HulkHogan
New member
Kutif dari : www.beranda.blogsome
Salah satu kekhasan agama Islam yang kita anut adalah ia mengajarkan kepada kita cara memandang segala sesuatu dengan dua sisi pandang. Pertama, sisi dimana obyek itu kita pandang wujud lahirnya. Sebut saja ia sudut pandang lahiriah. Sudut pandang lahiriah, bertumpu kepada sosok fisik dan materi obyek tersebut. Dan, kedua, sisi di mana kita memandang sesuatu jauh melampaui batas lahiriyah. Sebut saja dengan sudut pandang ruhiyah. Karena ia menggunakan kekuatan ruhiyah, kebersihan nurani, ketajaman iman, sebagai kacamatanya.
Apakah berarti sisi ruhiyah menafikkan sisi lahiriyah? Tidak. Justru sisi pandang ruhiyah memberi tempat terhormat kepada sisi-sisi lahiriyah yang sifatnya teknis dan materi. Islam menegaskan bahwa yang menyembuhkan penyakit hanyalah Allah. Tetapi Islam mewajibkan seorang muslim yang sakit untuk berusaha dan berobat. Islam mengajarkan bahwa yang memberi rezeki hanyalah Allah, tetapi ia menyuruh manusia bekerja dan membenci meminta-minta.
Salah satu cara mengasah sudut pandang ruhiyah, seperti diisyaratkan Al-Qur’an adalah dengan menggunakan prinsip ‘logika terbalik’. Maksudnya, membiasakan diri untuk selalu mencari hikmah tersembunyi di balik segala hal. Beberapa contoh berikut adalah hal-hal yang oleh Al-Qur’an dijabarkan secara terbalik,
1. Logika perang.
Allah mewajibkan umat Islam untuk berjihad dan berperang di jalan-Nya. Dengan kacamata lahiriyah, perang artinya mempertaruhkan nyawa, mencari kematian. Tapi dengan logika terbalik Allah menjelaskan, “Diwajibkan atas kamu berperang padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu. Dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu, Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui,” (Qs. Al-Baqarah: 216). Karenanya, Ia menegaskan ”Dan janganlah kamu mengira orang-orang yang terbunuh di jalan Allah itu mati. Mereka hidup dan mendapat rezeki di sisi Rabb-Nya.” (Qs. At-Taubah: 111), “Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar.” (Qs. Al-Baqarah: 249)
2. Logika rumah tangga.
Membangun rumah tangga tidaklah mudah. Semua yang ada di dunia ini pasti ada kurangnya. Karenanya, Allah menyuruh kita untuk menggunakan logika terbalik, khususnya bila merasa ada yang tidak disuka dari pasangan kita. “Dan bergaullah dengan mereka secara patut, kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, maka bersabarlah karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” (Qs. An-Nisa’: 19).
3. Logika Kesulitan.
Banyak kesulitan dalam hidup ini. Banyak pula manusia yang gagal karenanya. Tak ada perjalanan hidup yang seratus persen mulus. Tetapi Allah menegaskan bahwa di dalam kesulitan itu ada unsur-unsur kemudahan. Ia bahkan tidak mengatakan “Sesudah kesulitan ada kemudahan” tapi “Sungguh, beserta kesulitan ada kemudahan.” (Qs. Al-Insyirah: 5 - 6) Ayat itu diulang dua kali. Dengan menggunakan logika terbalik seperti itu, kita bisa menghayati dan merasakan, bahwa unsur-unsur yang ada pada kesulitan itu pada saat yang sama ada yang menjadi simpul-simpul jalan bagi kemudahan yang datang menyertainya.
4. Logika Infak.
Berinfak mengeluarkan sebagian harta artinya secara dzahir mengurangi uang kita. Tapi Allah mengajarkan kita untuk memandangnya dengan logika terbalik. Memang uang itu pindah dari tangan kita. Tapi pada hakekatnya ia dibelanjakan di jalan Allah. “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang manafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir: sertaus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki.” (Qs Al-Baqarah: 261)
5. Logika rezeki.
Usaha keras untuk mencari karunia Allah yang halal sangat dianjurkan. Pekerjaan apapun yang penting halal, berapapun hasilnya jauh lebih disukai Allah dan Rasul-Nya ketimbang meminta-minta. Tapi Allah juga mengingat kan kepada kita untuk selalu menggunakan logika ruhiyah. Bahwa yang utama adalah hubungan kita dengan Allah, “Dan barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Allah akan menjadikan untuknya jalan keluar, dan memberinya rezeki dari arah yang tak disangka-sangka. “(Qs. At-Thalaq: 2-3) ”Dan barang siapa bertakwa kepada Allah niscaya akan dijadikan segala urusannya itu mudah.” (Qs. At-Thalaq: 4) Para ulama menafsirkan, yang dimaksud tak disangka itu bisa jumlahnya, atau sumbernya.
