Megha
New member
Sebuah studi yang dilakukan oleh peneliti kejiwaan Universitas South Carolina yang ditampilkan dalam jurnal Experimental Psychology bisa memberikan pemahaman yang lebih baik mengapa bahasa (berbicara dan mendengar, termasuk dengan ponsel) dapat menganggu fungsi visual, seperti mengemudi mobil.
Dalam dua eksperimen, professor kejiwaan Dr. Amit Almor menemukan bahwa otak kita akan lebih terpakai ketika kita ingin berbicara dibanding saat kita mendengarkan orang berbicara.
?Kami mengukur tingkat perhatian mereka dan menemukan bahwa subjek empat kali lebih terganggu ketika akan berbicara atau sedang berbicara daripada ketika mereka sedang mendengarkan orang lain berbicara,? kata Almor kepada 47 orang partisipan eksperimen. ?Saat mendengar orang berbicara, kita bisa memberikan perhatian atau tidak memperhatikannya.?
Pada salah satu eksperimen peserta diharuskan mendeteksi bentuk visual di layar monitor, dan pada eksperimen kedua peserta diharuskan mempergunakan mouse komputer untuk mengikuti sasaran yang bergerak cepat di layar. Pada kedua eksperimen tersebut, peserta melakukan fungsi visual ketika sedang mendengarkan cerita yang direkam dan kemudian menanggapi cerita itu.
Almor mengatakan hasil temuannya ini ?sangat pasti? dan beranggapan dalam suatu percakapan interaktif dunia nyata, efeknya pasti lebih kuat. Dia dan Tim Boiteau, seorang pelajar strata dua dalam linguistik telah mengulang eksperimen ini menggunakan 20 pasang temannya yang sedang melakukan percakapan nyata ketika melakukan pekerjaan menggunakan visual. Hasilnya akan dikumpulkan musim panas ini.
?Saya rasa dalam kenyataan efeknya pasti lebih kuat dan lebih dinamis, karena dalam percakapan nyata orang juga bisa terburu-buru,? kata Almor. ?Dalam percakapan, kita mungkin akan berebut dengan orang lain. Saya rasa semakin besar dorongan untuk berbicara, semakin besar pula gangguan terhadap fungsi visual.?
Pada kedua eksperimen, Almor mengatur partisipan duduk pada posisi melingkar, lingkungan suara surround dimana orang yang berbicara disembunyikan dan suara dipindah-pindah dari posisi depan, dan samping.
Almor menemukan bahwa peserta mampu menyelesaikan tugas visual di muka mereka dengan lebih mudah ketika suara yang diproyeksikan juga diposisikan di depannya. Meskipun efeknya cukup kecil dibanding efek ketika orang akan berbicara atau sedang berbicara dan mendengarkan, tetapi disimpulkan otak bisa mengerjakan fungsi visual dan bahasa pada saat bersamaan dengan lebih mudah jika tugas itu ada pada posisi yang sama secara fisik dan kognitif.
?Baik ketika orang itu menggunakan komunikasi tatap muka ataupun ketika mereka sedang melakukan fungsi bahasa, mereka akan menciptakan ilustrasi mental dalam pikirannya dan memposisikan suara di suatu posisi tertentu,? kata Almor. ?Dalam hal ini, posisi yang dimaksud adalah di depan mereka, sehingga disimpulkan bahwa memposisikan semua perhatian pada posisi tertentu akan lebih memudahkan orang itu.?
Kesimpulan ini mungkin berguna bagi perkembangan teknologi baru, kata Almor. Dalam hal mobil, speaker telepon internal bisa diletakkan di depan sehingga berada pada posisi yang sama dengan kerja visual mengemudi. Hal yang sama bisa diaplikasikan untuk instruksi kelas belajar jarak jauh, presentasi Power Point, dalam pelatihan militer dan pilot.
Hasil temuan Almor ini memang berhubungan dengan statistik yang baru diterbitkan ini.
Lalu-lintas Jalan Raya dan Administrasi Keamanan Nasional (NHTSA) melaporkan pada bulan April bahwa 25 persen dari semua kecelakaan mobil disebabkan oleh gangguan ketika mengemudi. Sebuah survei dilakukan oleh Nationwide Mutual Insurance pada tahun 2007 menunjukkan bahwa 73 persen dari pegemudi berbicara menggunakan ponsel ketika mengemudikan mobil.
