Kalina
Moderator
KOMPAS.com – Perkembangan teknologi telah memberikan pengaruh signifikan pada kualitas kurikulum yang semakin berat dan gaya belajar-mengajar di sekolah.
Zaman sekarang, banyak sekolah yang memilih laptop atau tablet sebagai alat belajar menggantikan buku sekolah dan buku tulis.
Ternyata, cara tersebut tidak berdampak baik pada nilai ujian akhir. Sebuah penelitian membuktikan bahwa belajar menggunakan laptop di kelas justru membuat nilai anak merosot turun.
United States Military Academy menggagas studi mengenai efektivitas belajar menggunakan perangkat teknologi di kelas. Hasilnya, sama sekali tidak sesuai harapan, mengingat teknologi semestinya memudahkan kehidupan orang banyak.
Eksperimen yang diterapkan adalah membagi sejumlah anak dalam tiga ruang kelas.
Kelas pertama, responden anak belajar menggunakan laptop. Kelas ke-dua, anak-anak belajar dengan tablet yang dimodifikasi untuk kepentingan edukasi. Lalu, kelas ke-tiga, responden belajar dengan cara konservatif, buku tulis dan buku pelajaran.
Hasilnya, peneliti menemukan bahwa responden di kelas pertama dan kelas ke-dua menghasilkan nilai ujian yang identik, yakni nilai akhir di bawah rata-rata. Sebaliknya, hasil tersebut sama sekali tidak terlihat pada anak-anak di kelas ke-tiga.
Ternyata, belajar menggunakan laptop dan tablet di dalam kelas, justru membuat anak sulit berkonsentrasi terhadap penjelasan dan ilmu yang disampaikan guru.
Mereka lebih mudah terdistraksi dan tak mendengarkan guru di depan kelas.
Kondisi ini tidak terjadi pada anak-anak yang belajar hanya dengan buku tulis dan buku pelajaran. Pasalnya, tingkat konsentrasi mereka lebih tinggi dan kemampuan memperhatikan orang saat berbicara pun jauh lebih baik.
Studi yang dipimpin oleh Susan Payne Carter, Kyle Greenberg, dan Michael S. Walker, menyimpulkan bahwa metode belajar klasik masih menjadi cara belajar paling efektif untuk anak-anak usia sekolah.
Peneliti menegaskan bahwa ini bukan berarti harus menjauhkan anak-anak dari teknologi. Mereka justru mengajurkan sekolah untuk memberikan ilmu teknologi informasi, tetapi jangan implementasikan teknologi menjadi keseharian pada anak-anak di usia tumbuh-kembang dan remaja.
“Studi ini membuktikan bahwa teknologi memberikan dampak buruk pada performa nilai akademis anak-anak. Pasalnya, internet dan teknologi hanya membuat anak-anak tidak bisa berkonsentrasi karena godaan untuk bermain media sosial atau browsing hal lainnya,” tulis para pemimpin penelitian.
Zaman sekarang, banyak sekolah yang memilih laptop atau tablet sebagai alat belajar menggantikan buku sekolah dan buku tulis.
Ternyata, cara tersebut tidak berdampak baik pada nilai ujian akhir. Sebuah penelitian membuktikan bahwa belajar menggunakan laptop di kelas justru membuat nilai anak merosot turun.
United States Military Academy menggagas studi mengenai efektivitas belajar menggunakan perangkat teknologi di kelas. Hasilnya, sama sekali tidak sesuai harapan, mengingat teknologi semestinya memudahkan kehidupan orang banyak.
Eksperimen yang diterapkan adalah membagi sejumlah anak dalam tiga ruang kelas.
Kelas pertama, responden anak belajar menggunakan laptop. Kelas ke-dua, anak-anak belajar dengan tablet yang dimodifikasi untuk kepentingan edukasi. Lalu, kelas ke-tiga, responden belajar dengan cara konservatif, buku tulis dan buku pelajaran.
Hasilnya, peneliti menemukan bahwa responden di kelas pertama dan kelas ke-dua menghasilkan nilai ujian yang identik, yakni nilai akhir di bawah rata-rata. Sebaliknya, hasil tersebut sama sekali tidak terlihat pada anak-anak di kelas ke-tiga.
Ternyata, belajar menggunakan laptop dan tablet di dalam kelas, justru membuat anak sulit berkonsentrasi terhadap penjelasan dan ilmu yang disampaikan guru.
Mereka lebih mudah terdistraksi dan tak mendengarkan guru di depan kelas.
Kondisi ini tidak terjadi pada anak-anak yang belajar hanya dengan buku tulis dan buku pelajaran. Pasalnya, tingkat konsentrasi mereka lebih tinggi dan kemampuan memperhatikan orang saat berbicara pun jauh lebih baik.
Studi yang dipimpin oleh Susan Payne Carter, Kyle Greenberg, dan Michael S. Walker, menyimpulkan bahwa metode belajar klasik masih menjadi cara belajar paling efektif untuk anak-anak usia sekolah.
Peneliti menegaskan bahwa ini bukan berarti harus menjauhkan anak-anak dari teknologi. Mereka justru mengajurkan sekolah untuk memberikan ilmu teknologi informasi, tetapi jangan implementasikan teknologi menjadi keseharian pada anak-anak di usia tumbuh-kembang dan remaja.
“Studi ini membuktikan bahwa teknologi memberikan dampak buruk pada performa nilai akademis anak-anak. Pasalnya, internet dan teknologi hanya membuat anak-anak tidak bisa berkonsentrasi karena godaan untuk bermain media sosial atau browsing hal lainnya,” tulis para pemimpin penelitian.