d4nlee
New member
14 - 19 Maret 2011
(Vibiznews – Editor’s Note) – Pergerakan bursa pasar modal di Indonesia IHSG pada minggu lalu dimulai dengan pelanjutan rebound namun kemudian terkoreksi dengan sentiment negative bursa regional dan bencana tsunami di Jepang yang membawa IHSG ditutup di level 3542.23, nyaris flat dengan penutupan pasar minggu sebelumnya. Untuk minggu ini (14 - 18 Maret) IHSG masih akan waspada dengan tekanan peningkatan risiko pasar modal global dan domestic. Secara mingguan, IHSG masih berada antara level support di sekitar posisi 3425 dan 3387, sementara resistance di level 3610 dan berikutnya 3630.
Mata uang rupiah seminggu lalu masih terus menguat dengan di antaranya Bank Indonesia yang membiarkan penguatan rupiah dalam rangka menahan tekanan inflasi disamping masih mengalirnya dana asing ke pasar uang, di mana rupiah berakhir di 8777 terhadap USD. Kurs USDIDR pada minggu mendatang berada dalam range resistance 8838 dan 8890, sementara support mengarah ke 8750.
Untuk indikator ekonomi global, pada pekan mendatang akan diisi beberapa rilis berita ekonomi penting, di antaranya pengumuman suku bunga di Jepang dan Amerika; keduanya diperkirakan bertahan tetap. Secara umum, rilis data ekonomi yang kiranya perlu diperhatikan investor minggu ini, adalah:
• Dari kawasan Amerika: berupa rilis data TIC Long-Term Purchases yaitu besarnya obligasi jangka panjang pemerintah AS yang dipegang orang asing pada Selasa malam; selanjutnya pengumuman suku bunga the Fed (Fed Fund Rate) yang hampir pasti bertahan pada level rndah 0.25% pada Rabu dini hari; data Producer Price Index (PPI) pada Rabu malam; berlanjut ke data inflasi CPI (Consumer Price Index) serta data tenaga kerja Unemployment Claims mingguan yang biasa menjadi perhatian pasar dirilis pada Kamis malam.
• Dari kawasan Inggris dan Eropa: berupa data German ZEW Economic Sentiment pada Selasa sore; dan data klaim pengangguran Inggris atau Claimant Count Change pada Rabu sore.
• Dari kawasan Jepang: berupa pengumuman suku bunga Jepang (BoJ) pada Selasa siang yang dipastikan akan bertahan rendah di level 0.1%.
Minggu lalu di pasar forex, nilai tukar mata uang dollar bergerak balik menguat terhadap kelompok major currencies lainnya setelah pemangkasan credit rating di Spanyol dan data deficit perdagangan dari China, dengan index dollar AS berakhir di level 76.560 sedikit menguat dari posisi minggu sebelumnya. Sementara itu, pekan yang lalu euro cenderung terkoreksi karena isyu belitan hutang pemerintah yang kembali mencuat, walaupun kemudian sempat rebound di akhir minggu, dengan euro berakhir di level 1.3936. Untuk minggu berjalan ini market range akan berada antara level resistance pada 1.4037 dan berikutnya di 1.4278, sedangkan level support di 1.3703 dan kemudian pada 1.3423.
Poundsterling minggu lalu umumnya melemah tipis terhadap dollar ke level 1.6070. Untuk minggu ini, level resistance terdekat pada 1.6343 dan kemudian 1.6460, sedang support berada pada 1.5977 dan kemudian 1.5745. Untuk USDJPY minggu lalu sempat menguat setelah berita tsunami di Jepang, tetapi kemudian berbalik lagi karena pilihan yen sebagai safe haven investment di tengah isyu bencana nuklir di Jepang. Pasar di minggu ini berada di antara resistance pada 83.90 dan 84.50, serta support level pada 80.22 dan 79.74. Sementara itu, Aussie dollar terpantau seminggu lewat melemah tipis dan berakhir di 1.0097. Range minggu ini tetap antara resistance 1.0230 dan 1.03 sementara support level di 0.9945 dan 0.9794.