6. Logika kehidupan dunia.
Yang lebih besar dari semua itu adalah soal dunia ini. Dunia dan perhiasannya adalah hamparan karunia Allah SWT. Allah juga menjadikan hati manusia cenderung kepada isi dunia. Kepada wanita, anak-anak, emas dan perak, kuda-kuda pilihan, serta sawah ladang. Tapi Al-Qur’an menjelaskan tentang logika terbalikyang harus diamalkan seorang mukmin. Bahwa itu semua hanyalah kesenangan dunia belaka. “Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah tempat kembali yang baik. Katakanlah, maukah kamu aku beritahu yang lebih dari itu semua, Untuk orang-orang yang bertakwa (kepada Allah), pada sisi Rabb mereka ada surga-surga, mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Dan (mereka dikaruniai) istri-istri yang disucikan serta keridhaan Allah.” (Qs. Ali Imran: 14-15).
Begitulah, sudut pandang seorang mukmin terhadap segala hal seharusnya tidak terpaku pada sisi-sisi lahiriyah, justru yang utama adalah suduh pandang ruhiyah. Dengan itulah kita meyakini bahwa akan selalu ada hikmah di balik segala hal. Selalu ada kekuasan Allah di balik segala peristiwa. Bahwa segala yang diberikan Allah adalah baik bagi kita. Keyakinan itu akan memberi kita tingkat ketenangan yang tinggi, karena Allah akan selalu membela dan menolong hamba-hamba-Nya yang beriman. Wallahu’alam.
mudah2han bermanfaat.....
jangan lupa REP-nya.....
Salah satu kekhasan agama Islam yang kita anut adalah ia mengajarkan kepada kita cara memandang segala sesuatu dengan dua sisi pandang. Pertama, sisi dimana obyek itu kita pandang wujud lahirnya. Sebut saja ia sudut pandang lahiriah. Sudut pandang lahiriah, bertumpu kepada sosok fisik dan materi obyek tersebut. Dan, kedua, sisi di mana kita memandang sesuatu jauh melampaui batas lahiriyah. Sebut saja dengan sudut pandang ruhiyah. Karena ia menggunakan kekuatan ruhiyah, kebersihan nurani, ketajaman iman, sebagai kacamatanya.
Apakah berarti sisi ruhiyah menafikkan sisi lahiriyah? Tidak. Justru sisi pandang ruhiyah memberi tempat terhormat kepada sisi-sisi lahiriyah yang sifatnya teknis dan materi. Islam menegaskan bahwa yang menyembuhkan penyakit hanyalah Allah. Tetapi Islam mewajibkan seorang muslim yang sakit untuk berusaha dan berobat. Islam mengajarkan bahwa yang memberi rezeki hanyalah Allah, tetapi ia menyuruh manusia bekerja dan membenci meminta-minta.
Salah satu cara mengasah sudut pandang ruhiyah, seperti diisyaratkan Al-Qur’an adalah dengan menggunakan prinsip ‘logika terbalik’. Maksudnya, membiasakan diri untuk selalu mencari hikmah tersembunyi di balik segala hal. Beberapa contoh berikut adalah hal-hal yang oleh Al-Qur’an dijabarkan secara terbalik,
1. Logika perang.
Allah mewajibkan umat Islam untuk berjihad dan berperang di jalan-Nya. Dengan kacamata lahiriyah, perang artinya mempertaruhkan nyawa, mencari kematian. Tapi dengan logika terbalik Allah menjelaskan, “Diwajibkan atas kamu berperang padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu. Dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu, Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui,” (Qs. Al-Baqarah: 216). Karenanya, Ia menegaskan ”Dan janganlah kamu mengira orang-orang yang terbunuh di jalan Allah itu mati. Mereka hidup dan mendapat rezeki di sisi Rabb-Nya.” (Qs. At-Taubah: 111), “Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar.” (Qs. Al-Baqarah: 249)
2. Logika rumah tangga.
Membangun rumah tangga tidaklah mudah. Semua yang ada di dunia ini pasti ada kurangnya. Karenanya, Allah menyuruh kita untuk menggunakan logika terbalik, khususnya bila merasa ada yang tidak disuka dari pasangan kita. “Dan bergaullah dengan mereka secara patut, kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, maka bersabarlah karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” (Qs. An-Nisa’: 19).
