembangkan produk tersebut ternyata mengimpor nata de coco dari Philipina. Apalagi proses pembuatan yang ramah lingkungan dapat dikerjakan di skala industri rumah tangga . Jika teknologi ini bisa dikembangkan lebih pesat di Indonesia, bukan tidak mungkin akan dapat menjadi pemsok komposit jenis ini untuk berbagai aplikasi.