Legenda & Nasehat dari Aksara Jawa

Status
Not open for further replies.

Dipi76

New member
Huruf atau carakan Jawa yakni ha-na-ca-ra-ka dan seterusnya merupakan sabda pangandikanipun dari Tuhan Yang Maha Esa di tanah Jawa.

Pembukaan Huruf Jawa

  1. Huruf Ha, berarti "hidup", atau huruf berarti juga ada hidup, sebab memang hidup itu ada, karena ada yang menghidupi atau yang memberi hidup, hidup itu adalah sendirian dalam arti abadi atau langgeng tidak terkena kematian dalam menghadapi segala keadaan. Hidup tersebut terdiri atas 4 unsur yaitu:
    • a. api
    • b. angin
    • c. bumi
    • d. air
  2. Huruf Na, berari "nur" atau cahaya, yakni cahaya dari Tuhan YME dan terletak pada sifat manusia.
  3. Huruf Ca, berarti "cahaya", artinya cahaya di sini memang sama dengan cahaya yang telah disebutkan di atas. Yakni salah satu sifat Tuhan yang ada pada manusia. Kita telah mengetahui pula akan sifat Tuhan dan sifat-sifat tersebut ada pada yang dilimpahkan Tuhan kepada manusia karena memang Tuhan pun menghendaki agar manusia itu memunyai sifat baik.
  4. Huruf Ra, berarti "roh", yaitu roh Tuhan yang ada pada diri manusia.
  5. Huruf Ka, berarti "berkumpul", yakni berkumpulnya Tuhan YME yang terletak pada sifat manusia.
  6. Huruf Da, berarti "zat", ialah zatnya Tuhan YME yang terletak pada sifat manusia.
  7. Huruf Ta, berarti "tes" atau tetes, yaitu tetes Tuhan YME yang berada pada manusia.
  8. Huruf Sa, berarti "satu", menunjukkan bahwa Tuhan YME yaitu satu, tidak ada yang dapat menyamai-Nya.
  9. Huruf Wa, berarti "wujud" atau bentuk, bahwa wujud Tuhan itu ada dalam manusia yang setelah bertapa kurang lebih 9 bulan dalam gua garba ibu, lalu dilahirkan dalam wujud diri.
  10. Huruf La, berarti "langgeng" atau abadi, menunjukkan bahwa hanya Tuhan YME sendirian yang langgeng di dunia ini, berarti abadi pula untuk selama-lamanya.
  11. Huruf Pa, berarti "papan" atau tempat, yaitu papan Tuhan YME-lah yang memenuhi alam jagad raya ini, jagad besar juga jagad kecil (manusia).
  12. Huruf Dha, berarti "dhawuh", yaitu perintah-perintah Tuhan YME inilah yang terletak dalam diri dan besarnya Adam, manusia yang utama.
  13. Huruf Ja, berarti "jasad" atau badan. Jasad Tuhan YME itu terletak pada sifat manusia yang utama.
  14. Huruf Ya, berarti "dawuh". Dawuh di sini mempunyai lain arti dengan dhawuh di atas, karena dawuh berarti selalu menyaksikan kehendak manusia baik yang berbuat jelek mau pun yang bertindak baik yang selalu menggunakan kata-katanya “Ya”.
  15. Huruf Nya, berarti "pasrah" atau menyerahkan, jelasnya Tuhan YME dengan ikhlas menyerahkan semua yang telah tersedia di dunia ini.
  16. Huruf Ma, berarti "marga" atau jalan. Tuhan YME telah memberikan jalan kepada manusia yang berbuat jelek dan baik.
  17. Huruf Ga, berarti "gaib", gaib dari Tuhan YME inilah yang terletak pada sifat manusia.
  18. Huruf Ba, berarti "babar", yaitu kabarnya manusia dari gaibnya Tuhan YME.
  19. Huruf Tha, berarti "thukul" atau tumbuh. Tumbuh atau adanya gaib adalah dari kehendak Tuhna YME. Dapat pula dikatakan gaib adalah jalan jauh tanpa batas, dekat tetapi tidak dapat disentuh, seperti halnya cahaya terang tetapi tidak dapat diraba atau pun disentuh, dan harus diakui bahwa besarnya gaib itu adalah seperti debu atau terpandang. Demikianlah gaibnya Tuhan YME itu.
  20. Huruf Nga, berarti "ngalam", yang bersinar terang, atau terang/gaib Tuhan YME yang mengadakan sinar terang.
Demikianlah huruf Jawa yang 20 itu, dan ternyata dapat digunakan sebagai lambang dan dapat diartikan sesuai dengan sifat Tuhan sendiri, karena memang seperti yang telah diuraikan sebelumnya bahwa Jawa yang menggunakan huruf Jawa itupun merupakan sabda dari Tuhan YME.

