mozilla_solo1
New member
Lupus Eritematosus Diskoid
DEFINISI
Lupus Eritematosus Diskoid adalah suatu penyakit kulit menahun yang ditandai dengan peradangan dan pembentukan jaringan parut yang terjadi pada wajah, telinga, kulit kepala dan kadang pada bagian tubuh lainnya.
Lesi (kelainan) kulit ini tampak sebagai bercak kemerahan yang bersisik dan berkeropeng, yang jika membaik akan meninggalkan jaringan parut berwarna putih. Bagian tengahnya berwarna lebih terang dan bagian pinggirnya berwarna lebih gelap dari kulit yang normal.
Jika lesi timbul di daerah yang berambut (misalnya dagu atau kulit kepala), maka bisa terjadi pembentukan jaringan parut yang permanen dan kerontokan rambut.
PENYEBAB
Penyebab yang pasti tidak diketahui, tetapi diduga merupakan suatu reaksi kekebalan tubuh yang secara keliru menyerang kulit yang normal.
Penyakit ini cenderung diturunkan dan 3 kali lebih sering menyerang wanita.
Pada beberapa penderita, timbulnya lesi kulit dipicu oleh sinar matahari dan merokok.
GEJALA
Bercak kemerahan yang khas bisa terus menerus ada atau hilang timbul selama bertahun-tahun.
Bentuk bercak ini berubah-ubah setiap saat, pada awalnya berbentuk bulat dan merah, dengan diameter sekitar 0,5 cm.
Lupus Eritematosus Diskoid
Biasanya muncul di pipi, hidung, kulit kepala dan telinga, tetapi dapat juga ditemukan di batang tubuh sebelah atas, lengan bagian belakang dan tulang kering.
Sering ditemukan luka di mulut.
Jika kelainan ini tidak diobati, setiap bercak secara perlahan akan menyebar ke daerah di sekelilingnya. Bagian tengah mengalami degenerasi dan membentuk jaringan parut.
Pada daerah yang bersisik, folikel rambut melebar, meninggalkan lubang yang berbentuk seperti paku karpet. Jaringan parut dapat menyebabkan kerontokan rambut yang meluas.
Bercak kemerahan bisa disertai dengan nyeri pada sendi dan penurunan jumlah sel darah putih.
DIAGNOSA
Diagnosis tidak mudah ditegakkan karena bercak kemerahan pada lupus eritematosus diskoid mungkin sama dengan bercak pada lupus eritematosus sistemik dan penyakit lainnya seperti rosasea, dermatitis seboroik, limfoma dan sarkoidosis.
Untuk memperkuat diagnosis biasanya dilakukan biopsi kulit.
Perlu diketahui riwayat kesehatan penderita secara menyeluruh dan dilakukan pemeriksaan lengkap untuk memastikan tidak ada organ lain yang terkena.
Pemeriksaan darah dilakukan untuk menghitung jumlah sel darah merah dan sel darah putih.
Penilaian fungsi ginjal dapat membantu menyingkirkan penyakit lainnya.
Pemeriksaan laboratorium lainnya dapat dilakukan untuk melihat adanya antibodi DNA rantai ganda, yang ditemukan pada penderita lupus eritematosus sistemik, tapi tidak ditemukan pada lupus eritematosus diskoid.
PENGOBATAN
Bercak kemerahan kecil biasanya berhasil diobati dengan krim kortikosteroid.
Bercak lebih besar yang lebih resisten, kadang memerlukan pengobatan selama beberapa bulan dengan kortikosteroid per-oral (ditelan) atau dengan obat imunosupresan seperti yang digunakan untuk mengobati lupus eritematosus sistemik.
Krim steroid yang kuat sebaiknya dioleskan pada bercak kulit sebanyak 1-2 kali/hari, sampai bercak menghilang. Jika bercak sudah mulai berkurang, bisa digunakan krim steroid yang lebih ringan.
Salep cortison yang dioleskan pada lesi seringkali dapat memperbaiki keadaan dan memperlambat perkembangan penyakit.
Suntikan cortison ke dalam lesi juga bisa mengobati keadaan ini dan biasanya lebih efektif daripada salep.
Lupus diskoid tidak disebabkan oleh malaria. Tetapi obat anti malaria (cloroquine, hydroxycloroquine) memiliki daya anti peradangan yang ampuh bagi sebagian besar kasus lupus diskoid.
Jika penderita mendapatkan anti malaria, maka sebaiknya penderita menjalani pemeriksaan darah dan mata secara rutin.
Pemberian steroid per-oral (ditelan) biasanya tidak perlu dilakukan kecuali pada kasus yang berat.
Penderita yang sensitif terhadap sinar matahari perlu menggunakan tabir surya dengan SPF 15 atau lebih setiap harinya dan menggunakan topi jika bepergian keluar rumah.
Pemeriksaan rutin sangat penting dan sebaiknya dilakukan 6 bulan-1 tahun/kali guna memastikan bahwa penyakitnya tidak menyebar ke organ dalam dan untuk meminimalkan pembentukan jaringan parut.
