Bussy_ness
New member
Bekasi, Seorang pemulung yang biasa mencari nafkah di Stasiun Kota Bekasi tega menukar bayinya dengan uang Rp 500.000.
Dia merelakan anaknya itu diasuh seseorang di wilayah Karawang, Jawa Barat.
Rusanti (20), pemulung itu, terpaksa menjual anak perempuannya saat usia si anak baru tiga bulan. Bocah bernama Indriani itu kini telah berusia 11 bulan.
“Sebenarnya saya tidak mau menjual anak saya, tapi karena didesak Aris, saya bersedia. Aris berjanji akan menikahi saya asalkan saya rela berpisah dengan Indriani,” ungkap pemulung asal Desa Kalbanu, Kecamatan Amanugan Barat, Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), itu di Mapolrestro Bekasi.
Aris (24) adalah temannya sesama pemulung. Diakui Rusanti, pemuda asal Purwakarta, Jawa Barat, Itu sudah menjadi teman ‘kumpul kebo’-nya semenjak suaminya, Ruliansyah, meninggal tahun 2008, Ruliansyah, pemulung yang dikenal Rusanti sewaktu masih tinggal di Bandung, menikahinya pada 2006. Keduanya sempat tinggal di Lampung, di rumah orangtua Ruliansyah. Namun Rutiansyah meninggal sebelum bayi perempuannya lahir
Dalam kondisi hamil, Rusanti meninggalkan rumah mertuanya di Lampung. Karena tak mampu kembali ke kampung halamannya di Kupang, dia menjalani hidup barunya sebagai pemulung di Kranji, Bekasi Barat.
Pada 10 Juni 2009 malam, Rusanti melahirkan di pelataran Gelanggang Olahraga (GOR) Jalan Ahmad Yani, Kota Bekasi. Saat itu dia mengalami pendarahan. Aris yang merasa kasihan kemudian membawanya ke bidan terdekat. Sejak itu, keduanya hidup bensama layaknya suami-istri hingga Indriani berusia tiga bulan.
Karena tekanan ekonomi, mereka tak sanggup menghidupi Indriani. Arts kemudian menyarankan agar Indriani dlkasihkan Ice orang lain. “Arts menyatakan barn man menikahi sayajika anak saya tidak ada. Dia menyarankan Indniani dijual saja,” kata Rusanti.
Akhirnya, Indriani pun “diberikan” kepada seorang warga Karawang. Untuk itu, Rusanti mendapat imbalan Rp 500.000. Karena Janji Aris tak juga terwujud, Rusanti kesal. Dia berkali-kali menuntut Aris agar bersama-sama menebus Indriani, hingga di antara mereka sering terjadi pertengkaran.
Pada Kamis malam, Aris dan Rusanti bertengkar sengit di sekitar Kantor PMI Kota Bekasi. Rusanti memukul Aris seraya menuding-nuding telah menjual anak kandungnya seharga Rp 500.000.
Pertengkaran itu memancing perhatian warga sehingga keduanya harus berurusan dengan polisi. Aris dan Rusanti dibawa ke Mapolrestro Bekasi yang hanya berjarak sekitar 100 meter dari sana.
Kepada polisi, Aris menyatakan terpaksa “menjual” anak perempuan itu karena tidak mampu menghidupinya. “Kami harus merelakan anak itu diasuh orang lain,” katanya, membela diri.
Polisi belum bisa menyelidlki kasus penjualan anak yang dilaporkan Rusanti itu. “Kami sarankan agar pelapor mengalihkan laporannya ke Polres Karawang, karena peristiwanya terjadi di sana,” kata Kasat Reskrim Polrestro Bekasi, Kompol Ade Ari Syam Indrad.
warkot
Dia merelakan anaknya itu diasuh seseorang di wilayah Karawang, Jawa Barat.
Rusanti (20), pemulung itu, terpaksa menjual anak perempuannya saat usia si anak baru tiga bulan. Bocah bernama Indriani itu kini telah berusia 11 bulan.
“Sebenarnya saya tidak mau menjual anak saya, tapi karena didesak Aris, saya bersedia. Aris berjanji akan menikahi saya asalkan saya rela berpisah dengan Indriani,” ungkap pemulung asal Desa Kalbanu, Kecamatan Amanugan Barat, Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), itu di Mapolrestro Bekasi.
Aris (24) adalah temannya sesama pemulung. Diakui Rusanti, pemuda asal Purwakarta, Jawa Barat, Itu sudah menjadi teman ‘kumpul kebo’-nya semenjak suaminya, Ruliansyah, meninggal tahun 2008, Ruliansyah, pemulung yang dikenal Rusanti sewaktu masih tinggal di Bandung, menikahinya pada 2006. Keduanya sempat tinggal di Lampung, di rumah orangtua Ruliansyah. Namun Rutiansyah meninggal sebelum bayi perempuannya lahir
Dalam kondisi hamil, Rusanti meninggalkan rumah mertuanya di Lampung. Karena tak mampu kembali ke kampung halamannya di Kupang, dia menjalani hidup barunya sebagai pemulung di Kranji, Bekasi Barat.
Pada 10 Juni 2009 malam, Rusanti melahirkan di pelataran Gelanggang Olahraga (GOR) Jalan Ahmad Yani, Kota Bekasi. Saat itu dia mengalami pendarahan. Aris yang merasa kasihan kemudian membawanya ke bidan terdekat. Sejak itu, keduanya hidup bensama layaknya suami-istri hingga Indriani berusia tiga bulan.
Karena tekanan ekonomi, mereka tak sanggup menghidupi Indriani. Arts kemudian menyarankan agar Indriani dlkasihkan Ice orang lain. “Arts menyatakan barn man menikahi sayajika anak saya tidak ada. Dia menyarankan Indniani dijual saja,” kata Rusanti.
Akhirnya, Indriani pun “diberikan” kepada seorang warga Karawang. Untuk itu, Rusanti mendapat imbalan Rp 500.000. Karena Janji Aris tak juga terwujud, Rusanti kesal. Dia berkali-kali menuntut Aris agar bersama-sama menebus Indriani, hingga di antara mereka sering terjadi pertengkaran.
Pada Kamis malam, Aris dan Rusanti bertengkar sengit di sekitar Kantor PMI Kota Bekasi. Rusanti memukul Aris seraya menuding-nuding telah menjual anak kandungnya seharga Rp 500.000.
Pertengkaran itu memancing perhatian warga sehingga keduanya harus berurusan dengan polisi. Aris dan Rusanti dibawa ke Mapolrestro Bekasi yang hanya berjarak sekitar 100 meter dari sana.
Kepada polisi, Aris menyatakan terpaksa “menjual” anak perempuan itu karena tidak mampu menghidupinya. “Kami harus merelakan anak itu diasuh orang lain,” katanya, membela diri.
Polisi belum bisa menyelidlki kasus penjualan anak yang dilaporkan Rusanti itu. “Kami sarankan agar pelapor mengalihkan laporannya ke Polres Karawang, karena peristiwanya terjadi di sana,” kata Kasat Reskrim Polrestro Bekasi, Kompol Ade Ari Syam Indrad.
warkot