masykur
Mod
Kita masuk surga bukan karena amalan-amalan kita..
Bukan karena tiap hari kita sholat lima waktu plus sholat-sholat sunah yang lain,
Bukan karena kita taat puasa ramadhan dan rajin puasa sunnah,
Bukan karena teratur mengeluarkan zakat bahkan sedekah..
Terlalu kecil amalan-amalan di atas untuk sekedar mendapatkan tiket masuk surga
Lantas apa? Rahmat Allah pada kita,
Kasih SayangNya pada kita..
Masalahnya bagaimana mengundang Rahmat Allah tsb?
Yaitu dengan melakukan segala perintahNya dan menjauhi laranganNya
Jika kita telah berusaha melakukan segala amalan yang dicintai Allah
Tinggallah menunggu keputusanNya,akan diletakkan dimana kita..
Sebaik-baiknya tujuan seorang manusia dalam beribadah dan penghambaan kepada AllahRabbul’idzaati adalah supaya Allah menurunkan rahmat-Nya. Karena bila Allah memberikan rahmat maka dipastikan itu akan turun beriringan dengan ridha Allah terhadap hamba-Nya, dan keluasan ridha-Nya jauh lebih besar dari Surga dengan segala isinya. Hal itu seperti yang difirmankan Allah dalam Al Qur’an di surat At Taubah (9) ayat 72, “Wa ridhwaanum minallaahi akbaru dzaalika huwal fauzul ‘azhiim.” Atau diartikan: Dan keridhaan daripada Allah adalah lebih besar; demikian itulah keberuntungan yang besar.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda dalam sebuah hadits, “Lan yadhula ahadukumul jannata bi ‘amalihi”. Seseorang tidak akan masuk surga karena amalnya semata-mata. Kemudian salah seorang bertanya, “Wa laa anta yaa Rasuulallaahi?” Tidak pula engkau ya Rasulullah? Lalu Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menjawab, “Wa laa anaa illa an yataghamada niiyallaahu bi rahmatihi.” Tidak juga aku, kecuali jika Allah mengkaruniai aku dengan rahmat-Nya.
Juga di dalam surat Aali ‘imraan (3) ayat 142, Allah berfirman, “Am hasibtum an tadkhulul jannata wa lammaa ya’lamillaahul ladziina jaahaduu minkum wa ya’lamash shaabiriin.” Diterjemahkan sebagai: Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk Surga padahal belum nyata bagi Allah siapa orang-orang yang berjihad diantaramu dan belum nyata orang-orang yang sabar.
Jadi apakah kita sebagai seorang hamba boleh beribadah kepada-Nya hanya supaya terhindar dari siksa api Neraka dan dimasukkan ke dalam Surga? Dan apakah boleh kita beribadah semata-mata hanya untuk mengejar amal demi mendapatkan pahala supaya dapat masuk ke Surga dan dijauhkan dari adzab Neraka? Jawabannya adalah boleh saja. Namun alangkah lebih baiknya apabila kita beribadah kepada Allah tidak semata-mata hanya karena ingin dimasukkan ke dalam Surga, melainkan kita beribadah dikarenakan ingin mendapatkan rahmat dan ridha-Nya, karena itu adalah suatu sikap yang harus dimiliki oleh setiap hamba yang mengaku beriman kepada Allah Tabaraaka wa Ta’aala.
berikut ada cerita israiliyat, walaupun saya belum menemukan keshahihan riwayat dari cerita ini, semoga bisa diambil hikmahnya
sumber (dengan beberapa editan) :
http://muslimahcorner.blogspot.com/2009/10/masuk-surga-bukan-karena-amalan-kita.html
http://ikoenchan.blogspot.com/2008/06/menggapai-surga-dengan-rahmat-allah.html
http://baitul-ikhlas.com/content/view/58/1/
Bukan karena tiap hari kita sholat lima waktu plus sholat-sholat sunah yang lain,
Bukan karena kita taat puasa ramadhan dan rajin puasa sunnah,
Bukan karena teratur mengeluarkan zakat bahkan sedekah..
Terlalu kecil amalan-amalan di atas untuk sekedar mendapatkan tiket masuk surga
Lantas apa? Rahmat Allah pada kita,
Kasih SayangNya pada kita..
Masalahnya bagaimana mengundang Rahmat Allah tsb?
Yaitu dengan melakukan segala perintahNya dan menjauhi laranganNya
Jika kita telah berusaha melakukan segala amalan yang dicintai Allah
Tinggallah menunggu keputusanNya,akan diletakkan dimana kita..