Penyatuan Huruf atau Aksara Jawa 20 dan Maknanya

1. Huruf Ha + Nga

Hanga berarti "angan-angan". Dimaksudkan dengan angan-angan ini ialah panca indra yaitu lima indra, seperti:
  • Angan-angan yang terletak di ubun-ubun (kepala) yang menyimpan otak untuk memikir akan keseluruhan keadaan.
  • Angan-angan mata yang digunakan untuk melihat segala keadaan.
  • Angan-angan telinga yang dipakai untuk mendengar keseluruhan keadaan.
  • Angan-angan hidung untuk mencium/membau seluruh keadaan.
  • Angan-angan mulut yang digunakan untuk merasakan dan mengunyah makanan.

2. Huruf Na + Ta

Noto, berarti "nutuk".

3. Huruf Ca + Ba

Caba, berarti coblong (lobang). Kata tersebut di atas berarti wadah atau tempat yang dimilki oleh lelaki atau wanita saat menjalin rasa menjadi satu; adanya perkataan kun berarti pernyataan yang dikeluarkan oleh pria dan wanita dalam bentuk kata ya dan ayo dan kedua kata tersebut mempunyai persamaan arti dan kehendak ,yaitu mau.

4. Huruf Ra + Ga

Raga, berarti "badan awak/diri". Kata raga atau ragangan merupakan juga kerangka dan kehendak pria dan wanita ketika menjalin rasa menjadi satu karena bersama-sama menghendaki untuk menciptakan raga atau diri agar supaya dapat terlaksana untuk mendapatkan anak.

5. Huruf Ka + Ma

Kama, berarti "komo" atau biji, bibit, benih. Setiap manusia baik laki-laki atau wanita pastilah mengandung benih untuk kelangsungan hidup; oleh karena itu di dalam kata raga seperti terurai di atas merupakan kehendak pria dan wanita untuk menjalin rasa menjadi satu. Karena itulah maka kata raga telah menunjukkan adanya kedua benih yang akan disatukan dengan melewati raga, dan dengan penyatuan kama dari kedua belah pihak itu maka kelangsungan hidup akan dapat tercapai.

6. Huruf Da + Nya

Danya atau donya, berarti dunia. Persatuan kedua benih atau kama tadi mengakibatkan kelahiran, dan kelahiran ini merupakan calon keturunan di dunia atau (alam) donya; dengan demikian dapat dipahami kalau atas kehendak Tuhan YME maka diturunkanlah ke alam dunia ini benih-benih manusia dari Kahyangan dengan melewati penyatuan rasa kedua jenis manusia.

7. Huruf Ta + Ya

Taya atau toya, yaitu "ari" atau "banyu." Kelahiran manusia (jabang bayi) diawali dengan keluarnya air (kawah), pun kelahiran bayi tersebut juga dijemput dengan air (untuk membersihkan, memandikan dsb); karena itulah air tersebut berumur lebih tua dari dirinya sendiri disebut juga mutmainah atau sukma yang sedang mengembara dan memunyai watak suci dan adil.

8. Huruf Sa + Ja

Saja atau siji atau satu. Pada umumnya kelahiran manusia (bayi) itu hanya satu, andaikata jadi kelahiran kembar maka itulah kehendak Tuhan YME. Dan kelahiran satu tersebut menunjukkan adanya kata saja atau siji atau satu.

9. Huruf Wa + Da

Wada atau wadah atau tempat. Berbicara tentang wadah atau tempat, sudah seharusnya membicarakan tentang isi pula, karena kedua hal tersebut tidak dapat dipisah-pisahkan. Dengan demikian timbul pertanyaan mengenai wadah dan isi, siapakah yang ada terlebih dahulu. Pada umumnya dikatakan kalau wadah harus diadakan terlebih dahulu, baru kemudian isi, sebenarnya hal ini adalah kurang benar. Yang diciptakan terlebih dahulu adalah isi, dan karena isi tersebut membutuhkan tempat penyimpanan, maka diciptakan pula wadahnya. Jangan sampai menimbulkan kalimat “Wadah mencari isi” melainkan haruslah “Isi mencari wadah” karena memang "isi" diciptakan terlebih dahulu. Sebagai contoh dapat diambilkan di sini: rumah, sebab rumah merupakan wadah manusia, dan manusia merupakan isi dari rumah. Jadi jelaslah bahwa sebenarnya isilah yang mencari wadah.

Sebagai bukti dari uraian di atas, dapatlah dijelaskan bahwa: kematian manusia berarti (raga) ditinggalkan isi (hidup). Bagai pendapat yang mengatakan “wadah terlebih dahulu diciptakan” maka mengenai kematian itu seharusnya wadah mengatakan supaya isi jangan meniggalkan terlebih dahulu sebelum wadah mendahului meninggalkan. Hal ini jelas tidak mungkin terjadi, apalagi kalau kematian itu terjadi dalam umur muda di mana kesenangan dan kepuasan hidup tersebut belum dialaminya.