3. Logika Kesulitan.
Banyak kesulitan dalam hidup ini. Banyak pula manusia yang gagal karenanya. Tak ada perjalanan hidup yang seratus persen mulus. Tetapi Allah menegaskan bahwa di dalam kesulitan itu ada unsur-unsur kemudahan. Ia bahkan tidak mengatakan “Sesudah kesulitan ada kemudahan” tapi “Sungguh, beserta kesulitan ada kemudahan.” (Qs. Al-Insyirah: 5 - 6) Ayat itu diulang dua kali. Dengan menggunakan logika terbalik seperti itu, kita bisa menghayati dan merasakan, bahwa unsur-unsur yang ada pada kesulitan itu pada saat yang sama ada yang menjadi simpul-simpul jalan bagi kemudahan yang datang menyertainya.
4. Logika Infak.
Berinfak mengeluarkan sebagian harta artinya secara dzahir mengurangi uang kita. Tapi Allah mengajarkan kita untuk memandangnya dengan logika terbalik. Memang uang itu pindah dari tangan kita. Tapi pada hakekatnya ia dibelanjakan di jalan Allah. “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang manafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir: sertaus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki.” (Qs Al-Baqarah: 261)
5. Logika rezeki.
Usaha keras untuk mencari karunia Allah yang halal sangat dianjurkan. Pekerjaan apapun yang penting halal, berapapun hasilnya jauh lebih disukai Allah dan Rasul-Nya ketimbang meminta-minta. Tapi Allah juga mengingat kan kepada kita untuk selalu menggunakan logika ruhiyah. Bahwa yang utama adalah hubungan kita dengan Allah, “Dan barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Allah akan menjadikan untuknya jalan keluar, dan memberinya rezeki dari arah yang tak disangka-sangka. “(Qs. At-Thalaq: 2-3) ”Dan barang siapa bertakwa kepada Allah niscaya akan dijadikan segala urusannya itu mudah.” (Qs. At-Thalaq: 4) Para ulama menafsirkan, yang dimaksud tak disangka itu bisa jumlahnya, atau sumbernya.
6. Logika kehidupan dunia.
Yang lebih besar dari semua itu adalah soal dunia ini. Dunia dan perhiasannya adalah hamparan karunia Allah SWT. Allah juga menjadikan hati manusia cenderung kepada isi dunia. Kepada wanita, anak-anak, emas dan perak, kuda-kuda pilihan, serta sawah ladang. Tapi Al-Qur’an menjelaskan tentang logika terbalikyang harus diamalkan seorang mukmin. Bahwa itu semua hanyalah kesenangan dunia belaka. “Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah tempat kembali yang baik. Katakanlah, maukah kamu aku beritahu yang lebih dari itu semua, Untuk orang-orang yang bertakwa (kepada Allah), pada sisi Rabb mereka ada surga-surga, mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Dan (mereka dikaruniai) istri-istri yang disucikan serta keridhaan Allah.” (Qs. Ali Imran: 14-15).
Begitulah, sudut pandang seorang mukmin terhadap segala hal seharusnya tidak terpaku pada sisi-sisi lahiriyah, justru yang utama adalah suduh pandang ruhiyah. Dengan itulah kita meyakini bahwa akan selalu ada hikmah di balik segala hal. Selalu ada kekuasan Allah di balik segala peristiwa. Bahwa segala yang diberikan Allah adalah baik bagi kita. Keyakinan itu akan memberi kita tingkat ketenangan yang tinggi, karena Allah akan selalu membela dan menolong hamba-hamba-Nya yang beriman. Wallahu’alam.
mudah2han bermanfaat.....
jangan lupa REP-nya.....
Last edited: