nurcahyo
New member
Mempersiapkan MENOPAUSE
Namun, perkembangan akhir- akhir ini, menopause tidak hanya terjadi pada perempuan berusia 50 tahun, tetapi perempuan berusia 35 tahun juga bisa mengalami menopause, atau dikenal dengan istilah menopause dini.
ADA beberapa hal yang bisa memicu menopause dini terjadi, antara lain penyakit atau mengalami gangguan hormonal sehingga estrogen tidak bisa diproduksi lagi. Ada pula perempuan yang karena penyakit tertentu indung telurnya harus diangkat. Begitu indung telur diangkat, perempuan akan kekurangan estrogen karena yang memproduksi estrogen adalah indung telur.
Penyebab di atas bisa dibilang merupakan penyebab yang tidak bisa ditolak perempuan. Namun, ada juga penyebab menopause karena gaya hidup yang dilakukan. Menurut Dr Ali Baziad, SpOG KFER dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, gaya hidup yang ingin selalu instan dan mengonsumsi obat-obatan pelangsing dengan cara yang salah memicu terjadinya menopause dini.
"Banyak perempuan yang ingin mendapatkan tubuh langsing lalu menggunakan obat-obatan pelangsing yang tidak jelas. Mereka tahu bahwa cara yang benar adalah olahraga dan diet teratur. Tetapi mereka tidak sabar. Mereka ingin segera tampak langsing, lalu mengonsumsi obat-obatan tanpa pengawasan dokter," kata Ali. Gaya hidup yang salah, menurut Ali, antara lain mengubah budaya makan yang sudah benar menjadi salah. "Contohnya, tempe dan tahu sudah menjadi bagian dari budaya bangsa Indonesia. Tetapi sekarang banyak orang yang tidak mau makan tempe tahu karena gengsi. Mereka lebih senang makan makanan siap saji yang tidak mempunyai gizi seimbang. Padahal, tempe dan tahu adalah salah satu makanan yang memiliki fitoestrogen, estrogen nabati, cukup tinggi," jelas Ali. Contoh lain gaya hidup yang salah adalah orang terlalu sibuk sehingga tidak sempat berolahraga atau merasa sudah kehabisan tenaga untuk melakukannya. Olahraga, selain membuat tubuh segar, juga melancarkan peredaran darah, membantu produksi hormon, dan menguatkan tulang. Salah satu cara yang ditawarkan dunia kedokteran itu adalah terapi sulih hormon (TSH) atau hormone replacement therapy. Terapi ini memang mempunyai efek signifikan terhadap perempuan menopause. Perempuan yang tadinya selalu merasa murung bisa kembali ceria, sama seperti ketika dia belum menopause. Perempuan juga bisa kembali mendapatkan menstruasi, tidak lagi merasakan jantung berdebar-debar, pusing, ataupun merasa pegal-pegal.
"Setelah minum hormon, pasien merasa sehat dan nyaman. Pelbagai keluhan hilang. Kulit juga menjadi segar kembali. Risiko terkena jantung koroner, osteoporosis, stroke, dan kanker usus besar pun menurun," kata Ali. Namun, dalam perkembangannya, ternyata TSH diketahui memiliki kontraindikasi terhadap kanker payudara. Akibatnya, orang enggan mengikuti terapi ini. Selain itu, banyak juga pasien yang merasa bosan dan harga obat dirasakan mahal. Harga obatnya sekitar Rp 150.000-Rp 250.000 untuk pemakaian satu bulan. Ali mengakui, TSH memang memiliki risiko kanker payudara, terutama pada pasien yang memiliki sejarah kanker dalam keluarganya. Namun, ditegaskan Ali, risiko ini tidak terjadi pada setiap orang. "Seperti juga peringatan bahwa perokok bisa terkena kanker payudara, nyatanya tidak setiap perokok terkena kanker payudara."
Untuk mengeliminasi efek negatif TSH, Ali mengatakan, pemakaian TSH sebaiknya hanya lima tahun dan benar-benar di bawah pengawasan dokter. Ali tidak menyarankan TSH bagi pasien dengan sejarah kanker. Namun, jika tetap ingin menggunakannya, sebaiknya melakukan uji laboratorium mamografi dan papsmear enam bulan sampai setahun sekali. Bagi pasien tanpa sejarah kanker, ia bisa melakukan uji laboratorium itu satu sampai dua tahun sekali. "Dengan uji laboratorium, kami bisa segera menemukan gejala negatif dari TSH," tegas Ali. Bagi pasien yang tidak ingin mengikuti TSH, Ali menyarankan untuk mengonsumsi fitoestrogen yang banyak terdapat pada makanan Indonesia.
sumber : Apotik2000.Net-The TempoGroup Online Pharmacy
Namun, perkembangan akhir- akhir ini, menopause tidak hanya terjadi pada perempuan berusia 50 tahun, tetapi perempuan berusia 35 tahun juga bisa mengalami menopause, atau dikenal dengan istilah menopause dini.