Sebaik-baiknya tujuan seorang manusia dalam beribadah dan penghambaan kepada AllahRabbul’idzaati adalah supaya Allah menurunkan rahmat-Nya. Karena bila Allah memberikan rahmat maka dipastikan itu akan turun beriringan dengan ridha Allah terhadap hamba-Nya, dan keluasan ridha-Nya jauh lebih besar dari Surga dengan segala isinya. Hal itu seperti yang difirmankan Allah dalam Al Qur’an di surat At Taubah (9) ayat 72, “Wa ridhwaanum minallaahi akbaru dzaalika huwal fauzul ‘azhiim.” Atau diartikan: Dan keridhaan daripada Allah adalah lebih besar; demikian itulah keberuntungan yang besar.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda dalam sebuah hadits, “Lan yadhula ahadukumul jannata bi ‘amalihi”. Seseorang tidak akan masuk surga karena amalnya semata-mata. Kemudian salah seorang bertanya, “Wa laa anta yaa Rasuulallaahi?” Tidak pula engkau ya Rasulullah? Lalu Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menjawab, “Wa laa anaa illa an yataghamada niiyallaahu bi rahmatihi.” Tidak juga aku, kecuali jika Allah mengkaruniai aku dengan rahmat-Nya.
Juga di dalam surat Aali ‘imraan (3) ayat 142, Allah berfirman, “Am hasibtum an tadkhulul jannata wa lammaa ya’lamillaahul ladziina jaahaduu minkum wa ya’lamash shaabiriin.” Diterjemahkan sebagai: Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk Surga padahal belum nyata bagi Allah siapa orang-orang yang berjihad diantaramu dan belum nyata orang-orang yang sabar.
Jadi apakah kita sebagai seorang hamba boleh beribadah kepada-Nya hanya supaya terhindar dari siksa api Neraka dan dimasukkan ke dalam Surga? Dan apakah boleh kita beribadah semata-mata hanya untuk mengejar amal demi mendapatkan pahala supaya dapat masuk ke Surga dan dijauhkan dari adzab Neraka? Jawabannya adalah boleh saja. Namun alangkah lebih baiknya apabila kita beribadah kepada Allah tidak semata-mata hanya karena ingin dimasukkan ke dalam Surga, melainkan kita beribadah dikarenakan ingin mendapatkan rahmat dan ridha-Nya, karena itu adalah suatu sikap yang harus dimiliki oleh setiap hamba yang mengaku beriman kepada Allah Tabaraaka wa Ta’aala.
berikut ada cerita israiliyat, walaupun saya belum menemukan keshahihan riwayat dari cerita ini, semoga bisa diambil hikmahnya
Di zaman Bani Israil, ada cerita tentang seseorang yang sejak kecil hingga akhir hidupnya, selalu dipenuhi dengan ibadah, waktunya tidak ada yang terbuang percuma, ia berkhalwat menjauhkan diri dari keramaian dunia semata mata untuk beribadah, maka bisa dibayangkan betapa banyak pahala yang dia peroleh.
Ketika dia wafat, Allahpun memasukkannya ke Surga dengan rahmat-Nya.
Setelah si Fulan ini tahu bahwa ia masuk surga bukan karena amalnya tetapi karena rahmat Allah semata, diapun “protes” kepada Allah.
“Ya Allah, mengapa saya masuk surga karena rahmat-Mu, kenapa bukan karena amal saya. Bukankah saya telah menghabiskan umur hanya untuk beribadah dan seharusnya saya masuk surga karena pahala-pahala yang saya peroleh dari amal-amal saya ?
Allah berfirman, “Rupanya kamu tidak puas dengan apa yang telah Aku berikan kepadamu ?
Baiklah, sekarang Aku akan hitung amal-amal ibadah yang telah kamu lakukan.
Memang pahala yang kamu peroleh sangat besar bahkan lebih besar dari gunung, tetapi ada beberapa kewajiban yang belum kamu laksanakan diantaranya mensyukuri segala nikmat-nikmat-Ku.
Pertama mulai kuhitung dari mata. Bukankah dengan rahmat-Ku berupa mata kamu bisa melihat dan membaca sehingga kamu memperoleh ilmu yang bisa kamu gunakan untuk ibadah.
Dengan mata pula kamu bisa melihat-lihat kebesaran-Ku sehingga kamu memuji-Ku yang menyebabkan kamu mendapat limpahan pahala dari-Ku.
Sekarang seberapa syukurmu atas nikmat-Ku yang berupa mata tadi. Bukankah pahala ibadahmu yang melebihi gunung tadi belum sebanding dengan nikmat yang Kuberikan ?,
meski itu baru ditimbang hanya dengan nikmat mata saja ?, belum yang lain.
Jika tumpuanmu ke surga-Ku adalah hanya amalmu, bukankah neraka lebih pantas menjadi tempatmu ?
Orang itu kemudian memohon ampun kepada Allah seraya mengakui bahwa dia masuk surga hakekatnya adalah karena rahmat Allah Swt. semata,
walaupun secara syariat adalah karena amal ibadah yang dilakukan dan dosa-dosa yang ditingalkan.
sumber (dengan beberapa editan) :
http://muslimahcorner.blogspot.com/2009/10/masuk-surga-bukan-karena-amalan-kita.html
http://ikoenchan.blogspot.com/2008/06/menggapai-surga-dengan-rahmat-allah.html
http://baitul-ikhlas.com/content/view/58/1/