Malnutrisi

nurcahyo

New member
Malnutrisi
DEFINISI

Malnutrisi dapat terjadi oleh karena kekurangan gizi (undernutrisi) maupun karena kelebihan gizi (overnutrisi).
Keduanya disebabkan oleh ketidakseimbangan antara kebutuhan tubuh dan asupan zat gizi esensial.

Perkembangan malnutrisi melalui 4 tahapan:

1. Perubahan kadar zat gizi dalam darah dan jaringan
2. Perubahan kadar enzim
3. Kelainan fungsi pada organ dan jaringan tubuh
4. Timbulnya gejala-gejala penyakit dan kematian.


Kebutuhan tubuh akan zat gizi bertambah pada beberapa tahapan kehidupan tertentu, yaitu:
- pada masa bayi, awal masa kanak-kanak, remaja
- selama kehamilan
- selama menyusui.

Pada usia yang lebih tua, kebutuhan akan zat gizi lebih rendah, tetapi kemampuan untuk menyerap zat gizipun sering menurun. Oleh karena itu, resiko kekurangan gizi pada masa ini adalah lebih besar dan juga pada masyarakat dengan tingkat ekonomi rendah.


PENILAIAN STATUS GIZI

Untuk menilai status gizi seseorang, ditanyakan tentang makanan dan masalah kesehatan, dilakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium tertentu.
Pada pemeriksaan darah dilakukan pengukuran kadar zat gizi dan bahan-bahan yang tergantung kepada kadar zat gizi (misalnya hemoglogbin, hormon tiroid dan transferin).

Untuk menentukan riwayat makan seseorang, ditanyakan makanan apa yang dimakan dalam 24 jam terakhir dan jenis makanan seperti apa yang biasanya dimakan. Dibuat catatan tentang daftar makanan yang dimakan selama 3 hari.
Selama pemeriksaan fisik, diamati penampilan secara keseluruhan dan tingkah lakunya, juga distribusi lemak tubuh serta fungsi organ tubuhnya.

Kekurangan zat gizi dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan. Misalnya, perdarahan lambung dapat menyebabkan anemia karena kekurangan zat besi.
Seseorang yang telah diobati dengan vitamin A dosis tinggi karena berjerawat, bisa mengalami sakit kepala dan penglihatan ganda sebagai akibat keracunan vitamin A.

Berbagai sistem tubuh bisa dipengaruhi oleh kelainan gizi:

1. Sistem saraf bisa terkena oleh kekurangan niasin (pelagra), beri-beri, kekurangan atau kelebihan vitamin B6 (piridoksin) dan kekurangan vitamin B12
2. Pengecapan dan pembauan bisa dipengaruhi kekurangan seng
3. Sistem pembuluh darah jantung bisa dipengaruhi oleh :
- beri-beri
- kegemukan (obesitas)
- makanan tinggi lemak menyebabkan hiperkolesterolemi dan penyakit jantung koroner
- makanan kaya garam bisa menyebabkan tekanan darah tinggi
4. Saluran pencernaan dipengaruhi oleh pelagra, kekurangan asam folat dan banyak minum alkohol
5. Mulut (lidah, bibir, gusi dan membran mukosa) dipengaruhi oleh kekurangan vitamin B dan vitamin C
6. Pembesaran kelenjar tiroid terjadi akibat kekurangan iodium
7. Kecenderungan mengalami perdarahan dan gejala pada kulit seperti ruam kemerahan, kulit kering dan pembengkakan karena penimbunan cairan (edema) bisa terjadi pada kekurangan vitamin K, kekurangan vitamin C, kekurangan vitamin A dan beri-beri
8. Tulang dan sendi dapat terkena ricketsia, osteomalasia, osteoporosis dan kekurangan vitamin C.


Status gizi seseorang dapat ditentukan melalui beberapa cara, yaitu:

1. Mengukur tinggi badan dan berat badan, lalu membandingkannya dengan tabel standar.
2. Menghitung indeks massa tubuh (BMI, Body Mass Index), yaitu berat badan (dalam kilogram) dibagi dengan tinggi badan (dalam meter).
Indeks massa tubuh antara 20-50 dianggap normal untuk pria dan wanita.
3. Mengukur ketebalan lipatan kulit.
Lipatan kulit di lengan atas sebelah belakang (lipatan trisep) ditarik menjauhi lengan, sehingga lapisan lemak dibawah kulitnya dapat diukur, biasanya dengan menggunakan jangka lengkung (kaliper).
Lemak dibawah kulit banyaknya adalah 50% dari lemak tubuh.
Lipatan lemak normal adalah sekitar 1,25 cm pada laki-laki dan sekitar 2,5 cm pada wanita.
4. Status gizi juga bisa diperoleh dengan mengukur lingkar lengan atas untuk memperkirakan jumlah otot rangka dalam tubuh (Lean Body Mass, massa tubuh yang tidak berlemak).