ADA beberapa hal yang bisa memicu menopause dini terjadi, antara lain penyakit atau mengalami gangguan hormonal sehingga estrogen tidak bisa diproduksi lagi. Ada pula perempuan yang karena penyakit tertentu indung telurnya harus diangkat. Begitu indung telur diangkat, perempuan akan kekurangan estrogen karena yang memproduksi estrogen adalah indung telur.
Penyebab di atas bisa dibilang merupakan penyebab yang tidak bisa ditolak perempuan. Namun, ada juga penyebab menopause karena gaya hidup yang dilakukan. Menurut Dr Ali Baziad, SpOG KFER dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, gaya hidup yang ingin selalu instan dan mengonsumsi obat-obatan pelangsing dengan cara yang salah memicu terjadinya menopause dini.
"Banyak perempuan yang ingin mendapatkan tubuh langsing lalu menggunakan obat-obatan pelangsing yang tidak jelas. Mereka tahu bahwa cara yang benar adalah olahraga dan diet teratur. Tetapi mereka tidak sabar. Mereka ingin segera tampak langsing, lalu mengonsumsi obat-obatan tanpa pengawasan dokter," kata Ali. Gaya hidup yang salah, menurut Ali, antara lain mengubah budaya makan yang sudah benar menjadi salah. "Contohnya, tempe dan tahu sudah menjadi bagian dari budaya bangsa Indonesia. Tetapi sekarang banyak orang yang tidak mau makan tempe tahu karena gengsi. Mereka lebih senang makan makanan siap saji yang tidak mempunyai gizi seimbang. Padahal, tempe dan tahu adalah salah satu makanan yang memiliki fitoestrogen, estrogen nabati, cukup tinggi," jelas Ali. Contoh lain gaya hidup yang salah adalah orang terlalu sibuk sehingga tidak sempat berolahraga atau merasa sudah kehabisan tenaga untuk melakukannya. Olahraga, selain membuat tubuh segar, juga melancarkan peredaran darah, membantu produksi hormon, dan menguatkan tulang. Salah satu cara yang ditawarkan dunia kedokteran itu adalah terapi sulih hormon (TSH) atau hormone replacement therapy. Terapi ini memang mempunyai efek signifikan terhadap perempuan menopause. Perempuan yang tadinya selalu merasa murung bisa kembali ceria, sama seperti ketika dia belum menopause. Perempuan juga bisa kembali mendapatkan menstruasi, tidak lagi merasakan jantung berdebar-debar, pusing, ataupun merasa pegal-pegal.
"Setelah minum hormon, pasien merasa sehat dan nyaman. Pelbagai keluhan hilang. Kulit juga menjadi segar kembali. Risiko terkena jantung koroner, osteoporosis, stroke, dan kanker usus besar pun menurun," kata Ali. Namun, dalam perkembangannya, ternyata TSH diketahui memiliki kontraindikasi terhadap kanker payudara. Akibatnya, orang enggan mengikuti terapi ini. Selain itu, banyak juga pasien yang merasa bosan dan harga obat dirasakan mahal. Harga obatnya sekitar Rp 150.000-Rp 250.000 untuk pemakaian satu bulan. Ali mengakui, TSH memang memiliki risiko kanker payudara, terutama pada pasien yang memiliki sejarah kanker dalam keluarganya. Namun, ditegaskan Ali, risiko ini tidak terjadi pada setiap orang. "Seperti juga peringatan bahwa perokok bisa terkena kanker payudara, nyatanya tidak setiap perokok terkena kanker payudara."
Untuk mengeliminasi efek negatif TSH, Ali mengatakan, pemakaian TSH sebaiknya hanya lima tahun dan benar-benar di bawah pengawasan dokter. Ali tidak menyarankan TSH bagi pasien dengan sejarah kanker. Namun, jika tetap ingin menggunakannya, sebaiknya melakukan uji laboratorium mamografi dan papsmear enam bulan sampai setahun sekali. Bagi pasien tanpa sejarah kanker, ia bisa melakukan uji laboratorium itu satu sampai dua tahun sekali. "Dengan uji laboratorium, kami bisa segera menemukan gejala negatif dari TSH," tegas Ali. Bagi pasien yang tidak ingin mengikuti TSH, Ali menyarankan untuk mengonsumsi fitoestrogen yang banyak terdapat pada makanan Indonesia.
sumber : Apotik2000.Net-The TempoGroup Online Pharmacy