ReZaLdBhAkTi
New member
Inti dari steak memang ada pada dagingnya. Kalau dagingnya bagus, maka steak dijamin pasti enak, sekalipun hanya dibumbui garam. Dalam konteks daging sapi komersial, maka daging yang ”bagus” adalah daging sirloin atau tenderloin yang empuk, montok, dan juicy.
Sebenarnya, tingkat ”kealotan” daging bisa diakali dengan memilih daging yang tidak terlalu tebal dan sedikit dipukul sebelum dibumbui. Teknik lain bisa dengan cara ditusuk dengan garpu, diberi papaya, atau dilayukan (aging). Secara kualitas memang aging yang terbaik, tapi kendalanya ada di waktu dan butuh fasilitas tambahan. Meski demikian, ada juga mahzab lain yang mensyaratkan daging steak wajib mempunyai ketebalan dasar setidaknya 1 inci.
Sepanjang yang saya tahu, ada dua teknik dasar dalam memasak steak, rubbing dan marinating. Teknik rubbing adalah menaburi daging dengan garam dan merica, kemudian langsung digrill. Beberapa ada yang menambahkan bubuk jinten untuk mempengaruhi rasa. Sementara itu teknik marinating adalah merendam daging dalam bumbu/saus dengan komposisi minyak, asam, gula, dan rasa. Minyak berguna untuk mengilapkan, asam berguna untuk melunakkan daging, sementara gula memberi efek warna. Untuk rasa, bisa dipilih sesuai rasa. Bisa asin, pedas, barbeque, dan semacamnya.
Untuk dasarnya, kita bisa menggunakan campuran minyak goreng (sebagai minyak), saus tomat (untuk asam), kecap manis atau madu (sebagai gula), dan garam serta merica hitam bubuk (sebagai rasa). Kombinasinya tergantung selera. Yang jelas, jangan terlalu banyak kecap atau madu, karena daging bisa cepat hangus. Kalau menginginkan aroma barbeque, cari saja perasa barbeque seperti liquid smoke di pasaran. Nah, setelah rendaman tadi terasa pas, masukkan daging dan diamkan sekitar dua jam supaya meresap. Setelah itu, daging siap digrill.
Di pasaran, steak yang lazim (seperti hot plate), umumnya disajikan dengan gravy yang disiram diatasnya. Gravy dibuat dengan menumis 1 butir bawang bombay dan 3 siung bawang putih yang sudah dicincang dengan sedikit minyak hingga sedikit layu. Tumisan tersebut biasanya juga ditambahkan dengan irisan kasar jamur merang. Jamur ini berguna untuk menambah warna (coklat kehitaman), menguatkan rasa (ekstra protein), serta konsistensi kekentalan.
Setelah itu, ditambahkan juga sesendok makan terigu yang diaduk hingga kecoklatan, lalu ditambahkan kaldu sapi kental (atau kaldu bubuk yang dicampur air) seukuran gelas besar. Supaya terasa lebih pas, bisa juga ditambahkan garam, merica, sedikit gula pasir, kecap inggris, atau bahkan sedikit susu cair untuk menambah rasa.
Steak yang disajikan di hot plate biasanya didampingi dengan buncis, wortel, kacang polong (atau sayuran lain) yang direbus. Untuk merebusnya, bisa dilakukan dengan memasak sayuran tadi selama 1-2 menit ke dalam air mendidih yang sudah ditambahkan garam, gula pasir, dan minyak goreng. Jangan lupa beri sedikit mentega di atasnya sebelum disajikan. Kentang bakar juga enak dijadikan pendamping. Cara membuatnya bisa dilakukan dengan mengukus kentang, dibelah enam bagian, lalu dipanggang di samping steak. Setelah selesai, susun semua dengan rapi di hot plate, kemudian diguyur dengan gravy. Wuesss… ngepul… dijamin enak!
Jadi, siapa bilang cowok gak jago masak?
Sebenarnya, tingkat ”kealotan” daging bisa diakali dengan memilih daging yang tidak terlalu tebal dan sedikit dipukul sebelum dibumbui. Teknik lain bisa dengan cara ditusuk dengan garpu, diberi papaya, atau dilayukan (aging). Secara kualitas memang aging yang terbaik, tapi kendalanya ada di waktu dan butuh fasilitas tambahan. Meski demikian, ada juga mahzab lain yang mensyaratkan daging steak wajib mempunyai ketebalan dasar setidaknya 1 inci.
Sepanjang yang saya tahu, ada dua teknik dasar dalam memasak steak, rubbing dan marinating. Teknik rubbing adalah menaburi daging dengan garam dan merica, kemudian langsung digrill. Beberapa ada yang menambahkan bubuk jinten untuk mempengaruhi rasa. Sementara itu teknik marinating adalah merendam daging dalam bumbu/saus dengan komposisi minyak, asam, gula, dan rasa. Minyak berguna untuk mengilapkan, asam berguna untuk melunakkan daging, sementara gula memberi efek warna. Untuk rasa, bisa dipilih sesuai rasa. Bisa asin, pedas, barbeque, dan semacamnya.
Untuk dasarnya, kita bisa menggunakan campuran minyak goreng (sebagai minyak), saus tomat (untuk asam), kecap manis atau madu (sebagai gula), dan garam serta merica hitam bubuk (sebagai rasa). Kombinasinya tergantung selera. Yang jelas, jangan terlalu banyak kecap atau madu, karena daging bisa cepat hangus. Kalau menginginkan aroma barbeque, cari saja perasa barbeque seperti liquid smoke di pasaran. Nah, setelah rendaman tadi terasa pas, masukkan daging dan diamkan sekitar dua jam supaya meresap. Setelah itu, daging siap digrill.
Di pasaran, steak yang lazim (seperti hot plate), umumnya disajikan dengan gravy yang disiram diatasnya. Gravy dibuat dengan menumis 1 butir bawang bombay dan 3 siung bawang putih yang sudah dicincang dengan sedikit minyak hingga sedikit layu. Tumisan tersebut biasanya juga ditambahkan dengan irisan kasar jamur merang. Jamur ini berguna untuk menambah warna (coklat kehitaman), menguatkan rasa (ekstra protein), serta konsistensi kekentalan.
Setelah itu, ditambahkan juga sesendok makan terigu yang diaduk hingga kecoklatan, lalu ditambahkan kaldu sapi kental (atau kaldu bubuk yang dicampur air) seukuran gelas besar. Supaya terasa lebih pas, bisa juga ditambahkan garam, merica, sedikit gula pasir, kecap inggris, atau bahkan sedikit susu cair untuk menambah rasa.
Steak yang disajikan di hot plate biasanya didampingi dengan buncis, wortel, kacang polong (atau sayuran lain) yang direbus. Untuk merebusnya, bisa dilakukan dengan memasak sayuran tadi selama 1-2 menit ke dalam air mendidih yang sudah ditambahkan garam, gula pasir, dan minyak goreng. Jangan lupa beri sedikit mentega di atasnya sebelum disajikan. Kentang bakar juga enak dijadikan pendamping. Cara membuatnya bisa dilakukan dengan mengukus kentang, dibelah enam bagian, lalu dipanggang di samping steak. Setelah selesai, susun semua dengan rapi di hot plate, kemudian diguyur dengan gravy. Wuesss… ngepul… dijamin enak!
Jadi, siapa bilang cowok gak jago masak?