JAKARTA, KOMPAS - Leptospirosis, penyakit mematikan yang disebabkan bakteri leptospira, kini semakin banyak menjangkiti korban banjir. Dua hari ini, Rumah Sakit Umum Daerah Tarakan, Jakarta Pusat, menerima 11 pasien lagi sehingga total pasien yang dirawat mencapai 13 orang.
"Kesembilan pasien masuk rumah sakit pada hari Kamis dan Jumat. Sebagian besar dari mereka sudah dalam keadaan sakit parah hingga livernya rusak dan mengalami gagal ginjal," kata Nazir, dokter ahli penyakit dalam di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tarakan, Jumat (16/2).
Penderita leptospirosis tersebut antara lain Yusril (23) asal Kota Bambu, Jakarta Barat; Irfan (31) asal Kemandoran, Jakarta Selatan; Cecep (58) asal Tomang, Jakarta Barat; dan Arsad (49) asal Duri Dalam, Tambora, Jakarta Barat.
Sebelumnya sudah ada dua pasien yang hingga kini masih dirawat di RSUD Tarakan, yaitu Sarmata (61) dan Tabrani (44).
Menurut Nazir, bakteri leptospira terdapat dalam kencing tikus, anjing, dan beberapa binatang lainnya. Genangan air saat banjir menjadi media yang sangat pas bagi persebarannya. Akibatnya, korban banjir amat potensial terjangkit penyakit ini.
Nazir menambahkan bahwa korban banjir dan warga Jakarta pada umumnya harus waspada jika tiba-tiba merasa nyeri sendi, demam tinggi, dan mual.
Warga yang sakit dengan gejala tersebut dianjurkan langsung mengonsumsi antibiotik, seperti amoxicilin, yang banyak beredar di pasaran, dan dilanjutkan dengan memeriksakan diri ke dokter atau rumah sakit.
Di Tangerang
Jumlah penderita leptospirosis di Tangerang juga terus bertambah. Sampai hari Jumat, RSUD Tangerang sudah merawat 10 pasien. Para pasien antara lain dari Kecamatan Kosambi, Pakuhaji, Curug, Cikupa dan Balaraja (semua di Kabupaten Tangerang), Karawaci (Kota Tangerang), dan dari Tegal Alur, Jakarta Barat.
Sementara itu, dari Serang dilaporkan, kondisi sebagian warga Kelurahan Sumur Pecung, Serang, Provinsi Banten, yang sebelumnya diduga terserang penyakit chikungunya, Jumat, berangsur pulih. Sementara enam pasien lainnya belum pulih kesehatannya.
"Kesembilan pasien masuk rumah sakit pada hari Kamis dan Jumat. Sebagian besar dari mereka sudah dalam keadaan sakit parah hingga livernya rusak dan mengalami gagal ginjal," kata Nazir, dokter ahli penyakit dalam di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tarakan, Jumat (16/2).
Penderita leptospirosis tersebut antara lain Yusril (23) asal Kota Bambu, Jakarta Barat; Irfan (31) asal Kemandoran, Jakarta Selatan; Cecep (58) asal Tomang, Jakarta Barat; dan Arsad (49) asal Duri Dalam, Tambora, Jakarta Barat.
Sebelumnya sudah ada dua pasien yang hingga kini masih dirawat di RSUD Tarakan, yaitu Sarmata (61) dan Tabrani (44).
Menurut Nazir, bakteri leptospira terdapat dalam kencing tikus, anjing, dan beberapa binatang lainnya. Genangan air saat banjir menjadi media yang sangat pas bagi persebarannya. Akibatnya, korban banjir amat potensial terjangkit penyakit ini.
Nazir menambahkan bahwa korban banjir dan warga Jakarta pada umumnya harus waspada jika tiba-tiba merasa nyeri sendi, demam tinggi, dan mual.
Warga yang sakit dengan gejala tersebut dianjurkan langsung mengonsumsi antibiotik, seperti amoxicilin, yang banyak beredar di pasaran, dan dilanjutkan dengan memeriksakan diri ke dokter atau rumah sakit.
Di Tangerang
Jumlah penderita leptospirosis di Tangerang juga terus bertambah. Sampai hari Jumat, RSUD Tangerang sudah merawat 10 pasien. Para pasien antara lain dari Kecamatan Kosambi, Pakuhaji, Curug, Cikupa dan Balaraja (semua di Kabupaten Tangerang), Karawaci (Kota Tangerang), dan dari Tegal Alur, Jakarta Barat.
Sementara itu, dari Serang dilaporkan, kondisi sebagian warga Kelurahan Sumur Pecung, Serang, Provinsi Banten, yang sebelumnya diduga terserang penyakit chikungunya, Jumat, berangsur pulih. Sementara enam pasien lainnya belum pulih kesehatannya.