Untuk pasar di stock index futures, pada minggu lalu indeks Nikkei mengalami tekanan yang makin besar setelah berita gempa dan tsunami, berakhir di bawah 10000 pada 9970. Minggu ini, dengan bencana nuklir yang menghadang, Nikkei berjangka akan tertekan dalam rentangan resistance terdekat yang turun pada 10223 dan level berikutnya di 10630. Adapun support pada level 9111 dan lalu 8738. Sementara itu, Indeks Hang Seng berjangka di Hong Kong minggu lalu juga ikut tertekan, ditutup di level 23215. Minggu ini akan tertekan dan berada dalam range level resistance di 23895 dan berikutnya 24945, sementara support-nya di 22427 selanjutnya 21520.
Bursa saham Wall Street minggu lalu juga tertekan dengan isyu harga minyak yang tinggi dan kekuatiran dampak gempa di Jepang yang akan menghambat perekonomian global. Perang saudara Libya serta laporan keuangan sejumlah emiten yang kurang menggembirakan ikut menekan bursa. Secara teknikal, Dow Jones Industrial minggu ini masih dalam situasi konsolidasi dengan rentang pasar antara level resistance di 12387 dan 12600, sementara support di level 11800 dan kemudian pada 11450. Index S&P 500 minggu lalu juga terkoreksi; di mana resistance sekarang di level 1345 dan 1440, sementara level support berada di 1252 dan 1218.
Untuk pasar emas, minggu lalu sempat melemah oleh kekuatiran pengurangan demand global, namun melonjak lagi setelah berita gempa bumi dahsyat di Jepang. Emas di LLG minggu lalu berakhir pada level $1416.20 per troy ounce. Untuk sepekan ke depan emas akan cenderung terangkat sebagai wujud investasi safe haven, dengan rentang berada antara resistance terdekat pada $1444 lalu level $1450. Sementara itu, support ada di $1393 serta support berikut $1307 per troy ounce. Di Indonesia, harganya agak surut ke level harga Rp400 ribu per gramnya, di tengah rupiah yang terapresiasi.
Banyak isyu panas dan di luar prediksi belakangan ini. Situasi geopolitik kawasan Arab dan Timur Tengah yang masih tetap panas, serta bencana dahsyat gempa bumi di Jepang yang berpengaruh kepada reactor nuklir negara dengan ekonomi terbesar ketiga di dunia ini. Apakah hal-hal tersebut berpengaruh kepada pergerakan harga instrument investasi? Pastinya ya.
(Vibiznews – Editor’s Note) – Pergerakan bursa pasar modal di Indonesia IHSG pada minggu lalu dimulai dengan pelanjutan rebound namun kemudian terkoreksi dengan sentiment negative bursa regional dan bencana tsunami di Jepang yang membawa IHSG ditutup di level 3542.23, nyaris flat dengan penutupan pasar minggu sebelumnya. Untuk minggu ini (14 - 18 Maret) IHSG masih akan waspada dengan tekanan peningkatan risiko pasar modal global dan domestic. Secara mingguan, IHSG masih berada antara level support di sekitar posisi 3425 dan 3387, sementara resistance di level 3610 dan berikutnya 3630.
Mata uang rupiah seminggu lalu masih terus menguat dengan di antaranya Bank Indonesia yang membiarkan penguatan rupiah dalam rangka menahan tekanan inflasi disamping masih mengalirnya dana asing ke pasar uang, di mana rupiah berakhir di 8777 terhadap USD. Kurs USDIDR pada minggu mendatang berada dalam range resistance 8838 dan 8890, sementara support mengarah ke 8750.
Untuk indikator ekonomi global, pada pekan mendatang akan diisi beberapa rilis berita ekonomi penting, di antaranya pengumuman suku bunga di Jepang dan Amerika; keduanya diperkirakan bertahan tetap. Secara umum, rilis data ekonomi yang kiranya perlu diperhatikan investor minggu ini, adalah:
• Dari kawasan Amerika: berupa rilis data TIC Long-Term Purchases yaitu besarnya obligasi jangka panjang pemerintah AS yang dipegang orang asing pada Selasa malam; selanjutnya pengumuman suku bunga the Fed (Fed Fund Rate) yang hampir pasti bertahan pada level rndah 0.25% pada Rabu dini hari; data Producer Price Index (PPI) pada Rabu malam; berlanjut ke data inflasi CPI (Consumer Price Index) serta data tenaga kerja Unemployment Claims mingguan yang biasa menjadi perhatian pasar dirilis pada Kamis malam.