Foto rontgen dapat membantu menentukan densitas tulang dan keadaan dari jantung dan paru-paru, juga bisa menemukan kelainan saluran pencernaan yang disebabkan oleh malnutrisi.

Pada malnutrisi yang berat, dilakukan pemeriksaan hitung jenis sel darah lengkap serta pemeriksaan darah dan air kemih untuk mengukur kadar vitamin, mineral dan limbah metabolit seperti urea.

Pemeriksaan kulit juga bisa dilakukan untuk menilai jenis-jenis tertentu dari kekebalan.


FAKTOR RESIKO

Bayi dan anak-anak merupakan resiko terbesar untuk mengalami kekurangan gizi karena mereka membutuhkan sejumlah besar kalori dan zat gizi untuk pertumbuhan dan perkembangannya.
Mereka bisa mengalami kekurangan zat besi, asam folat, vitamin C dan tembaga karena makanan yang tidak memadai.
Kekurangan asupan protein, kalori dan zat gizi lainnya bisa menyebabkan terjadinya kekurangan kalori protein (KKP), yang merupakan suatu bentuk dari malnutrisi yang berat, yang akan menghambat pertumbuhan dan perkembangan.

Kecenderungan untuk mengalami perdarahan pada bayi baru lahir (penyakit hemoragik pada bayi baru lahir), disebabkan oleh kekurangan vitamin K, dan bisa berakibat fatal.

Sejalan dengan pertumbuhannya, kebutuhan makanan anak-anak akan bertambah, karena laju pertumbuhan mereka juga bertambah.

Pada wanita hamil atau wanita menyusui, kebutuhan zat gizi meningkat untuk mencegah malnutrisi pada bayi dan dirinya sendiri.
Asam folat diberikan selama kehamilan untuk menurunkan resiko gangguan perkembangan otak atau tulang belakang (spina bifida) pada bayi.
Meskipun pada wanita-wanita pemakai pil KB lebih mungkin untuk menderita kekurangan asam folat, tidak ada bukti bahwa bayinya akan menderita defisiensi asam folat.

Bayi yang berasal dari ibu peminum alkohol akan mengalami gangguan keseimbangan fisik dan mental (sindroma alkohol pada janin), karena penyalahgunaan alkohol dan malnutrisi yang disebabkannya, bisa mempengaruhi pertumbuhan janin.

Bayi yang mendapatkan ASI eksklusif, bisa mengalami kekurangan vitamin B12, jika ibunya adalah seorang vegetarian.

Pada orang tua dapat terjadi malnutrisi karena:
- merasa kesepian
- fisik dan mental yang mulai menurun
- kurang bergerak
- penyakit kronik.
Kemampuan penyerapan zat gizi pada orang tuapun sudah menurun, memungkinkan terjadi berbagai masalah seperti anemia karena kekurangan zat besi, osteoporosis dan osteomalasia.

Proses penuaan disertai dengan kehilangan sejumlah massa otot yang tidak ada hubungannya dengan penyakit atau kekurangan makanan. Berkurangnya massa otot ini sekitar 11 kg untuk laki-laki dan 5,5 kg untuk wanita.
Perhitungan tersebut berdasarkan:
- berkurangnya kecepatan proses metabolisme
- berkurangnya berat badan total dan
- bertambahnya lemak tubuh sekitar 20-30% pada laki-laki dan 27-40% pada wanita.
Karena perubahan-perubahan tersebut dan karena berkurangnya aktivitas fisik, orang tua memerlukan lebih sedikit kalori dan protein.

Pada orang-orang yang mempunyai penyakit kronik yang menyebabkan malabsorbsi, cenderung memiliki kesulitan dalam menyerap vitamin yang larut dalam lemak (A, D, E dan K), vitamin B12, kalsium dan zat besi.
Penyakit hati mengganggu penyimpanan vitamin A dan B12, dan mempengaruhi metabolisme protein dan glukosa (sejenis gula).
Penderita penyakit ginjal cenderung mengalami kekurangan protein, zat besi dan vitamin D.

