Linmas Bantai Mantan Pejabat Depkeu

Kalina

Moderator
Istri dan Pembantu Juga Ikut Dibunuh

JAKARTA - Perampokan disertai pembunuhan keji terjadi di Jakarta Pusat kemarin (2/8) pagi. Peristiwa di kawasan elite Menteng, tepatnya di Jalan Tegal 15, itu menewaskan suami-istri, Hamonangan Hutabarat, 70, dan Marintan H. Simatupang, 68. Santi, 17, pembantu rumah tangga, ikut dibantai.

Mayat Hamonangan dan Marintan ditemukan di ruang tamu, mayat Santi ditemukan di balik pagar. Hanya dalam tempo tiga jam polisi berhasil menangkap pelaku. Yang mengejutkan, pelakunya adalah petugas Perlindungan Masyarakat (Linmas) Kelurahan Menteng yang kantornya hanya berjarak dua rumah dari lokasi kejadian.

Kejadian terungkap dari kecurigaan Rudi, seorang satpam yang bertugas di rumah nomor 9. Ketika itu, sekitar pukul 04.00, pria berusia 27 tahun tersebut keliling rumah yang dijaga. Saat berkeliling, dia mendengar bunyi seperti piring pecah. ''Saya langsung menghubungi satpam lain untuk menanyakan apakah ada keluarga yang sedang bertengkar,'' ungkap Rudi.

Namun, pertanyaan tersebut tidak terjawab karena rekannya yang lain tidak merasa mendengar apa pun. Karena masih penasaran, akhirnya Rudi membangunkan suami-istri pemilik warung yang berjualan di lingkungan tersebut. Kepada pasutri Yamin, 60, dan Sutini, 58, itu, Rudi juga menanyakan apakah mendengar suara piring pecah atau tidak.

Karena tak mendapat jawaban, ketiganya akhirnya menyusuri Jalan Tegal. Tapi, baru dua rumah terlewati dari warung, ketiganya melihat ada bercak darah di pagar rumah milik Hamonangan. Ketika Rudi melongok ke halaman, terlihat sesosok mayat wanita.

Karena bingung, ketiganya akhirnya melaporkan kejadian tersebut ke kantor kelurahan. Laporan diterima petugas Linmas. Usai melapor, ketiganya kembali ke warung milik Yamin. Tapi, saat melewati rumah nomor 15, kembali ada kejanggalan. ''Tadi (sebelum lapor, Red) kami lihat lampu rumah masih menyala. Tapi, ketika kami balik, lampu dalam keadaan mati dan mayatnya sudah berpindah,'' jelas Rudi.

Saat kembali ke warung itulah, Sutini berjumpa Nendi Suhendi, 25, salah seorang anggota Linmas, yang tampak bingung berada di warung miliknya. ''Waktu ketemu Nendi, saya tanya sedang ngapain dia di tempat saya. Dia jawab nggak ngapa-ngapain,'' kata Sutini.

Karena mengetahui Nendi merupakan anggota Linmas, Yamin meminta dia menelepon Polsek Menteng. Petugas yang menerima laporan langsung meluncur ke lokasi. Gabungan tim identifikasi dari Polsek Menteng dan Polres Jakarta Pusat langsung melakukan olah TKP (tempat kejadian perkara) dibantu seekor anjing pelacak.

Dari olah TKP ditemukan kondisi rumah saat itu sedang terkunci. Setelah memeriksa seluruh rumah, petugas menemukan sebilah sangkur. ''Kami langsung mencocokkan sangkur tersebut dengan milik Linmas,'' ungkap Kapolres Jakarta Pusat Kombes Heru Winarko didampingi Kasat Resmob Polres Kompol Agusinus Pangaribuan dan Kapolsek Menteng Kompol Iskandar.

Setelah dicocokkan, ternyata sangkur-sangkur milik Linmas sama dengan sangkur yang tertinggal di lokasi pembunuhan.

Akhirnya, polisi memeriksa satu per satu locker petugas Linmas. ''Di locker Nendi, kami menemukan perhiasan dan uang,'' kata Heru.

Dari situlah petugas akhirnya menahan pria dua anak tersebut di Polres Jakarta Pusat.

Setelah diperiksa, Nendi mengaku merampok karena terbelit utang. ''Saya punya utang Rp 2,5 juta untuk biaya persalinan anak saya,'' jelas pria yang sudah empat tahun menjadi PHL (pegawai harian lepas) Linmas Kelurahan Menteng tersebut.