• Dari kawasan Inggris dan Eropa: berupa data German ZEW Economic Sentiment pada Selasa sore; dan data klaim pengangguran Inggris atau Claimant Count Change pada Rabu sore.
• Dari kawasan Jepang: berupa pengumuman suku bunga Jepang (BoJ) pada Selasa siang yang dipastikan akan bertahan rendah di level 0.1%.
Minggu lalu di pasar forex, nilai tukar mata uang dollar bergerak balik menguat terhadap kelompok major currencies lainnya setelah pemangkasan credit rating di Spanyol dan data deficit perdagangan dari China, dengan index dollar AS berakhir di level 76.560 sedikit menguat dari posisi minggu sebelumnya. Sementara itu, pekan yang lalu euro cenderung terkoreksi karena isyu belitan hutang pemerintah yang kembali mencuat, walaupun kemudian sempat rebound di akhir minggu, dengan euro berakhir di level 1.3936. Untuk minggu berjalan ini market range akan berada antara level resistance pada 1.4037 dan berikutnya di 1.4278, sedangkan level support di 1.3703 dan kemudian pada 1.3423.
Poundsterling minggu lalu umumnya melemah tipis terhadap dollar ke level 1.6070. Untuk minggu ini, level resistance terdekat pada 1.6343 dan kemudian 1.6460, sedang support berada pada 1.5977 dan kemudian 1.5745. Untuk USDJPY minggu lalu sempat menguat setelah berita tsunami di Jepang, tetapi kemudian berbalik lagi karena pilihan yen sebagai safe haven investment di tengah isyu bencana nuklir di Jepang. Pasar di minggu ini berada di antara resistance pada 83.90 dan 84.50, serta support level pada 80.22 dan 79.74. Sementara itu, Aussie dollar terpantau seminggu lewat melemah tipis dan berakhir di 1.0097. Range minggu ini tetap antara resistance 1.0230 dan 1.03 sementara support level di 0.9945 dan 0.9794.
Untuk pasar di stock index futures, pada minggu lalu indeks Nikkei mengalami tekanan yang makin besar setelah berita gempa dan tsunami, berakhir di bawah 10000 pada 9970. Minggu ini, dengan bencana nuklir yang menghadang, Nikkei berjangka akan tertekan dalam rentangan resistance terdekat yang turun pada 10223 dan level berikutnya di 10630. Adapun support pada level 9111 dan lalu 8738. Sementara itu, Indeks Hang Seng berjangka di Hong Kong minggu lalu juga ikut tertekan, ditutup di level 23215. Minggu ini akan tertekan dan berada dalam range level resistance di 23895 dan berikutnya 24945, sementara support-nya di 22427 selanjutnya 21520.
Bursa saham Wall Street minggu lalu juga tertekan dengan isyu harga minyak yang tinggi dan kekuatiran dampak gempa di Jepang yang akan menghambat perekonomian global. Perang saudara Libya serta laporan keuangan sejumlah emiten yang kurang menggembirakan ikut menekan bursa. Secara teknikal, Dow Jones Industrial minggu ini masih dalam situasi konsolidasi dengan rentang pasar antara level resistance di 12387 dan 12600, sementara support di level 11800 dan kemudian pada 11450. Index S&P 500 minggu lalu juga terkoreksi; di mana resistance sekarang di level 1345 dan 1440, sementara level support berada di 1252 dan 1218.
Untuk pasar emas, minggu lalu sempat melemah oleh kekuatiran pengurangan demand global, namun melonjak lagi setelah berita gempa bumi dahsyat di Jepang. Emas di LLG minggu lalu berakhir pada level $1416.20 per troy ounce. Untuk sepekan ke depan emas akan cenderung terangkat sebagai wujud investasi safe haven, dengan rentang berada antara resistance terdekat pada $1444 lalu level $1450. Sementara itu, support ada di $1393 serta support berikut $1307 per troy ounce. Di Indonesia, harganya agak surut ke level harga Rp400 ribu per gramnya, di tengah rupiah yang terapresiasi.
Banyak isyu panas dan di luar prediksi belakangan ini. Situasi geopolitik kawasan Arab dan Timur Tengah yang masih tetap panas, serta bencana dahsyat gempa bumi di Jepang yang berpengaruh kepada reactor nuklir negara dengan ekonomi terbesar ketiga di dunia ini. Apakah hal-hal tersebut berpengaruh kepada pergerakan harga instrument investasi? Pastinya ya.