Sebagian besar vegetarian merupakan vegetarian ovo-lakto, yaitu mereka tidak mengkonsumsi daging dan ikan, tapi mengkonsumsi telur dan produk olahan susu. Satu-satunya resiko dari diet semacam ini adalah kekurangan zat besi.
Vegetarian ovo-lakto cenderung berumur lebih panjang dan memiliki resiko yang lebih kecil untuk menderita penyakit kronik dibandingkan orang yang mengkonsumsi daging.
Tetapi kesehatan mereka yang lebih baik, juga merupakan hasil dari menghindari pemakaian alkohol dan tembakau, dan mereka cenderung berolah raga secara teratur.
Vegetarian yang tidak mengkonsumsi produk hewan (vegan), memiliki resiko untuk menderita kekurangan vitamin B12. Makanan bergaya oriental dan makanan yang difermentasi lainnya (misalnya minyak ikan), bisa memenuhi kebutuhan akan vitamin B12.

# Banyak makanan yang dinyatakan dapat meningkatkan kesehatan atau menurunkan berat badan. Tetapi pembatasan makanan yang sangat ketat, berdasarkan ilmu gizi adalah tidak sehat, karena dapat menyebabkan: Kekurangan vitamin, mineral dan protein
# Gangguan jantung, ginjal dan metabolisme
# Kematian .
Asupan kalori yang sangat rendah (kurang dari 400 kalori/hari) tidak dapat mempertahankan kesehatan dalam waktu yang lama.

Ketagihan alkohol atau obat-obatan bisa merusak gaya hidup seseorang sehingga asupan makanan yang cukup tidak terpenuhi, dan terdapat gangguan pada penyerapan dan metabolisme zat-zat gizi.
Alkoholisme adalah bentuk ketagihan obat yang paling sering ditemukan, yang memberikan efek serius terhadap status gizi seseorang. Pemakaian alkohol dalam jumlah yang sangat besar merupakan racun yang akan merusak jaringan, terutama pada saluran pencernaan, hati, pankreas dan sistem saraf (termasuk otak).
Alkoholisme merupakan penyebab paling sering dari kekurangan vitamin B1 (tiamin) di USA dan juga menyebabkan kekurangan magnesium, zat besi dan vitamin lainnya.


PEMBERIAN MAKANAN

Jika zat makanan tidak dapat diberikan melalui mulut, bisa diberikan melalui sebuah selang yang dimasukkan kedalam saluran pencernaan (nutrisi enteral) atau secara intravena (nutrisi parenteral).
Kedua cara tersebut bisa digunakan untuk memberikan makanan kepada orang-orang yang tidak mau atau tidak dapat makan, atau tidak dapat mencerna dan menyerap zat makanan.

Pemberian Makanan Melalui Selang

Penberian makanan melalui selang digunakan pada berbagai keadaan, termasuk pada penyembuhan luka bakar dan penyakit peradangan saluran pencernaan.

Sebuah selang plastik tipis (pipa nasogastrik) dimasukkan melalui hidung, menyusuri kerongkongan sampai mencapai lambung atau usus halus.
Jika selang ini harus digunakan untuk waktu yang lama, bisa secara langsung dimasukkan melalui sayatan kecil di dinding perut, ke dalam lambung atau usus halus.

Cairan yang dimasukkan melalui selang ini mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan seperti protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral. 2-45% dari kebutuhan kalori total, berasal dari lemak.

Masalah yang timbul dari pemberian makanan lewat selang ini sangat jarang dan tidak terlalu serius:
- Pada beberapa penderita terjadi diare dan gangguan perut
- Kerongkongan bisa mengalami iritasi dan peradangan
- Makanan bisa terhirup ke dalam paru-paru. Merupakan komplikasi yang serius, tapi jarang terjadi. Bisa dicegah dengan menempatkan kepala pada posisi yang lebih tinggi untuk mengurangi regurgitasi atau dengan memasukkan cairan secara perlahan.


