saintsaiya
New member
Ketika resolusi PBB tidak mempan (karena AS selalu menggunakan hak Veto), ketika para pemimpin Liga Arab dan termasuk pemimpin kita hanya bisa melempar kutukan, apalagi yang dapat kita lakukan terhadap aksi barbarian Israel?
"Ziarahlah dan shalatlah disana. Sekiranya tidak mungkin maka kirimkanlah minyak untuk lampu-lampu (menerangi masjid)." Itulah jawaban Nabi Muhammad Saw. ketika ditanya oleh Abdullah ibnu Umar tentang hukumnya menziarahi Baitul Maqdis di Palestina yang dinukil dalam shahih Bukhari.
Dalam konteks ini sikap Pemerintah Turki patut mendapat acungan jempol Perdana Menteri Recep Tayyip Erdogan seperti dilansir Jerusalem Post (3/6) memperingatkan Israel akan kehilangan sekutu dekatnya di Timur Tengah. Sehari kemudian, Erdogan membuktikan ancamannya melalui menteri energi Turki yang mengumumkan penghentian sementara (suspend) kerja sama dengan Israel di bidang infrastruktur dan energi (ynetnews.com). Akankah aksi-aksi nyata seperti ini diikuti masyarakat dunia lainnya?
Meskipun perannya selama ini lebih kepada jalur koordinasi dan bukan perintah, sebetulnya OKI bisa memainkan peran lebih tajam, misalnya dalam perdagangan minyak dunia. Potensi itu sangat terbuka. Dan 12 anggota OPEC yang menyuplai 45 persen kebutuhan minyak dunia, hanya Angola, Venezuela, dan Ekuador yang bukan anggota OKI. ini bisa mengulang sejarah ketika tahun 1973 terjadi krisis minyak. Sebagai rasa simpati untuk membantu Mesir yang berperang melawan Israel, negara-negara Arab (anggota OPEC) mengurangi produksi minyaknya sehingga menyulut krisis minyak. Sampai digambarkan, masyarakat Amerika harus mengantre panjang, bukan satu dua jam, bahkan sampai sehari untuk mendapatkan bensin bagi mobil mereka.
Yang perlu dlilakukan sini, OKI tidak perlu konfrontasi langsung dengan Israel, cukup mencegah anggotanya yang langsung atau tidak langsung menjual minyaknya ke Israel. Bukan hal yang mudah memang, tapi bukan tidak mustahil.
Hampir tidak ada laporan resmi dari mana Israel bisa mendapatkan minyak untuk industri dan mesin perangnya. Barangkali ini salah satu keberhasilan operasi intelijen Israel untuk menamankan pasokan energinya. Beberapa sumber independen yang sebelumnya memuat, misalnya Energy Information Administration (ETA), yang mengklaim sebagai penyedia statistik dan analisis independen sektor energi, tidak lagi meng-up date, bahkan menghapus sama sekali data terkait suplai energi Israel dan situsnya.
Namun, berdasarkan data ETA sebelumnya, wilayah Israel, meskipun terletak di antara negara-negara penghasil minyak, tidak memiliki cadangan energi (minyak dan gas) yang memadai. Kira-kira 470 sumur minyak telah dibor di Israel sejak 1940-an, namun tidak sukses. Cadangan minyak terbukti mereka (proven reserves) per Januari 2006 hanya 2 juta barel. Sedangkan konsumsi minyak mereka pada 2005 hampir mencapai 250 ribu barel per hari
Lalu, dari mana Israel memperoleh suplai energi untuk jet- jet tempur dan tank-tanknya? Masih menurut EIA, Israel sebelumnya mendapatkan aliran emas hitam ini dari Mesir, Afrika Barat, dan Meksiko. Belakangan, mereka dikabarkan mendapatkan sebagian besar dari kebutuhan minyaknya dari Rusia dan negara-negara di kawasan Kaspia.
