Puri Wonodri
New member
Agaknya wajah sinetron kita belum menemukan satu bentuk jati diri yang pas. Para sineas rupanya masih berkiblat pada arah angin. Taruhlah ketika booming sinetron yang berlatarbelakang cerita seputar dunia ABG, maka ramai-ramai mereka bikin sinetron seperti itu. Kemudian bergeser ke format sinetron religi. Memang, mula-mula pemirsa sedikit ternganga manakala mencermati tayangan sinetron religi, sebab resultansinya berimbas pada perilaku dan akhlak masyarakat - yang semula suka nyolong misalnya, setelah melihat tayangan sinetron religi yang tangannya jadi gosong, mereka jadi ngeri alias takut. Output-nya baik. Tetapi seiring dengan waktu, nampak sekali rekayasa dari penggarapan sinetron religi yang sama sekali lepas dari kontekstualisasi kehidupan nyata. Terlalu dibikin-bikin, begitu gerutu Mat Sangkrah ketika ngopi di warteg di bilangan Lebak Bulus. Itu yang jadi persoalannya. Padahal, jika dikaji, kita tidak akan pernah mati ide bila benar-benar mengamati dinamika masyarakat - terutama komunitas grassroot.
Nah..beranjak dari hal yang remeh-temeh inilah, saya mencoba pada teman-teman untuk mendiskusikan hal ini, sekalian mencari solusi barangkali dari teman-teman juga akan terlahir sebuah karya sinetron yang akan menjadi trend setter, seperti halnya era Si Doel Anak Sekolahan dan Bajaj Bajuri.
Nah..beranjak dari hal yang remeh-temeh inilah, saya mencoba pada teman-teman untuk mendiskusikan hal ini, sekalian mencari solusi barangkali dari teman-teman juga akan terlahir sebuah karya sinetron yang akan menjadi trend setter, seperti halnya era Si Doel Anak Sekolahan dan Bajaj Bajuri.