A_S_T
New member
Ada seorang aktor drama Shakespeare, yang bertugas membaca drama-drama klasik itu. Dia selalu mengakhiri penampilannya dengan membaca Mazmur 23 secara dramatis.
Setiap malam, tanpa absen sedikit pun, dia selalu membacakan resitasinya : Tuhan adalah gembalaku, takkan kekurangan aku.
Para penonton selalu mendengarkan dengan penuh perhatian. Dan ketika sang aktor membaca ayat terakhir Mazmur 23, selalu terdengar gemuruh tepuk tangan, yang menandai penghargaan para penonton terhadap bakat sang aktor, yang mampu membacakan ayat-ayat Mazmur dengan begitu hidupnya.
Tapi pada suatu malam, suaranya mendadak jadi parau. Tidak enak didengar. Sehingga terpaksa mereka mencari seorang yang bisa menggantikan aktor itu.Lalu seorang pemuda maju ke depan.
Dia berkata, dia ingin coba menggantikan aktor itu. Semua pemain drama merasa ragu terhadap anak muda ini. Tapi akhirnya mereka mengijinkan, karena waktunya begitu mendesak dan tak ada yang bersedia mengganti kan sang aktor.
Dengan suara yang lembut, anak muda itu mulai membaca Mazmur 23.Ayat demi ayat. Setelah dia selesai membaca Mazmur itu, tak terdengar suara tepuk tangan sedikit pun. Tak ada yang berdiri dan menyambutnya dengan meriah seperti malam-malam sebelumnya. Yang terdengar di ruang itu malah isak tangis dimana-mana. Para penonton itu merasa sangat terharu dan bercucuran air mata.
Sang aktor menggeleng-gelengkan kepala. “Saya benar-benar tidak mengerti. Saya sudah membaca Mazmur 23 ini bertahun-tahun. Sepanjang hidup, saya berlatih dan berlatih terus. Tapi saya tidak pernah bisa melakukan seperti apa yang telah kamu lakukan. Beritahu saya, apa rahasianya membaca Mazmur 23?”
Anak muda itu menjawab dengan rendah hati, “Sederhana, tuan. Anda tahu Mazmur itu dengan baik … tapi saya kenal pada Sang Gembalanya.”
----------------------------------------------------------------------------------------
sumber: http://www.ladangtuhan.com/komunitas/kumpulan-kotbah-renungan/mazmur-23/
----------------------------------------------------------------------------------------
Sudah kenalkah kita dengan Sang Gembala...???
Setiap malam, tanpa absen sedikit pun, dia selalu membacakan resitasinya : Tuhan adalah gembalaku, takkan kekurangan aku.
Para penonton selalu mendengarkan dengan penuh perhatian. Dan ketika sang aktor membaca ayat terakhir Mazmur 23, selalu terdengar gemuruh tepuk tangan, yang menandai penghargaan para penonton terhadap bakat sang aktor, yang mampu membacakan ayat-ayat Mazmur dengan begitu hidupnya.
Tapi pada suatu malam, suaranya mendadak jadi parau. Tidak enak didengar. Sehingga terpaksa mereka mencari seorang yang bisa menggantikan aktor itu.Lalu seorang pemuda maju ke depan.
Dia berkata, dia ingin coba menggantikan aktor itu. Semua pemain drama merasa ragu terhadap anak muda ini. Tapi akhirnya mereka mengijinkan, karena waktunya begitu mendesak dan tak ada yang bersedia mengganti kan sang aktor.
Dengan suara yang lembut, anak muda itu mulai membaca Mazmur 23.Ayat demi ayat. Setelah dia selesai membaca Mazmur itu, tak terdengar suara tepuk tangan sedikit pun. Tak ada yang berdiri dan menyambutnya dengan meriah seperti malam-malam sebelumnya. Yang terdengar di ruang itu malah isak tangis dimana-mana. Para penonton itu merasa sangat terharu dan bercucuran air mata.
Sang aktor menggeleng-gelengkan kepala. “Saya benar-benar tidak mengerti. Saya sudah membaca Mazmur 23 ini bertahun-tahun. Sepanjang hidup, saya berlatih dan berlatih terus. Tapi saya tidak pernah bisa melakukan seperti apa yang telah kamu lakukan. Beritahu saya, apa rahasianya membaca Mazmur 23?”
Anak muda itu menjawab dengan rendah hati, “Sederhana, tuan. Anda tahu Mazmur itu dengan baik … tapi saya kenal pada Sang Gembalanya.”
----------------------------------------------------------------------------------------
sumber: http://www.ladangtuhan.com/komunitas/kumpulan-kotbah-renungan/mazmur-23/
----------------------------------------------------------------------------------------
Sudah kenalkah kita dengan Sang Gembala...???