Administrator
Administrator
Memahami makna Hari Kebangkitan Nasional ditinjau dari segi histori akan menyadarkan kita betapa pentingnya sejarah, dan apakah masa yang telah kita lalui dalam hidup kita juga tidak termasuk sejarah. Bila kita tidak melupakan sejarah orang lain di masa lalu diluar masa hidup kita, maka apalagi kita akan lebih menghargai perikehidupan kita dalam mengukir sejarah yang lebih gemilang.
Belakangan ini muncul gugatan, mengapa hari lahir Budi Utomo 20 Mei 1908 yang dipilih sebagai Hari Kebangkitan Nasional? Memang organisasi itu diakui sebagai organisasi modern pertama di Tanah Air kita, tetapi ruang lingkup keanggotaannya masih terbatas pada orang Jawa (priyayi).
Lebih jauh lagi,penggagas Budi Utomo, Dr Wahidin Soedirohoesodo (1857—1917), berpandangan bahwa kebudayaan Jawa dilandasi kebudayaan Hindu-Budha dan rupanya berpendapat bahwa sebagian penyebab kemerosotan masyarakat Jawa adalah kedatangan agama Islam dan berusaha memperbaiki masyarakat Jawa melalui pendidikan Belanda (Ricklefs, 1994:248—9).
Pernyataan ini dipertanyakan sejarawan Australia Adrian Vickers. Di dalam tulisan Wahidin maupun Soetomo,imbuhnya, tidak ditemukan unsur anti Islam kecuali mengagumi Islama ala Jawa.
Budi Utomo pada dasarnya merupakan lembaga yang mengutamakan kebudayaan dan pendidikan serta jarang memainikan peran politik.BudiUtomo sudah mandek sejak awal karena kekurangan dana dan kelangkaan kepemimpinan yang dinamis. Dilain pihak,Gubernur Jenderal Van Heutsz menyambut baik Budi Utomo sebagai tanda keberhasilan politik etis, sebagai “suatu organisasi pribumi moderat yang dikendalikan pejabat yang ‘maju”. Desember 1909, organisasi tersebut disahkan Pemerintah Hindia Belanda.
Guru besar sejarah Universitas Gadjah Mada Suhartono memandang positif organisasi ini. “Lahirnya BU menampilkan fase pertama dari nasionalisme Indonesia. Fase ini menunjuk pada etno nasionalisme dan proses penyadaran diri terhadap identitas bangsa Jawa (Indonesia).” Bahkan Adrian Vickers mengemukakan bahwa lahirnya Budi Utomo bisa dipertimbangkan sebagai hari jadi Indonesia karena organisasi modern yang pertama ini menggunakan bahasa Melayu dan menggemakan rasa cinta Tanah Air Menurut Vickers, organisasi ini bersifat “politis” juga karena ia memajukan kaum cendekiawan.
Kenapa Diperingati?
Perirngatan kebangkitan nasional justru sengaja dilakukan secara intensif pada saat-saat bangsa mengalami kesulitan besar. Ketika Indonesia yang wilayahnya sangat terbatas dan mendapat tekanan dan dalam negeri serta kemungkinan serangan dari pihak Belanda, maka di Yogyakarta tahun 1948 diperingati hari lahir Budi Utomo selagai tonggak “kebangoenan nasional”.
Sepuluh tahun kemudian, dalam peringatan 50 tahun Budi Utomo di Istana Mendeka yang berlangsung meriah, Presiden Soekarno benpidato:
“Kenapa kita tanggal 20 Mel 1958 ini mengadakan peringatan hari Kebangkitan Nasional setjara hebat ? - - - Memang benar Boedi Uetomo adalah satu serikat jang ketjil. Tudjuannja pun belum djelas sebagai toedjoean kita sekarang ini. Tetapi Saudara-saudara, marilah kita tindjau terbangunnja Budi Utomo itu dari sudut jang lain.. - Benar 20 Mei 1908 sekedar satu “kriwikan”—kata orang Djawa— dan belum “grodjogon”. yang kita peringati ialah bahwa 20 Mel 1908 itu berisi kemenangan satu azas, kemenangan satu beginsel.Tidak ada satu bangsa jang tjukup baik untuk memerintah bangsa lain-No nation is good enough to govern another nation.”.
