iklan.okeweb
New member
Yogyakarta - Aktivis Forum Pemantau Independen Kota Yogyakarta yang juga pegiat elemen Jogja Police Watch, Baharuddin Kamba menyesalkan penahanan terhadap Florence Sihombing. Florence ditahan karena dilaporkan mengumbar caci maki tentang Yogyakarta di akun jejaring sosialnya, pekan lalu.
Menurut Baharuddin, ekspresi kekesalan yang diungkapkan Florence di akun jejaring sosialnya merupakan spontanitas terhadap kondisi fasilitas pelayanan publik. "Spontanitas dia mungkin memang kelewatan, tapi tak cukup membuatnya perlu dipidana, karena itu bukan fitnah," kata Baharuddin, Ahad 31 Agustus 2014.
Dengan adanya caci maki Florence itu, Baharuddin mengatakan, pemerintah bisa semakin mengawasi pelayanan di SPBU. Apalagi sejak ada kebijakan pembatasan BBM oleh Pertamina ke SPBU. "Bagaimana pemerintah dan Pertamina menjamin kelancaran akses di SPBU saat BBM dibatasi, apakah sudah cukup informasi diterima masyarakat, kan semua kaget ketika premium langka," kata dia.
Dalam sudut pandang yang lain, Baharuddin menjelaskan, penindakan atas aksi Florence yang tak tepat karena bisa ikut mengganjal upaya mewujudkan keterbukaan informasi publik. Sementara di lain pihak, pemerintah sedang gencar melakukan reformasi birokrasi, salah satunya menerapkan prinsip keterbukaan informasi pada publik.
Dengan ditahannya Florence, Burhanuddin khawatir di kemudian nanti semakin banyak pihak dengan sengaja memainkan Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik untuk menyensor pengawasan atas layanan publik pemerintah. Masyarakat bisa dibungkam agar takut bersikap kritis. "Semua orang yang mengritik layanan pemerintah jadi rawan dipidanakan, ini seperti orde baru gaya baru," kata dia.
Menurut Baharuddin, ekspresi kekesalan yang diungkapkan Florence di akun jejaring sosialnya merupakan spontanitas terhadap kondisi fasilitas pelayanan publik. "Spontanitas dia mungkin memang kelewatan, tapi tak cukup membuatnya perlu dipidana, karena itu bukan fitnah," kata Baharuddin, Ahad 31 Agustus 2014.
Dengan adanya caci maki Florence itu, Baharuddin mengatakan, pemerintah bisa semakin mengawasi pelayanan di SPBU. Apalagi sejak ada kebijakan pembatasan BBM oleh Pertamina ke SPBU. "Bagaimana pemerintah dan Pertamina menjamin kelancaran akses di SPBU saat BBM dibatasi, apakah sudah cukup informasi diterima masyarakat, kan semua kaget ketika premium langka," kata dia.
Dalam sudut pandang yang lain, Baharuddin menjelaskan, penindakan atas aksi Florence yang tak tepat karena bisa ikut mengganjal upaya mewujudkan keterbukaan informasi publik. Sementara di lain pihak, pemerintah sedang gencar melakukan reformasi birokrasi, salah satunya menerapkan prinsip keterbukaan informasi pada publik.
Dengan ditahannya Florence, Burhanuddin khawatir di kemudian nanti semakin banyak pihak dengan sengaja memainkan Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik untuk menyensor pengawasan atas layanan publik pemerintah. Masyarakat bisa dibungkam agar takut bersikap kritis. "Semua orang yang mengritik layanan pemerintah jadi rawan dipidanakan, ini seperti orde baru gaya baru," kata dia.
SUMURkalo menurut analisis ane, ini sih yang salah emang si Tersangka karena membawa SARA dalam postingan di akun Path nya..cuma kalo bisa ya dikasih sanksi efek jera aja kayak denda atau suruh bersih SPBU jangan sampek masuk Penjara.
ini juga pelajaran buat kita agar lebih menjaga etika melampiaskan emosi kita