Mayoritas Pengguna Smartphone dan Tablet “Cuek”
Pengguna perangkat mobile, khususnya smartphone dan komputer tablet, ternyata banyak yang tidak mengetahui kalau mereka juga perlu mengamankan perangkatnya dari ancaman malware, virus dan spam seperti di komputer.
Alhasil mayoritas (66%) tidak menggunakan solusi sekuriti di perangkat mobile-nya. Bahkan 44% pengguna di seluruh dunia tidak menyadari bahwa ada yang namanya solusi sekuriti mobile, seperti Norton Mobile Security yang bisa dipasang di perangkat Android maupun iOS (iPad, iPhone).
Dan kendati 83% di antara responden itu sudah memasang proteksi antivirus, serta 89% responden menghapus e-mail yang mencurigakan, 30%-nya tidak pernah berpikir tentang kejahatan cyber. Mungkin karena itulah, 21% responden tidak melakukan apa-apa untuk mengamankan informasi pribadinya. Tak heran jika 46% responden sudah menjadi korban kejahatan cyber, mulai dari malware, virus, scam, fraud, sampai pencurian.
Begitu diungkap Rita Nurtika (Country Sales Manager, Indonesia, Norton) pada acara Exploring Mobile Trends beberapa waktu lalu di Jakarta. Rita mengutipkan data Norton Cybercrime Report 2012. “Di Seluruh dunia, telah jatuh korban 556 juta setiap tahunnya. Lebih dari satu setengah juta korban setiap hari, atau delapan belas korban per detiknya” kata Rita.
Banyaknya korban ini juga disebabkan makin banyaknya penjahat cyber yang secara khusus membidik perangkat mobile. Rita menyebutkan, ada peningkatkan malware yang memblokir update sekuriti ke ponsel, dan mobile worms pada ponsel yang membelli aplikasi jahat tahun ini.
Salah satu bentuk serangan yang makin banyak dilancarkan adalah smishing. Tujuannya, mencuri data pribadi dan kontak. Pemilik ponsel biasanya dikirim SMS (pesan singkat) yang menyertakan URL atau nomor telepon. SMS ini dibuat seolah-olah datang dari operator selular, atau entitas bisnis, seperti penerbit kartu kredit atau bank. Sejumlah 31% pengguna mobile, menurut Rita (mengutip data Symantec Internet Security Threat Report 18), menerima pesan teks dari orang tak dikenal yang isinya meminta penerima mengeklik link yang disertakan atau menelepon nomor tak terdaftar untuk mengambil “voicemail”.
Dalam pesan tersebut tidak jarang disertakan ancaman agar Anda segera membalas pesan. Ketika nomor telepon dipanggil atau link URL diklik, Anda akan diminta untuk “memverifikasi” informasi pribadi, seperti nomor kartu kredit dan tanggal berakhirnya, nomor rekening bank, nomor PIN dan lain-lain. Jika itu Anda lakukan, data pribadi Anda sudah berada di tangan penjahat.
Mobile malware, kata Rita , juga makin sering menyamar sebagai aplikasi palsu. Tiga puluh dua persen dari malware ini dapat mencuri informasi berupa nomor telepon, dan alamat e-mailnya. Sementara Sembilan belas persennya memanfaatkan GPS telepon untuk melacak pemiliknya.
Nah, agar Anda yang memakai perangkat mobile tidak menjadi korban pencurian data pribadi, Rita menyarankan Anda untuk menggunakan password yang kuat dan tidak menyimpan data pribadi (PIN, password, nomor rekening, foto dan video pribadi) di perangkat mobile. Ia juga mengingatkan Anda untuk selalu mengecek kembali notifikasi via e-mail, SMS dan link aplikasi yang datang dari orang tak dikenal. Setting privasi diperangkat mobile dan jejaring social juga perlu dicermati, agar hanya membagi informasi penting ke orang-orang yang anda percayai.
“Hati-hati saat menggunakan jaringan Wi-Fi public. Juga pastikan software sekuriti yang dipakai [selalu] up-to-date,” wanti-wanti Rita. Satu lagi pesannya yakni: kunjungi hanya toko aplikasi yang resmi.
sumber : majalah infokomputer edisi agustus 2013 halaman 28
Pengguna perangkat mobile, khususnya smartphone dan komputer tablet, ternyata banyak yang tidak mengetahui kalau mereka juga perlu mengamankan perangkatnya dari ancaman malware, virus dan spam seperti di komputer.