Alasan peringatan kebangkitan nasional tahun l958 dapat diperkirakan yakni berkenaan dengan situasi Tanah Air waktu itu. Sebelumnya, pada 1957, pemerintah mengenang Sumpah Pemuda 1928 dengan skala besar pada saat beberapa daerah bergejolak. Ketika itu diperlukan semangat persatuan, maka Sumpah Pemuda dirayakan. Setelah PRRI/Permesta dapat dipadamkan, kondisi daerah masih porak poranda akibat perang saudara itu, maka didambakanlah kebangkitan nasional.Tujuan lainnya, menggalang semangat rakyat untuk membebaskan Irian Barat.
sumber : sindo
Belakangan ini muncul gugatan, mengapa hari lahir Budi Utomo 20 Mei 1908 yang dipilih sebagai Hari Kebangkitan Nasional? Memang organisasi itu diakui sebagai organisasi modern pertama di Tanah Air kita, tetapi ruang lingkup keanggotaannya masih terbatas pada orang Jawa (priyayi).
Lebih jauh lagi,penggagas Budi Utomo, Dr Wahidin Soedirohoesodo (1857—1917), berpandangan bahwa kebudayaan Jawa dilandasi kebudayaan Hindu-Budha dan rupanya berpendapat bahwa sebagian penyebab kemerosotan masyarakat Jawa adalah kedatangan agama Islam dan berusaha memperbaiki masyarakat Jawa melalui pendidikan Belanda (Ricklefs, 1994:248—9).
Pernyataan ini dipertanyakan sejarawan Australia Adrian Vickers. Di dalam tulisan Wahidin maupun Soetomo,imbuhnya, tidak ditemukan unsur anti Islam kecuali mengagumi Islama ala Jawa.
Budi Utomo pada dasarnya merupakan lembaga yang mengutamakan kebudayaan dan pendidikan serta jarang memainikan peran politik.BudiUtomo sudah mandek sejak awal karena kekurangan dana dan kelangkaan kepemimpinan yang dinamis. Dilain pihak,Gubernur Jenderal Van Heutsz menyambut baik Budi Utomo sebagai tanda keberhasilan politik etis, sebagai “suatu organisasi pribumi moderat yang dikendalikan pejabat yang ‘maju”. Desember 1909, organisasi tersebut disahkan Pemerintah Hindia Belanda.
Guru besar sejarah Universitas Gadjah Mada Suhartono memandang positif organisasi ini. “Lahirnya BU menampilkan fase pertama dari nasionalisme Indonesia. Fase ini menunjuk pada etno nasionalisme dan proses penyadaran diri terhadap identitas bangsa Jawa (Indonesia).” Bahkan Adrian Vickers mengemukakan bahwa lahirnya Budi Utomo bisa dipertimbangkan sebagai hari jadi Indonesia karena organisasi modern yang pertama ini menggunakan bahasa Melayu dan menggemakan rasa cinta Tanah Air Menurut Vickers, organisasi ini bersifat “politis” juga karena ia memajukan kaum cendekiawan.
Kenapa Diperingati?
Perirngatan kebangkitan nasional justru sengaja dilakukan secara intensif pada saat-saat bangsa mengalami kesulitan besar. Ketika Indonesia yang wilayahnya sangat terbatas dan mendapat tekanan dan dalam negeri serta kemungkinan serangan dari pihak Belanda, maka di Yogyakarta tahun 1948 diperingati hari lahir Budi Utomo selagai tonggak “kebangoenan nasional”.
Sepuluh tahun kemudian, dalam peringatan 50 tahun Budi Utomo di Istana Mendeka yang berlangsung meriah, Presiden Soekarno benpidato:
“Kenapa kita tanggal 20 Mel 1958 ini mengadakan peringatan hari Kebangkitan Nasional setjara hebat ? - - - Memang benar Boedi Uetomo adalah satu serikat jang ketjil. Tudjuannja pun belum djelas sebagai toedjoean kita sekarang ini. Tetapi Saudara-saudara, marilah kita tindjau terbangunnja Budi Utomo itu dari sudut jang lain.. - Benar 20 Mei 1908 sekedar satu “kriwikan”—kata orang Djawa— dan belum “grodjogon”. yang kita peringati ialah bahwa 20 Mel 1908 itu berisi kemenangan satu azas, kemenangan satu beginsel.Tidak ada satu bangsa jang tjukup baik untuk memerintah bangsa lain-No nation is good enough to govern another nation.”.
Alasan peringatan kebangkitan nasional tahun l958 dapat diperkirakan yakni berkenaan dengan situasi Tanah Air waktu itu. Sebelumnya, pada 1957, pemerintah mengenang Sumpah Pemuda 1928 dengan skala besar pada saat beberapa daerah bergejolak. Ketika itu diperlukan semangat persatuan, maka Sumpah Pemuda dirayakan. Setelah PRRI/Permesta dapat dipadamkan, kondisi daerah masih porak poranda akibat perang saudara itu, maka didambakanlah kebangkitan nasional.Tujuan lainnya, menggalang semangat rakyat untuk membebaskan Irian Barat.
sumber : sindo