Pemberian Makanan Secara Intravena

Pemberian makanan secara intravena digunakan jika penderita tidak dapat menerima sejumlah makanan yang cukup melalui pipa nasogastrik.
Penderita yang mendapatkan makanan melalui intravena adalah:
- Penderita yang mengalami malnutrisi yang sangat berat dan akan menjalani pembedahan, terapi penyinaran atau kemoterapi
- Penderita luka bakar berat
- Kelumpuhan saluran pencernaan
- Diare atau muntah yang menetap.

Pemberian makanan melalui selang infus ini dapat memasok sebagian dari zat makanan yang dibutuhkan penderita atau seluruhnya (nutrisi parenteral total).
Tersedia sejumlah cairan yang bisa diberikan dan dapat dimodifikasi untuk penderita penyakit ginjal atau hati.

Nutrisi parenteral total memerlukan selang intravena yang lebih besar (kateter). Karena itu digunakan pembuluh balik (vena) yang lebih besar, misalnya vena subklavia.

Seseorang yang menjalani nutrisi parenteral total dipantau secara ketat terhadap perubahan berat badan, pengeluaran air kemih dan tanda-tanda infeksi.
Bila kadar gula darahnya menjadi terlalu tinggi, bisa ditambahkan insulin ke dalam cairan yang diberikan.

Infeksi merupakan resiko karena kateter biasanya digunakan untuk waktu yang lama dan cairan yang mengalir di dalamnya memiliki kadar gula yang tinggi, dimana bakteri bisa tumbuh dengan mudah.

Nutrisi parenteral total bisa menyebabkan komplikasi lainnya:
- Jika terlalu banyak kalori, terutama lemak, hati bisa membesar.
- Lemak yang berlebihan di dalam vena bisa menyebabkan sakit punggung, demam, menggigil, mual dan berkurangnya jumlah trombosit. Tetapi hal ini terjadi pada kurang dari 3% penderita.
- Penggunaan jangka panjang bisa menyebabkan nyeri tulang.


KELAPARAN

Kelaparan bisa merupakan akibat dari:
# Puasa
# Anoreksia nervosa
# Penyakit saluran pencernaan yang berat
# Stroke
# Koma,

Tubuh melawan kelaparan dengan memecahkan jaringannya sendiri dan menggunakannya sebagai sumber kalori. Sebagai akibatnya, organ-organ dalam dan otot mengalami kerusakan yang progresif dan lemak tubuh (jaringan adiposa) semakin menipis.

Seorang dewasa dapat kehilangan separuh dari berat badannya dan anak-anak lebih dari separuh berat badannya.
Kehilangan berat yang sebanding paling banyak terjadi di hati dan usus, lalu di jantung dan ginjal, dan paling sedikit di sistem saraf.

Tanda yang paling jelas dari berkurangnya berat badan adalah berkurangnya lemak di bagian tubuh yang dalam keadaan normal menyimpan lemak, berkurangnya ukuran otot dan menonjolnya tulang-tulang.

Kulit menjadi tipis, kering, tidak elastis, pucat dan dingin.

Rambut menjadi kering, jarang/tipis dan mudah rontok.

Sebagian besar sistem tubuh akan terkena akibatnya dan kelaparan total akan berakibat fatal dalam 8-12 minggu.


Pengembalian asupan makanan seperti sedia kala membutuhkan waktu tergantung pada berapa lama orang tersebut mengalami kelaparan dan seberapa parah organ tubuh yang terkena akibat kelaparan tersebut.
Saluran pencernaan menyusut selama kelaparan, dan tidak dapat berfungsi langsung saat pertama kali. Cairan seperti jus, susu dan sup sangat disarankan bagi pasien yang dapat makan lewat mulut untuk pertama kali makan.

Setelah beberapa hari makanan cair tersebut dapat diganti dengan makanan yang lebih padat dan kalorinya dinaikkan secara bertahap mulai dari 500 kalori/hari.
Biasanya makanan padat yang dihancurkan diberikan dalam porsi kecil pada beberapa waktu untuk menghindari diare.

Penderita harus bertambah 3 atau 4 pond seminggu sampai berat badan normal tercapai.
Pada awalnya beberapa penderita harus mendapatkan makanannya lewat pipa nasogastrik.
Pemberian makanan lewat infus diperlukan bila penderita mengalami malabsorpsi dan diare persisten.


KURANG KALORI PROTEIN

Diantara kelaparan yang berat dan nutrisi yang cukup, terdapat tingkatan yang bervariasi dari nutrisi yang tidak memadai, seperti Kurang Kalori Protein (KKP), yang merupakan penyebab kematian pada anak-anak di negara-negara berkembang.

