nurcahyo
New member
Mengurangi Merokok Tak Cegah Kematian Dini Akibat Rokok
Lihat Gambar
KapanLagi.com - Mengurangi jumlah rokok yang diisap setiap hari ternyata tak mencegah kematian dini akibat rokok, seperti pernyataan yang disiarkan jurnal kesehatan antar bangsa "Tobacco Control", dan dilansir media pada Selasa (28/11/06).
Petugas kesehatan umum di Norwegia melakukan kajian terhadap rekam jejak 50 ribu perokok selama 20 tahun dan menyimpulkan mereka yang mengurangi rokok hingga 50 persen atau lebih, ternyata tingkat kematiannya tidak lebih baik daripada yang tidak mengurangi rokok.
"Kajian tersebut cukup membuktikan satu-satunya jalan keluar dari risiko kematian adalah berhenti penuh dari rokok. Karena mereka yang berhenti merokok, memiliki tingkat risiko sangat rendah daripada yang tetap merokok," kata kajian tersebut.
Di awal kajian, para peneliti mencatat 24.959 pria dan 26.251 perempuan, berusia 20-34 tahun. Sebagian besar dari mereka menjalani pemeriksaan risiko penyakit jantung pada dasawarsa 1970-an, kemudian menjalani hal serupa pada akhir tahun 2003.
Studi tersebut menyebutkan semua perokok berapa pun jumlah rokok yang mereka isap, ternyata mempunyai risiko kematian sama dan secara pasti mengalami kematian akibat penyakit jantung atau kanker yang berhubungan dengan rokok".
Para peneliti yakin kajian mereka dapat memicu penilaian ulang terhadap program berhenti merokok dengan 'harapan keliru' berslogan, "Kalau tidak bisa berhenti, kurangi."
Namun, mereka mengatakan, pendekatan tersebut bisa dijadikan sebuah "usaha sementara" untuk program mengurangi rokok. (*/rit)
Lihat Gambar
KapanLagi.com - Mengurangi jumlah rokok yang diisap setiap hari ternyata tak mencegah kematian dini akibat rokok, seperti pernyataan yang disiarkan jurnal kesehatan antar bangsa "Tobacco Control", dan dilansir media pada Selasa (28/11/06).
Petugas kesehatan umum di Norwegia melakukan kajian terhadap rekam jejak 50 ribu perokok selama 20 tahun dan menyimpulkan mereka yang mengurangi rokok hingga 50 persen atau lebih, ternyata tingkat kematiannya tidak lebih baik daripada yang tidak mengurangi rokok.
"Kajian tersebut cukup membuktikan satu-satunya jalan keluar dari risiko kematian adalah berhenti penuh dari rokok. Karena mereka yang berhenti merokok, memiliki tingkat risiko sangat rendah daripada yang tetap merokok," kata kajian tersebut.
Di awal kajian, para peneliti mencatat 24.959 pria dan 26.251 perempuan, berusia 20-34 tahun. Sebagian besar dari mereka menjalani pemeriksaan risiko penyakit jantung pada dasawarsa 1970-an, kemudian menjalani hal serupa pada akhir tahun 2003.
Studi tersebut menyebutkan semua perokok berapa pun jumlah rokok yang mereka isap, ternyata mempunyai risiko kematian sama dan secara pasti mengalami kematian akibat penyakit jantung atau kanker yang berhubungan dengan rokok".
Para peneliti yakin kajian mereka dapat memicu penilaian ulang terhadap program berhenti merokok dengan 'harapan keliru' berslogan, "Kalau tidak bisa berhenti, kurangi."
Namun, mereka mengatakan, pendekatan tersebut bisa dijadikan sebuah "usaha sementara" untuk program mengurangi rokok. (*/rit)