Pada Februari 2008, penjualan ponsel tercatat pada jumlah 254 juta unit, dibanding pada tahun 1990 berjumlah 4,3 juta, menurut Asosiasi Telekomunikasi Seluler & Internet, ada suatu alasan baik bagi peneliti untuk mempelajari otak manusia dan mengapa berbicara dan mendengarkan lewat ponsel bisa mengganggu orang mengemudikan mobil.*Erabaru
Dalam dua eksperimen, professor kejiwaan Dr. Amit Almor menemukan bahwa otak kita akan lebih terpakai ketika kita ingin berbicara dibanding saat kita mendengarkan orang berbicara.
?Kami mengukur tingkat perhatian mereka dan menemukan bahwa subjek empat kali lebih terganggu ketika akan berbicara atau sedang berbicara daripada ketika mereka sedang mendengarkan orang lain berbicara,? kata Almor kepada 47 orang partisipan eksperimen. ?Saat mendengar orang berbicara, kita bisa memberikan perhatian atau tidak memperhatikannya.?
Pada salah satu eksperimen peserta diharuskan mendeteksi bentuk visual di layar monitor, dan pada eksperimen kedua peserta diharuskan mempergunakan mouse komputer untuk mengikuti sasaran yang bergerak cepat di layar. Pada kedua eksperimen tersebut, peserta melakukan fungsi visual ketika sedang mendengarkan cerita yang direkam dan kemudian menanggapi cerita itu.
Almor mengatakan hasil temuannya ini ?sangat pasti? dan beranggapan dalam suatu percakapan interaktif dunia nyata, efeknya pasti lebih kuat. Dia dan Tim Boiteau, seorang pelajar strata dua dalam linguistik telah mengulang eksperimen ini menggunakan 20 pasang temannya yang sedang melakukan percakapan nyata ketika melakukan pekerjaan menggunakan visual. Hasilnya akan dikumpulkan musim panas ini.
?Saya rasa dalam kenyataan efeknya pasti lebih kuat dan lebih dinamis, karena dalam percakapan nyata orang juga bisa terburu-buru,? kata Almor. ?Dalam percakapan, kita mungkin akan berebut dengan orang lain. Saya rasa semakin besar dorongan untuk berbicara, semakin besar pula gangguan terhadap fungsi visual.?
Pada kedua eksperimen, Almor mengatur partisipan duduk pada posisi melingkar, lingkungan suara surround dimana orang yang berbicara disembunyikan dan suara dipindah-pindah dari posisi depan, dan samping.
Almor menemukan bahwa peserta mampu menyelesaikan tugas visual di muka mereka dengan lebih mudah ketika suara yang diproyeksikan juga diposisikan di depannya. Meskipun efeknya cukup kecil dibanding efek ketika orang akan berbicara atau sedang berbicara dan mendengarkan, tetapi disimpulkan otak bisa mengerjakan fungsi visual dan bahasa pada saat bersamaan dengan lebih mudah jika tugas itu ada pada posisi yang sama secara fisik dan kognitif.
?Baik ketika orang itu menggunakan komunikasi tatap muka ataupun ketika mereka sedang melakukan fungsi bahasa, mereka akan menciptakan ilustrasi mental dalam pikirannya dan memposisikan suara di suatu posisi tertentu,? kata Almor. ?Dalam hal ini, posisi yang dimaksud adalah di depan mereka, sehingga disimpulkan bahwa memposisikan semua perhatian pada posisi tertentu akan lebih memudahkan orang itu.?
Kesimpulan ini mungkin berguna bagi perkembangan teknologi baru, kata Almor. Dalam hal mobil, speaker telepon internal bisa diletakkan di depan sehingga berada pada posisi yang sama dengan kerja visual mengemudi. Hal yang sama bisa diaplikasikan untuk instruksi kelas belajar jarak jauh, presentasi Power Point, dalam pelatihan militer dan pilot.
Hasil temuan Almor ini memang berhubungan dengan statistik yang baru diterbitkan ini.
Lalu-lintas Jalan Raya dan Administrasi Keamanan Nasional (NHTSA) melaporkan pada bulan April bahwa 25 persen dari semua kecelakaan mobil disebabkan oleh gangguan ketika mengemudi. Sebuah survei dilakukan oleh Nationwide Mutual Insurance pada tahun 2007 menunjukkan bahwa 73 persen dari pegemudi berbicara menggunakan ponsel ketika mengemudikan mobil.
Pada Februari 2008, penjualan ponsel tercatat pada jumlah 254 juta unit, dibanding pada tahun 1990 berjumlah 4,3 juta, menurut Asosiasi Telekomunikasi Seluler & Internet, ada suatu alasan baik bagi peneliti untuk mempelajari otak manusia dan mengapa berbicara dan mendengarkan lewat ponsel bisa mengganggu orang mengemudikan mobil.*Erabaru