Pertumbuhan yang cepat, adanya infeksi, cedera atau penyakit menahun, dapat meningkatkan kebutuhan akan zat-zat gizi, terutama pada bayi dan anak-anak yang sebelumnya telah menderita malnutrisi.

Kurang kalori protein disebabkan oleh konsumsi kalori yang tidak memadai, yang mengakibatkan kekurangn protein dan mikronutrisi (zat gizi yang diperlukan dalam jumlah sedikit, misalnya vitamin dan mineral).

Terdapat tiga jenis KKP, yaitu:

1. KKP Kering : jika seseorang tampak kurus dan mengalami dehidrasi
2. KKP Basah : jika seseorang tampak membengkak karena tertahannya cairan
3. KKP Menengah : jika seseorang berada dalam kondisi diantara KKP kering dan KKP basah.


KKP kering disebut marasmus, merupakan akibat dari kelaparan yang hampir menyeluruh.
Seorang anak yang mengalami marasmus, mendapatkan sangat sedikit makanan, sering disebabkan karena ibu tidak dapat memberikan ASI.
Badannya sangat kurus akibat hilangnya otot dan lemak tubuh.
Hampir selalu disertai terjadinya infeksi.
Jika anak mengalami cedera atau infeksi yang meluas, prognosanya buruk dan bisa berakibat fatal.

KKP basah disebut kwashiorkor, yang dalam bahasa Afrika berarti 'anak pertama-anak kedua'.
Istilah tersebut berdasarkan pengamatan bahwa anak pertama menderita kwashiorkor ketika anak kedua lahir dan menggeser anak pertama dari pemberian ASI ibunya. Anak pertama yang telah disapih tersebut mendapatkan makanan yang jumlah zat gizinya lebih sedikit bila dibandingkan dengan ASI, sehingga tidak tumbuh dan berkembang.
Kekurangan protein pada kwashiorkor biasanya lebih jelas dibandingkan dengan kekurangan kalori, yang mengakibatkan:
- tertahannya cairan (edema)
- penyakit kulit
- perubahan warna rambut.
Anak yang menderita kwashiorkor biasanya telah menjalani penyapihan, sehingga usianya lebih besar daripada anak yang menderita marasmus.

KKP menengah disebut marasmik-kwashiorkor.
Anak-anak yang menderita KKP ini menahan beberapa cairan dan memiliki lebih banyak lemak tubuh dibandingkan dengan penderita marasmus.

Kwashiorkor lebih jarang ditemukan dan biasanya terjadi dalam bentuk marasmik-kwashiorkor.
Kwashiorkor cenderung terjadi di negara-negara dimana serat dan makanan digunakan untuk menyapih bayi (misalnya umbi jalar, singkong, beras, kentang dan pisang), yang sedikit mengandung protein dan sangat banyak mengandung zat tepung; yaitu di pedesaan Afrika, Karibia, kepulauan Pasifik dan Asia Tenggara.

Pada marasmus, sebagaimana yang terjadi pada kelaparan, tubuh menghancurkan/memecahkan jaringannya sendiri untuk digunakan sebagai kalori:
# Cadangan karbohidrat yang disimpan dalam hati habis terpakai
# Protein di otot dipecah untuk menghasilkan protein baru
# Cadangan lemak dipecah untuk menghasilkan kalori.
Sebagai akibatnya seluruh tubuh mengalami penyusutan.

Pada kwashiorkor, tubuh hanya mampu menghasilkan sedikit protein baru. Akibatnya kadar protein dalam darah menjadi berkurang, menyebabkan cairan terkumpul di lengan dan tungkai sebagai edema.
Kadar kolesterol juga menurun dan terjadi perlemakan pada hati yang membesar (pengumpulan lemak yang berlebihan di dalam sel-sel hati).

Kekurangan protein akan menganggu:
- pertumbuhan badan
- sistem kekebalan
- kemampuan untuk memperbaiki kerusakan jaringan
- produksi enzim dan hormon.

Pada marasmus dan kwashiorkor sering terjadi diare.

Perkembangan tingkah laku pada anak yang menderita malnutrisi berat sangat lambat dan bisa terjadi keterbelakangan mental.
Biasanya anak yang menderita marasmus tampak lebih sakit daripada anak yang lebih tua yang menderita kwashiorkor.