Demikianlah persoalan wadah ini dengan dunia, karena sebelum dunia ini diciptakan (sebagai wadah) maka yang telah ada adalah (isinya) Tuhan YME. Pendapat lain mengatakan kalau sebelum diadakan jalinan rasa maka keadaan masih kosong (awang-awung). Tetapi setelah jalinan rasa dilaksanakan oleh pria dan wanita maka meneteslah benih dan apabila benih tadi mendapatkan wadahnya akan terjadi kelahiran. Sebaliknya ,kalau wadah tersebut belum ada maka kelahiran pun tidak akan terjadi, yang berarti masih suwung atau kosong. Meski pun begitu, “hidup" itu tetap telah ada demikian pula “isi’" dan di manakah letak isi tadi ialah pada ayah dan ibu. Maka selama ayah dan ibu masih ada maka hidup masih dapat membenihkan biji atau bibit.

10. Huruf La + Pa

Lapa atau mati atau lampus. Semua keadaan yang hidup selalu dapat bergerak, keadaan hidup tesebut kalau ditinggal oleh hidup maka disebut dengan mati. Sebenarnya pemikiran demikian itu tidak benar, akan tetapi kesalahan tadi telah "dibenarkan" sehingga menjadi salah kaprah. Sebab yang dikatakan mati tadi sebenarnya bukanlah kematian sebenarnya, akan tetapi hidup hanyalah meninggalkannya, yaitu untuk mengembalikan semua ke asalnya, hidup kembali kepada yang menciptakan hidup, karena hidup berasal dari suwung sudah tentu kembali ke suwung atau kosong (awang-awung) lagi. Akan tetapi, sebenarnya dapatlah dikatakan bahwa suwung itu tetap ada sedangkan raga manusia yang berasal pula dari tanah akan kembali ke tanah (kuburan) pula.



Sumber:
alangalangkumitir
wacana nusantara





-dipi-
 
Re: Nasihat dari Aksara Jawa

Kandungan cerita dalam kaitan nama Aksara Jawa yang sering disebut sebagai “HONOCOROKO”, memiliki makna yang bernilai tinggi, mengingatkan kita semua untuk selalu membangun dan memelihara komunikasi agar terhindar dari salah persepsi dalam memberi, menjaga dan membawa pesan sehingga dapat dicegah dan dihindari adanya pertengkaran dan permusuhan yang dapat merugikan berbagai pihak.

Nama Honocoroko sendiri diambil dari baris pertama dalam deretan Aksara Jawa, yang lengkapnya adalah sebagai berikut :

HO NO CO RO KO
DO TO SO WO LO
PO DHO JO YO NYO
MO GO BO TO NGO

Dua puluh Aksara Jawa yang tersusun dalam empat baris itu dalam sejarahnya memiliki muatan cerita :

  • Hono Caroko = ada utusan (abdi setia)

    attachment.php

  • Doto Sawolo = saling berseteru

    attachment.php
  • Podho Joyonyo = sama-sama sakti

    attachment.php
  • Mogo Bothongo=Keduanya jadi bangkai

    attachment.php

Dalam cerita, adalah seorang Satria namanya Ajisaka yang tinggal di sebuah pulau terpencil bersama dua orang abdi setianya, yaitu Dora dan Sembodo. Pada suatu hari Ajisaka bertekad untuk memperbaiki hidupnya dengan hijrah pergi ke ibukota kerajaan. Dora diajak ikut, sedangkan Sembodo tetap ditinggal di pulau dengan dititipi sebuah keris. Ajisaka berpesan agar keris tersebut dijaga dan disimpan, jangan sampai diberikan kepada orang lain. Sebagai abdi yang setia, maka pesan itupun diterima dan disanggupinya dengan tekad akan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.

Kemudian setelah sekian lama, berbagai liku-liku perjalanan hidup dilaluinya, Ajisaka sukses menjadi Raja. Ketika itu, Ajisaka memerasa perlu untuk mengambil kerisnya, maka diutuslah Dora untuk menemui Sembodo guna meminta kembali keris yang dititipkan.Apa yang terjadi kemudian, sungguh diluar dugaan, kedua abdi yang setia, thaat dan sangat hormat itu merasa berada pada posisi yang berseberangan. Masing-masing abdi tidak ingin melanggar dan mengabaikan pesan Ajisaka. Sulitnya, kondisi pada saat itu tidak memungkinkan untuk berkomunikasi kembali sehingga masing-masing tetap berpegang teguh pada pesan awal yang diterimanya.Ketika Dora datang menyampaikan pesan Ajisaka yang mengutusnya untuk mengambil keris, maka Sembodo tidak mau menyerahkan keris tersebut. Sikap ini adalah sesuai dengan pesan yang diterima sebelumnya. Kedua Abdi setia itupun saling bersikukuh melaksanakan pesan Ajisaka, yang satu tidak mau memberikan keris yang dititipkan Ajisaka kepadanya, sementara itu yang satu lagi bertekat tidak akan kembali kepada Ajisaka yang kini menjadi Raja sebelum keris dibawa serta.

