andree_erlangga
New member
Jyoti Dave, 30, memang tengah hamil dan diprediksi akan melahirkan pada bulan Maret mendatang. Hanya saja, bayi yang dikandungnya tak akan ia bawa pulang ke rumah ataupun menyandang nama keluarganya.
Ia bukanlah ibu genetik dari bayi yang ia kandung, karena benih janin tersebut berasal dari pasangan warga Amerika Serikat yang menitipkan janin di rahim perempuan India tersebut.
Untuk jasa ?menyewakan? rahim (uterus) itu, Jyoti akan mendapat bayaran. Ia enggan mengatakan berapa besar bayaran yang ia terima untuk mengandung bayi milik pasangan warga negara AS itu, tapi ia hanya mengatakan uang tersebut sangat ia butuhkan untuk mencukupi kebutuhan keluarganya yang terpuruk dalam kemiskinan.
?Suami saya mengalami kecelakaan kerja di pabrik dan harus kehilangan kakinya. Sejak saat itu ia tak bisa kerja, dan kami tak bisa memberi makan anak-anak biar pun untuk sehari. Karena inilah saya memutuskan untuk menyewakan rahim saya,? kata Jyoti belum lama ini.
Ibu induk atau yang bagi warga Barat disebut sebagai surrogate mother, belakangan ini memang marak di India. Para perempuan muda itu rela meminjamkan rahimnya bagi pasangan-pasangan yang biasanya berasal dari negara-negara kaya untuk mengandung anak-anak mereka.
Biasanya, pasangan-pasangan tersebut memiliki masalah dengan kesehatan, atau uterus sang isteri tak mampu mengandung janin dan alasan kesehatan lainnya.
Kenapa India? Karena uang jasa yang diberikan kepada para surrogate mother di sana jauh lebih murah dibandingkan di Barat.
?Di AS, pasangan yang tak punya anak harus menghabiskan lebih dari US$50.000 untuk melakukan ini, sedangkan di India hanya perlu antara US$10.000-US$12.000,? kata Gautama Allahbadia, seorang spesialis kesuburan reproduksi yang baru saja membantu warga Singapura memperoleh keturunan lewat cara ini di India.
Kritikan
Klinik fertilitas biasanya mematok biaya antara US$2.000-US$3.000 untuk prosedur ?penitipan? janin semacam ini. Sedangkan ibu induk, akan dibayar antara US$3.000-US$6.000, sebuah angka yang cukup fantastis bagi penduduk di negara yang memiliki pendapatan per kapita sekitar US$500 ini.
Namun, tentunya praktik ini harus menghadapi beragam kritikan, baik dari sisi etis, budaya, dan dari sisi agama juga. Sebagian kalangan menyebut praktik tersebut sebagai pengkomoditian perempuan atau lebih tepatnya eksploitasi kaum kaya terhadap orang miskin.
Di negara yang mayoritas beragam Hindu ini, profesi tersebut dianggap oleh sebagian kalangan sebagai bentuk pelecehan terhadap tugas suci seorang ibu. India mencatat 100-150 bayi ?titipan? lahir di negara itu. Sementara, di negara tersebut belum ada perundangan yang mengatur masalah ini.
solopos.net
Ia bukanlah ibu genetik dari bayi yang ia kandung, karena benih janin tersebut berasal dari pasangan warga Amerika Serikat yang menitipkan janin di rahim perempuan India tersebut.
Untuk jasa ?menyewakan? rahim (uterus) itu, Jyoti akan mendapat bayaran. Ia enggan mengatakan berapa besar bayaran yang ia terima untuk mengandung bayi milik pasangan warga negara AS itu, tapi ia hanya mengatakan uang tersebut sangat ia butuhkan untuk mencukupi kebutuhan keluarganya yang terpuruk dalam kemiskinan.
?Suami saya mengalami kecelakaan kerja di pabrik dan harus kehilangan kakinya. Sejak saat itu ia tak bisa kerja, dan kami tak bisa memberi makan anak-anak biar pun untuk sehari. Karena inilah saya memutuskan untuk menyewakan rahim saya,? kata Jyoti belum lama ini.
Ibu induk atau yang bagi warga Barat disebut sebagai surrogate mother, belakangan ini memang marak di India. Para perempuan muda itu rela meminjamkan rahimnya bagi pasangan-pasangan yang biasanya berasal dari negara-negara kaya untuk mengandung anak-anak mereka.
Biasanya, pasangan-pasangan tersebut memiliki masalah dengan kesehatan, atau uterus sang isteri tak mampu mengandung janin dan alasan kesehatan lainnya.
Kenapa India? Karena uang jasa yang diberikan kepada para surrogate mother di sana jauh lebih murah dibandingkan di Barat.
?Di AS, pasangan yang tak punya anak harus menghabiskan lebih dari US$50.000 untuk melakukan ini, sedangkan di India hanya perlu antara US$10.000-US$12.000,? kata Gautama Allahbadia, seorang spesialis kesuburan reproduksi yang baru saja membantu warga Singapura memperoleh keturunan lewat cara ini di India.
Kritikan
Klinik fertilitas biasanya mematok biaya antara US$2.000-US$3.000 untuk prosedur ?penitipan? janin semacam ini. Sedangkan ibu induk, akan dibayar antara US$3.000-US$6.000, sebuah angka yang cukup fantastis bagi penduduk di negara yang memiliki pendapatan per kapita sekitar US$500 ini.
Namun, tentunya praktik ini harus menghadapi beragam kritikan, baik dari sisi etis, budaya, dan dari sisi agama juga. Sebagian kalangan menyebut praktik tersebut sebagai pengkomoditian perempuan atau lebih tepatnya eksploitasi kaum kaya terhadap orang miskin.
Di negara yang mayoritas beragam Hindu ini, profesi tersebut dianggap oleh sebagian kalangan sebagai bentuk pelecehan terhadap tugas suci seorang ibu. India mencatat 100-150 bayi ?titipan? lahir di negara itu. Sementara, di negara tersebut belum ada perundangan yang mengatur masalah ini.
solopos.net