Seorang bayi yang menderita KKP biasanya mendapatkan makanannya melalui infus selama 24-48 jam pertama di rumah sakit.

Antibiotik biasanya diberikan melalui cairan intravena, pada bayi-bayi yang mengalami infeksi berat.

Bila sudah memungkinkan, susu formula diberikan lewat mulut.

Jumlah kalori yang diberikan ditingkatkan secara bertahap, sehingga bayi yang pada saat masuk rumah sakit memiliki berat 6,5-7 kg, akan menunjukkan pertambahan berat sebesar 3,5 kg dalam 12 minggu.


PROGNOSIS

Lebih dari 40% anak-anak yang menderita KKP meninggal.
Kematian yang terjadi pada hari pertama pengobatan biasanya disebabkan oleh:
- gangguan elektrolit
- infeksi
- hipotermia (suhu tubuh yang sangat rendah)
- kegagalan jantung.

Keadaan setengah sadar (stupor), jaundice (sakit kuning), pendarahan kulit, rendahnya kadar natrium darah dan diare yang menetap merupakan pertanda buruk.
Pertanda yang baik adalah hilangnya apati, edema dan bertambahnya nafsu makan.

Penyembuhan pada kwashiorkor berlangsung lebih cepat.

Efek jangka panjang dari malnutrisi pada masa kanak-kanak tidak diketahui.
Jika anak-anak diobati dengan tepat, sistem kekebalan dan hati akan sembuh sempurna. Tetapi pada beberapa anak, penyerapan zat gizi di usus tetap mengalami gangguan.

Beratnya gangguan mental yang dialami berhubungan dengan lamanya anak menderita malnutrisi, beratnya malnutrisi dan usia anak pada saat menderita malnutrisi.
Keterbelakangan mental yang bersifat ringan bisa menetap sampai anak mencapai usia sekolah dan mungkin lebih.

PENYEBAB

# Kekurangan gizi merupakan suatu keadaan dimana terjadi kekurangan zat-zat gizi ensensial, yang bisa disebabkan oleh: Asupan yang kurang karena makanan yang jelek atau penyerapan yang buruk dari usus (malabsorbsi)
# Penggunaan berlebihan dari zat-zat gizi oleh tubuh
# Kehilangan zat-zat gizi yang abnormal melalui diare, pendarahan, gagal ginjal atau keringat yang berlebihan.
Kelebihan gizi adalah suatu keadaan dimana terdapat kelebihan dari zat-zat gizi esensial.
Hal ini dapat terjadi karena:

1. Kelebihan makan
2. Penggunaan vitamin atau suplemen makanan lainnya yang berlebihan
3. Kurang melakukan aktivitas.


Orang-orang yang memiliki resiko mengalami kekurangan gizi:

1. Bayi dan anak kecil yang nafsu makannya jelek
2. Remaja dalam masa pertumbuhan yang pesat
3. Wanita hamil dan wanita menyusui
4. Orang tua
5. Penderita penyakit menahun pada saluran pencernaan, hati atau ginjal, terutama jika terjadi penurunan berat badan sampai 10-15%
6. Orang yang menjalani diet untuk jangka panjang
7. Vegetarian
8. Penderita ketergantungan obat atau alkohol yang tidak cukup makan
9. Penderita AIDS
10. Pemakaian obat yang mempengaruhi nafsu makan, penyerapan atau pengeluaran zat gizi
11. Penderita anoreksia nervosa
12. Penderita demam lama, hipertiroid, luka bakar atau kanker.


Orang-orang yang memiliki resiko mengalami kelebihan gizi:

1. Anak-anak dan dewasa yang makannya banyak tetapi tidak melakukan olah raga
2. Kelebihan berat badan >20%
3. Makanan yang mengandung lemak tinggi dan garam tinggi
4. Orang yang mengkonsumsi asam nikotin (niasin) dosis tinggi, untuk mengobati hiperkolesterolemia
5. Wanita yang mengkonsumsi vitamin B6 (piridoksin) dosis tinggi, untuk mengobati sindroma premenstrual
6. Orang yang mengkonsumsi vitamin A dosis tinggi, untuk mengobati penyakit kulit
7. Orang yang mengkonsumsi zat besi atau mineral lainnya dalam dosis tinggi, tanpa resep dari dokter.


sumber : Apotik online dan media informasi obat - penyakit :: m e d i c a s t o r e . c o m
 
Back
Top