Pertengkaranpun terjadi tak terhindarkan lagi. Kedua abdi saling memperebutkan keris dengan mengeluarkan tenaga, kemampuan dan kesaktian yang dimilikinya untuk merebut dan membela diri. Kekuatan keduanya berimbang, tidak ada yang mau mengalah dan akhirnya keduanyapun jadi korban, tewas menjadi bangkai tertusuk keris.



Sumber:
Pastipanji.com




-dipi-
 

Attachments

  • Honocoroko.JPG
    Honocoroko.JPG
    36.5 KB · Views: 7,647
  • dotosowolo.JPG
    dotosowolo.JPG
    42.5 KB · Views: 4,937
  • podojoyonyo.JPG
    podojoyonyo.JPG
    40.4 KB · Views: 3,195
  • mogobothongo.JPG
    mogobothongo.JPG
    39.1 KB · Views: 6,386
mantap ceritanya, apakah benar cerita itu dari honocoroko ya? lupa lupa ingat...tapi kalau ceritanya gak lupa siy.... :D
 
jiakakaka iya nih.. apalagi makna huruf per huruf.. aneh banget.. masak Na = nur/cahaya kemudian Ca = cahaya.. apa bedanya? wkwkwkwk :D lebih terasa yang cerita ajisaka tuh..
 
Baru tau kalau HONOCOROKO berkaitan dengan Legenda Ajisaka ;) cerita dan nasihat yang bagus
 
Jawabannya nanti ya Cak...
Aku masih tunggu konfirmasi narasumber... Mau jawab dewe takut nggak tepat... :))



-dipi-
 
Perasaan selama 4 thn bljr kebudayaan gak ada deh kaitan antara hanacaraka dgn falsafah spt diatas, mgkn itu semcm makalah atau pemikiran br. Bgslah klo ada yg menghubkan aksara dgn nilai kehidupan. Asalkan ada data yg mendukung dan gak sekedar pemikiran pribadi. Ini bs jd referensi nantinya.
 
Perasaan selama 4 thn bljr kebudayaan gak ada deh kaitan antara hanacaraka dgn falsafah spt diatas, mgkn itu semcm makalah atau pemikiran br. Bgslah klo ada yg menghubkan aksara dgn nilai kehidupan. Asalkan ada data yg mendukung dan gak sekedar pemikiran pribadi. Ini bs jd referensi nantinya.
Kalo udah belajar kebuadayaan selama 4 tahun mestinya tahu bahwa masyarakat Indonesia, jawa khususnya, selalu bersifat simbolik... apapun bisa dijadikan simbol...mothak mathuk gathuk...
Terlepas dari pemikiran pribadi atau bukan, yang perlu diingat adalah budaya itu terlahir dari pemikiran manusia...

Honocoroko sendiri lebih banyak dihubungkan dan disimbolkan dari legenda ajisaka, kalo toh ada hal lainnya, ya itu tadi...namanya mothak mathuk gathuk...



-dipi-
 
Yup, mknya gw blg itu pemikiran baru, dr penulisnya. Krn dlm literatur mnpun hanacaraka dikaitkan dgn ajisaka. Spt misalnya kita membc serat sato kewan lalu mau menelaahnya membuktikan nilai2 jw yg terkandung dlm cerita itu, tentu selain pemikiran pribadi jg hrs memiliki data pendukung yg membuktikan bhw dlm masyarakat jw memang ada nilai tsb, tapi ya itu kalau berupa karya ilmiah ya. Karena apapun yg kita tulis pd awalnya berupa pendapat/pemikiran pribadi stlh melihat sesuatu yg kita anggap menarik.
 
Oh iya, bedanya nasehat, nilai dan falsafah itu bagaimana ya?
Beda nggak kira2...?
Kalo yang di artikel awal itu masuk kemana?

Huruf 'Ha' yang digathukkan menjadi hidup...'Na' jadi nur...yadda yadda... sama nggak kira2 konsepnya dengan misalnya 'Jer basuki mawa bea' atau 'mikul dhuwur mendem jero' dll itu..?
Dua2nya merupakan falsafah kah? atau yang satu cuma sekedar nasehat, satu lagi sudah merupakan falsafah? atau bagaimana?...



-dipi-
 
Status
Not open for further replies.
Back
Top