Pria asal Cianjur, Jabar, itu menceritakan, dirinya masuk ke rumah pensiunan Departemen Keuangan dengan jabatan akhir kepala badan bagian pengolahan dan ekspor data itu dengan cara melompat pagar. Kemudian, dia menuju bagian belakang rumah dan masuk ke dalam rumah melalui atap.

Begitu sampai di dalam rumah, tampak Santi, sang pembantu, sedang tidur di ruang tengah. ''Saya bangunin dia. Saya ancam, kalau berteriak, akan celaka,'' ujar pria yang sekitar pukul 23.00 sebelum pembunuhan sempat minum minuman beralkohol itu.

Tampaknya, ancaman Nendi tak membuat Santi takut. Santi pun berteriak dan membangunkan nyonya rumah. Marintan keluar dari kamar. Terjadi cekcok mulut antara keduanya.

Tak lama kemudian, Hamonangan juga keluar dan ikut dalam pertengkaran mulut itu. Karena panik, Nendi menusukkan sangkur ke tubuh Marintan, kemudian dilanjutkan ke tubuh Hamonangan.

Santi yang melihat kejadian tersebut berlari ke luar, namun dikejar pelaku dan dihantam batu bata. Saat ambruk, tubuh Santi juga dihunjami sangkur. ''Di tubuh bapak terdapat delapan tusukan, di tubuh ibu enam tusukan, dan pembantunya lima tusukan,'' jelas Heru Winarko.

Usai membunuh ketiganya, Nendi masuk ke kamar korban dan mengacak-ngacak kamar untuk mendapatkan benda berharga. Perhiasan yang berhasil dikumpulkan ditaruh dalam wadah bekas makanan cepat saji. Setelah itu, dia mematikan lampu rumah dan lari melompat pagar.

Dari locker Nendi, petugas menemukan uang tunai Rp 1,5 juta dan puluhan perhiasan berharga. Di antaranya, sembilan butir berlian, tiga pasang anting berlian, delapan pasang giwang emas, tujuh giwang, dua jam Rolex, dan HP Nokia E90.

Juga, 12 bros emas, lima cincin emas, enam kalung emas, satu kalung mutiara, satu kalung platina, satu gelang berbandul mutiara, satu gelang emas, tiga bandul emas, gantungan mutiara, serta dompet serta ikat pinggang. Sebuah DVD player dibuang di tempat sampah.

Setelah kejadian, Nendi sempat berganti pakaian. Hebatnya, seolah merasa tak bersalah, dia datang ke lokasi kejadian untuk menonton. Kecurigaan petugas makin meningkat karena di tangan pelaku terdapat bercak darah dan berbau anyir.

Kepada wartawan, Nendi mengaku tak berniat kabur atau bersembunyi. ''Saya sudah bingung,'' ujarnya pasrah.

Ketiga jenazah tersebut langsung dibawa ke RSCM untuk diotopsi. Anggota keluarga yang mengetahui kejadian itu mulai datang ke lokasi. Grace, salah seorang menantu korban, mengaku mendapatkan firasat buruk. ''Semalam saya nggak bisa tidur. Akhirnya, sejak pukul 01.00 sampai 03.30, saya baca Alkitab,'' jelasnya.

Usai membaca Alkitab itulah, dia baru bisa tenang dan tidur. Namun, paginya, dia dikabari ada pembunuhan di rumah mertuanya.

Samuel, 35, anak ketiga korban, mengungkapkan, orang tuanya mungkin dikebumikan pada Selasa mendatang. ''Kami masih menunggu kakak sulung yang sedang di Australia,'' jelasnya.

Sutini, si pemilik warung yang hanya berjarak dua rumah dari rumah korban, mengaku prihatin atas kejadian tersebut. ''Korban adalah sosok yang baik dan ramah,'' ungkapnya.

Bahkan, Selasa lalu, Marintan memberi paket sembako berupa beras dan minyak goreng. ''Saya juga pernah dikasih spring bed oleh beliau,'' ujarnya. (dew/jpnn/nw)

Sumber: Jawa Pos
 
dulu.. di Jember ada juga si.. kejadian kek gini.. di kantor dishub itu.. ada bawahan bunuh atasan. tapi gak sampe bunuh keluarganya..
 
Back
Top