Mekanisme Ketagihan Narkotika

her_is_mine

New member
narkotik2.jpg

Ketagihan atau ketergantungan terhadap NAPZA (narkotika, psikotropika, dan zat adiktif), terutama narkotika, seperti putauw, heroin, dan morfin, umumnya timbul karena terjadi reaksi yang menyakitkan tubuh bersama suasana hati yang tidak nyaman atau disforia bila pemakaiannya dihentikan atau dikurangi atau tidak ditambah dosisnya (dikenal sebagai gejala putus zat atau sakauw).

Bila seseorang menyalahgunakan narkotika (artinya di luar sepengetahuan dokter untuk keperluan pengobatan seperti pembiusan atau terapi nyeri) maka cepat atau lambat akan terjadi perubahan reaksi sel saraf khusus di otak (reseptor opioid).

Semakin tinggi dosis narkotika yang dipakai atau semakin lama ketergantungan dengan zat tersebut, maka semakin luas perubahan reseptor opioid yang akan bereaksi pada saat terjadi gejala putus zat. Oleh sebab itu, gangguaan fisik pada saat putus zat akan berpengaruh secara langsung pada berat ringannya tingkat ketagihan narkotika.

Sebenarnya ketergantungan fisik dengan narkotika merupakan suatu proses yang alami bila kita memakainya dalam dosis besar dan berjangka lama. Ini karena terjadi adaptasi dan toleransi terhadap perangsangan itu sendiri sehinga memberi konsekuensi tertentu saat tidak ada rangsangan. Umpamanya, kalau kita biasa makanan yang pedas, eh, tiba-tiba kita mengonsumsi makanan yang tidak pedas, maka makanan itu terasa hambar dan tidak enak, untuk itu kita cenderung mencari cabe atau lada.

Proses ketergantungan atau ketagihan narkotika tidak terjadi sekejap namun umumnya melalui tahap-tahap setelah mencoba dan menikmatinya, yaitu pemakaian saat rekreasi atau akhir pekan dan pemakaian situasional (saat depresi atau stres). Kalau sudah dipakai tiap hari minimal selama satu bulan, berarti telah menyalahgunakan narkotika (abuser). Bila sudah menjadi kebutuhan sehari-hari, bahkan harus selalu memakainya maka individu tersebut sudah pada tingkat ketergantungan atau ketagihan.

Di samping akibat gangguan fisik, ketagihan narkotika mudah dicetuskan oleh adanya godaan atau dorongan emosi berupa keinginan atau hasrat kuat untuk selalu memakainya walaupun disadari bahaya yang dapat terjadi. Hal ini disebabkan karena narkotika bekerja pada pusat-pusat penghayatan kenikmatan di otak. Sehingga bagi yang sudah pernah menikmatinya cenderung akan mengulangi kembali, bahkan lebih sering, dalam upaya memperoleh suasana hati dan fisik yang nyaman atau euforia. Dorongan ini dikenal dengan istilah sugesti atau craving.

Bagaimana mekanisme sugesti ini? Tidak mudah menentukan penyebabnya karena banyak faktor yang terlibat pada proses sugesti antara lain individu itu sendiri, keluarga, dan lingkungan. Karena itu, ketergantungan narkotika bersifat menahun dan kompleks, sering kambuh-kambuhan walaupun ada saat mampu berhenti dalam waktu yang cukup lama.


Sumber : Humanmedicine network
 
Last edited:
sebetulnya narkoba mempunyai efek ketagihan akrena tubuh berusaha menyesuaikan dengan dosis awal yang dikonsumsi. jadi ketika dengan dosis 1/4 kita sudah fly maka kita butuh 2x lipatnya utnuk membuat tubuh fly. nah dosis ini memiliki titik jenuh jadi ketika sudah mencapai maksimum dan belum fly ketika ditamabh timbullah over dosis,..tiap orang memiliki ambang yang berebda,..makanya sebelum sampai over dosis berhentialah hi kaum muda dari narkotika,..gaka da efek positifnya sama sekali,...lagipulahnya orang-orang bodoh yang mau membeli narkoba dengna harga mahal...lha wong obat aslinya atau amphetamine dalam dunia kedokteran dijual sangattttt murah.

kebanyakan yang dijual adalah placebo atau obat palsunya,..
 
kalo misalanya minuman penambah energi tu ada efek kecanduan ga...??

produk minuman penambah energi biasanya mengandung kafein, taurin, alkohol, pemanis dan vitamin. Zat-zat ini berbahaya sebab mengandung kafein dan alkohol. Memang, tidak semua orang merasakan efek buruk dari zat-zat tersebut, namun orang-orang yang sensitif atau memiliki penyakit tertentu, dapat merasakan gejala yang tidak nyaman bahkan membahayakan kesehatan sekalipun mengkonsumsinya dalam jumlah yang tidak terlalu banyak.

Alkohol, kafein dan taurin merupakan zat stimulan. Kafein bekerja dengan merangsang otak dan sistem saraf untuk terus beraktivitas. Sedangkan Taurin membantu pengaturan denyut jantung, mencegah aktivitas berlebihan sekaligus menurunkan aktivitas dari sel-sel otak. Jika zat-zat tersebut dikonsumsi berlebihan, menghasilkan efek yang saling berlawanan. Alkohol termasuk dalam zat adiktif yang menyebabkan ketergantungan.
 
Back
Top