DEFINISI
Lupus Eritematosus Diskoid adalah suatu penyakit kulit menahun yang ditandai dengan peradangan dan pembentukan jaringan parut yang terjadi pada wajah, telinga, kulit kepala dan kadang pada bagian tubuh lainnya.
Lesi (kelainan) kulit ini tampak sebagai bercak kemerahan yang bersisik dan berkeropeng, yang jika membaik akan meninggalkan jaringan parut berwarna putih. Bagian tengahnya berwarna lebih terang dan bagian pinggirnya berwarna lebih gelap dari kulit yang normal.
Jika lesi timbul di daerah yang berambut (misalnya dagu atau kulit kepala), maka bisa terjadi pembentukan jaringan parut yang permanen dan kerontokan rambut.
PENYEBAB
Penyebab yang pasti tidak diketahui, tetapi diduga merupakan suatu reaksi kekebalan tubuh yang secara keliru menyerang kulit yang normal.
Penyakit ini cenderung diturunkan dan 3 kali lebih sering menyerang wanita.
Pada beberapa penderita, timbulnya lesi kulit dipicu oleh sinar matahari dan merokok.
GEJALA
Bercak kemerahan yang khas bisa terus menerus ada atau hilang timbul selama bertahun-tahun.
Bentuk bercak ini berubah-ubah setiap saat, pada awalnya berbentuk bulat dan merah, dengan diameter sekitar 0,5 cm.
Lupus Eritematosus Diskoid
Biasanya muncul di pipi, hidung, kulit kepala dan telinga, tetapi dapat juga ditemukan di batang tubuh sebelah atas, lengan bagian belakang dan tulang kering.
Sering ditemukan luka di mulut.
Jika kelainan ini tidak diobati, setiap bercak secara perlahan akan menyebar ke daerah di sekelilingnya. Bagian tengah mengalami degenerasi dan membentuk jaringan parut.
Pada daerah yang bersisik, folikel rambut melebar, meninggalkan lubang yang berbentuk seperti paku karpet. Jaringan parut dapat menyebabkan kerontokan rambut yang meluas.
Bercak kemerahan bisa disertai dengan nyeri pada sendi dan penurunan jumlah sel darah putih.
DIAGNOSA
Diagnosis tidak mudah ditegakkan karena bercak kemerahan pada lupus eritematosus diskoid mungkin sama dengan bercak pada lupus eritematosus sistemik dan penyakit lainnya seperti rosasea, dermatitis seboroik, limfoma dan sarkoidosis.
Untuk memperkuat diagnosis biasanya dilakukan biopsi kulit.
Perlu diketahui riwayat kesehatan penderita secara menyeluruh dan dilakukan pemeriksaan lengkap untuk memastikan tidak ada organ lain yang terkena.
Pemeriksaan darah dilakukan untuk menghitung jumlah sel darah merah dan sel darah putih.
Penilaian fungsi ginjal dapat membantu menyingkirkan penyakit lainnya.
Pemeriksaan laboratorium lainnya dapat dilakukan untuk melihat adanya antibodi DNA rantai ganda, yang ditemukan pada penderita lupus eritematosus sistemik, tapi tidak ditemukan pada lupus eritematosus diskoid.
PENGOBATAN
Bercak kemerahan kecil biasanya berhasil diobati dengan krim kortikosteroid.
Bercak lebih besar yang lebih resisten, kadang memerlukan pengobatan selama beberapa bulan dengan kortikosteroid per-oral (ditelan) atau dengan obat imunosupresan seperti yang digunakan untuk mengobati lupus eritematosus sistemik.
Krim steroid yang kuat sebaiknya dioleskan pada bercak kulit sebanyak 1-2 kali/hari, sampai bercak menghilang. Jika bercak sudah mulai berkurang, bisa digunakan krim steroid yang lebih ringan.
Salep cortison yang dioleskan pada lesi seringkali dapat memperbaiki keadaan dan memperlambat perkembangan penyakit.
Suntikan cortison ke dalam lesi juga bisa mengobati keadaan ini dan biasanya lebih efektif daripada salep.
Lupus diskoid tidak disebabkan oleh malaria. Tetapi obat anti malaria (cloroquine, hydroxycloroquine) memiliki daya anti peradangan yang ampuh bagi sebagian besar kasus lupus diskoid.
Jika penderita mendapatkan anti malaria, maka sebaiknya penderita menjalani pemeriksaan darah dan mata secara rutin.
Pemberian steroid per-oral (ditelan) biasanya tidak perlu dilakukan kecuali pada kasus yang berat.
Penderita yang sensitif terhadap sinar matahari perlu menggunakan tabir surya dengan SPF 15 atau lebih setiap harinya dan menggunakan topi jika bepergian keluar rumah.
Pemeriksaan rutin sangat penting dan sebaiknya dilakukan 6 bulan-1 tahun/kali guna memastikan bahwa penyakitnya tidak menyebar ke organ dalam dan untuk meminimalkan pembentukan jaringan parut.