Malaysia Tak Tunduk kepada AS soal Iran

andree_erlangga

New member
Menteri Perdagangan Malaysia Rafidah Aziz, seperti dikutip harian Utusan Melayu, berang atas kritik yang dilontarkan Tom Lantos, ketua komisi urusan luar negeri parlemen AS.

Lantos menyatakan, kesepakatan sebesar 16 miliar dollar AS yang ditandatangani pada Januari lalu antara perusahaan minyak nasional Iran dan perusahaan Malaysia SKS sebagai "menjijikkan" (abhorrent), dan mendesak pemerintahan George W Bush untuk menghentikan perundingan dengan Malaysia.

Rafidah Aziz mengatakan, Malaysia tidak membutuhkan kesepakatan perdagangan bebas dengan AS karena Washington-lah yang menginginkan negosiasi dilanjutkan.

"Saya siap menyarankan kepada pemerintah untuk menghentikan perundingan dengan AS sesegera mungkin karena mereka tidak menghormati kesepakatan awal perdagangan bebas," kata Aziz.

Washington, lanjutnya, sejak awal sepakat bahwa negosiasi perdagangan bebas tidak akan menyentuh masalah-masalah yang terkait agenda politik masing-masing negara. Selain itu, tak akan ada saling campur tangan terhadap kebijakan domestik kedua negara.

Menurut Aziz, Malaysia akan terus melanjutkan hubungan yang harmonis dengan seluruh negara di dunia, kecuali Israel, dan tak akan tunduk kepada negara mana pun, termasuk AS.

Meski demikian, Aziz yakin perundingan akan terus berjalan terlepas dari desakan Lantos.

Rencananya, pekan depan Malaysia dan AS akan memasuki perundingan kelima untuk mencapai kesepakatan sebelum akhir Maret saat pemerintahan Bush akan mempresentasikannya kepada Kongres. Otorisasi Bush untuk menuntaskan kesepakatan perdagangan bebas akan berakhir pada Juni mendatang.

Iran aktifkan pengayaan

Di tengah perseteruan yang memanas antara Teheran dan Washington menyangkut isu Irak dan program nuklir Iran, sejumlah diplomat di Vienna, Austria, mengatakan, Iran telah memulai pengayaan uranium di fasilitas nuklir bawah tanah.

Disebutkan, ratusan orang telah bekerja "tak kenal lelah" selama beberapa pekan terakhir untuk menuntaskan proyek yang oleh Barat dikhawatirkan sebagai program pembuatan senjata nuklir.

Diplomat yang terakreditasi dalam Badan Atom Internasional (IAEA) itu mengatakan, Iran telah mengerjakan proses pemipaan dan penyambungan kabel-kabel untuk fasilitas nuklir bawah tanah, Natanz. Pemipaan itu dibutuhkan untuk memutar uranium sampai ke tingkat yang diperkaya.

Berdasarkan analisis mereka, apa yang terjadi di fasilitas Natanz itu mendukung pernyataan Presiden Mahmoud Ahmadinejad beberapa waktu lalu bahwa pemasangan mesin pemutar (centrifuge) akan dimulai pekan ini, dengan target 3.000 mesin terpasang.

Para analis memperkirakan, meski Teheran sukses memasang seluruh 3.000 mesin pemutar itu, diperlukan beberapa tahun untuk mengoperasikan seluruh mesin tersebut secara mulus, tanpa ada kerusakan. Bila kondisi ini telah tercapai, Iran dapat memproduksi dua bom nuklir setiap tahun. Iran ditengarai memiliki 54.000 mesin pemutar untuk memperkaya uranium.

Institut Internasional untuk Kajian Strategis yang berbasis di London memperkirakan Iran butuh waktu beberapa tahun untuk memproduksi senjata nuklir.

Iran berulang kali menegaskan bahwa program nuklir mereka ditujukan bagi program damai untuk kepentingan sipil. Langkah mereka pun sah menurut aturan Traktat Nonproliferasi.
kompas.com
 
Back
Top