chickenfighter
New member
Bahkan letusan yang tergolong dahsyat akan memengaruhi iklim global. Material yang keluar dalam jumlah besar akan berada dalam atmosfer dan menghalangi cahaya Matahari menerpa permukaan Bumi sehingga temperatur Bumi menurun. Akibat lebih jauh terjadi gagal panen, kekurangan makanan, dan kematian secara tidak langsung. Bahkan letusan Gunung Api Super dari Toba pada 74 ribu tahun lalu memusnahkan beberapa jenis spesies makhluk hidup bahkan manusia lembah Neander di Eropa dan Homo Erectus di Asia.
Besar kecilnya letusan tersebut dipengaruhi oleh dua faktor yaitu apakah sumber letusan berasal dari saku magma berkedalaman 3 km atau dapur magma berkedalaman 30 km dari permukaan Bumi. Semakin dalam sumber letusan maka letusan akan semakin besar. Faktor kedua adalah derajat keasaman komposisi magma. Semakin asam maka letusan kian besar.
Letusan gunung api di Bumi dimungkinkan karena adanya pemanasan internal yang berasal dari inti Bumi (bertemperatur hingga 5 ribu derajat C),yang berasal dari peluruhan unsur-unsur radioaktif yang melepaskan energi sejak terbentuknya Bumi.
Nah bagaimana seandainya ada anggota Tata Surya yang tidak memiliki pemanasan internal dari dirinya namun terjadi letusan,seperti letusan gunung api di atas. Ternyata kondisi ini dialami oleh satelit-satelit di planet gas raksasa seperti Yupiter dengan satelit Io, Saturnus dengan satelit Enceladus dan Uranus dengan satelit Miranda.
Akibat pengaruh gravitasi dari planet induknya maka satelit alam tersebut mengalami gaya pasang surut yaitu perbedaan gravitasi di permukaan dan di pusat benda (baca : planet dan satelit) yang sebanding terbalik dengan pangkat tiga jarak kedua benda. Satelit alam di atas mengelilingi planet dalam bentuk elips dimana jaraknya selalu berubah. Ambil contoh, jika jarak keduanya berubah dua kali maka gaya pasang surut yang dialami satelit akan berbeda 8 kali dari semula. Semakin jauh, besar gaya pasang surut berkurang. Melalui gaya pasang surut itulah, bentuk energi mekanik diubah menjadi energi panas dan menjadi sumber pemanasan internal satelit.
Letusan Enceladus
Letusan memuntahkan partikel es dan uap air mencapai ketinggian hingga 500 km. Padahal diameter satelit yang berjarak 238 ribu km dari Saturnus itu hanya 500 km (1/13 ukuran Bumi). Berarti letusan itu tergolong letusan besar. Bandingkan dengan ketinggian awan Merapi yang hanya beberapa km saja.
Letusan terjadi di wilayah selatan Enceladus dan mengakibatkan peningkatan temperatur wilayah itu, mencairkan sebagian lapisan es dan mendorong pergerakan atmosfer ke wilayah utara. Melalui letusan ini bisa dipastikan bahwa Enceladus memang satelit es yang aktif secara geologis, memiliki atmosfer meskipun tipis dan penyumbang material ke cincin E Saturnus (cincin Saturnus terluar).
Melalui letusan Enceladus tersebut terjawab sudah sebagian pertanyaan tentang awal mula kejadian cincin Saturnus. Sekedar tambahan, bahwa selain dari sumbangan material satelit melalui aktivitas vulkanik, berkembang hipotesa pembentukan cincin Saturnus seperti kehancuran satelit karena jaraknya kurang dari 2,44 jejari Saturnus (dikenal sebagai Batas Roche), atau satelit yang gagal terbentuk,atau satelit yang hancur akibat tabrakan satu dengan yang lain atau ditabrak asteroid.
Ternyata sebelum terjadi letusan, jauh hari sebelumnya pada 14 Juli 2005, Cassini telah mengamati keberadaan titik panas (hotspot) di lokasi letusan ketika melintas dekat pada jarak 175 km. Gejala ini ternyata sama dengan gejala letusan di anggota Tata Surya lainnya. Bahwa sebelum letusan puncak diawali lebih dahulu dengan peningkatan aktivitas vulkanik seperti peningkatan temperatur.
Satelit Aneh
Enceladus diakui termasuk satelit alam yang aneh. Dalam dua dekade terakhir terjadi penambahan atmosfer cukup mencolok. Disimpulkan bahwa aktifitas vulkaniklah yang menyumbang atmosfer. Seperti aktifitas dari galur-galur sepanjang 130 km berjarak 40 km satu dengan lain yang disebut Loreng Harimau (tiger stripes) di wilayah selatan Enceladus.
Ternyata temperatur daerah Loreng Harimau itu 30 derajat lebih tinggi dari sekitarnya. Loreng harimau diduga berfungsi sebagai ventilasi yang mengeluarkan uap air hangat dan partikel es dari perut Enceladus. Dari analisa geologi, dataran wilayah selatan berusia lebih muda dari wilayah utara. Enceladus juga bermedan magnet.
Enceladus memantulkan paling banyak cahaya Matahari yang mengenainya, lebih dari 90 % (atau albedonya di atas 0,9) dibandingkan anggota Tata Surya lainnya. Terlihat warna terang putih karena diselimuti es. Bisa dikatakan Enceladus obyek paling terang dari sudut besaran albedo.
Akibat berada di lokasi jauh dari Matahari sehingga intensitas radiasi yang menimpanya amat kecil dan juga besarnya radiasi yang dipantulkan mengakibatkan Enceladus menjadi sangat dingin dengan temperatur ?201 derajat C.
Pengamatan Cassini memperlihatkan profil permukaan Enceladus yang begitu rumit. Banyak rekahan dan runtuhan yang memperlihatkan adanya proses pemampatan, peregangan dan relaksasi geologis.
Dari satelit aneh inilah kita bisa belajar banyak mengenai aktifitas vulkanik yang berbeda dengan di Bumi dan pengaruhnya baik bagi dirinya sendiri maupun lingkungan sekitarnya. Cassini akan memberikan informasi lebih detail paska letusan ketika melintas dekat kembali pada Maret 2008.
(Enceladus ini salah satu objek favorit saya, selain Bumi . Lain waktu saya akan menulis upaya pencarian makhluk hidup di satelit ini. Tapi kalau tidak sabar, cari sendiri dong informasinya di internet. Yah, hanya ini satu-satunya sumber informasi yang paling mungkin di Indonesia sekedar untuk memuaskan rasa ingin tahu).*planetbumi.wordpress.com