Alhasil mayoritas (66%) tidak menggunakan solusi sekuriti di perangkat mobile-nya. Bahkan 44% pengguna di seluruh dunia tidak menyadari bahwa ada yang namanya solusi sekuriti mobile, seperti Norton Mobile Security yang bisa dipasang di perangkat Android maupun iOS (iPad, iPhone).
Dan kendati 83% di antara responden itu sudah memasang proteksi antivirus, serta 89% responden menghapus e-mail yang mencurigakan, 30%-nya tidak pernah berpikir tentang kejahatan cyber. Mungkin karena itulah, 21% responden tidak melakukan apa-apa untuk mengamankan informasi pribadinya. Tak heran jika 46% responden sudah menjadi korban kejahatan cyber, mulai dari malware, virus, scam, fraud, sampai pencurian.
Begitu diungkap Rita Nurtika (Country Sales Manager, Indonesia, Norton) pada acara Exploring Mobile Trends beberapa waktu lalu di Jakarta. Rita mengutipkan data Norton Cybercrime Report 2012. “Di Seluruh dunia, telah jatuh korban 556 juta setiap tahunnya. Lebih dari satu setengah juta korban setiap hari, atau delapan belas korban per detiknya” kata Rita.
Banyaknya korban ini juga disebabkan makin banyaknya penjahat cyber yang secara khusus membidik perangkat mobile. Rita menyebutkan, ada peningkatkan malware yang memblokir update sekuriti ke ponsel, dan mobile worms pada ponsel yang membelli aplikasi jahat tahun ini.
Salah satu bentuk serangan yang makin banyak dilancarkan adalah smishing. Tujuannya, mencuri data pribadi dan kontak. Pemilik ponsel biasanya dikirim SMS (pesan singkat) yang menyertakan URL atau nomor telepon. SMS ini dibuat seolah-olah datang dari operator selular, atau entitas bisnis, seperti penerbit kartu kredit atau bank. Sejumlah 31% pengguna mobile, menurut Rita (mengutip data Symantec Internet Security Threat Report 18), menerima pesan teks dari orang tak dikenal yang isinya meminta penerima mengeklik link yang disertakan atau menelepon nomor tak terdaftar untuk mengambil “voicemail”.
Dalam pesan tersebut tidak jarang disertakan ancaman agar Anda segera membalas pesan. Ketika nomor telepon dipanggil atau link URL diklik, Anda akan diminta untuk “memverifikasi” informasi pribadi, seperti nomor kartu kredit dan tanggal berakhirnya, nomor rekening bank, nomor PIN dan lain-lain. Jika itu Anda lakukan, data pribadi Anda sudah berada di tangan penjahat.
Mobile malware, kata Rita , juga makin sering menyamar sebagai aplikasi palsu. Tiga puluh dua persen dari malware ini dapat mencuri informasi berupa nomor telepon, dan alamat e-mailnya. Sementara Sembilan belas persennya memanfaatkan GPS telepon untuk melacak pemiliknya.
Nah, agar Anda yang memakai perangkat mobile tidak menjadi korban pencurian data pribadi, Rita menyarankan Anda untuk menggunakan password yang kuat dan tidak menyimpan data pribadi (PIN, password, nomor rekening, foto dan video pribadi) di perangkat mobile. Ia juga mengingatkan Anda untuk selalu mengecek kembali notifikasi via e-mail, SMS dan link aplikasi yang datang dari orang tak dikenal. Setting privasi diperangkat mobile dan jejaring social juga perlu dicermati, agar hanya membagi informasi penting ke orang-orang yang anda percayai.
“Hati-hati saat menggunakan jaringan Wi-Fi public. Juga pastikan software sekuriti yang dipakai [selalu] up-to-date,” wanti-wanti Rita. Satu lagi pesannya yakni: kunjungi hanya toko aplikasi yang resmi.
sumber : majalah infokomputer edisi agustus 2013 halaman 28