Yang tidak disebutkan EIA adalah fakta bahwa Israel mendapatkan sebagian suplai minyak dari AS. Menurut World Policy Institute (WPI), Pentagon telah menyetujui pengiriman suplai bahan bakar JP-8 senilai 210 juta dolar untuk Israel. Dengan jumlah ini, pasokan bahan bakar untuk 236 pesawat F-16 dan 89 pesawat F-15 milik Israel akan terjamin.
Sudah menjadi rahasia umum, AS-lah yang menjamin kebutuhan minyak Israel. Dalam sebuah dokumen perjanjian 1975 yang ditandatangani oleh Menteri Pertahanan Israel, Moshe Dayan dan Menlu AS, Cyrus R Vence, disebutkan, AS akan menjamin pasokan minyak ke Israel, termasuk pengirimannya bila tanker komersial tidak mau mengangkutnya.
Sumber : Republika
Bagaimanapun kita mengutuk keras Israel, kita tidak melihat, ternyata dari itu semua Israel mendapat dukungan yang sangat kuat dari negara-negara besar.
"Ziarahlah dan shalatlah disana. Sekiranya tidak mungkin maka kirimkanlah minyak untuk lampu-lampu (menerangi masjid)." Itulah jawaban Nabi Muhammad Saw. ketika ditanya oleh Abdullah ibnu Umar tentang hukumnya menziarahi Baitul Maqdis di Palestina yang dinukil dalam shahih Bukhari.
Dalam konteks ini sikap Pemerintah Turki patut mendapat acungan jempol Perdana Menteri Recep Tayyip Erdogan seperti dilansir Jerusalem Post (3/6) memperingatkan Israel akan kehilangan sekutu dekatnya di Timur Tengah. Sehari kemudian, Erdogan membuktikan ancamannya melalui menteri energi Turki yang mengumumkan penghentian sementara (suspend) kerja sama dengan Israel di bidang infrastruktur dan energi (ynetnews.com). Akankah aksi-aksi nyata seperti ini diikuti masyarakat dunia lainnya?
Meskipun perannya selama ini lebih kepada jalur koordinasi dan bukan perintah, sebetulnya OKI bisa memainkan peran lebih tajam, misalnya dalam perdagangan minyak dunia. Potensi itu sangat terbuka. Dan 12 anggota OPEC yang menyuplai 45 persen kebutuhan minyak dunia, hanya Angola, Venezuela, dan Ekuador yang bukan anggota OKI. ini bisa mengulang sejarah ketika tahun 1973 terjadi krisis minyak. Sebagai rasa simpati untuk membantu Mesir yang berperang melawan Israel, negara-negara Arab (anggota OPEC) mengurangi produksi minyaknya sehingga menyulut krisis minyak. Sampai digambarkan, masyarakat Amerika harus mengantre panjang, bukan satu dua jam, bahkan sampai sehari untuk mendapatkan bensin bagi mobil mereka.
Yang perlu dlilakukan sini, OKI tidak perlu konfrontasi langsung dengan Israel, cukup mencegah anggotanya yang langsung atau tidak langsung menjual minyaknya ke Israel. Bukan hal yang mudah memang, tapi bukan tidak mustahil.
Hampir tidak ada laporan resmi dari mana Israel bisa mendapatkan minyak untuk industri dan mesin perangnya. Barangkali ini salah satu keberhasilan operasi intelijen Israel untuk menamankan pasokan energinya. Beberapa sumber independen yang sebelumnya memuat, misalnya Energy Information Administration (ETA), yang mengklaim sebagai penyedia statistik dan analisis independen sektor energi, tidak lagi meng-up date, bahkan menghapus sama sekali data terkait suplai energi Israel dan situsnya.
Namun, berdasarkan data ETA sebelumnya, wilayah Israel, meskipun terletak di antara negara-negara penghasil minyak, tidak memiliki cadangan energi (minyak dan gas) yang memadai. Kira-kira 470 sumur minyak telah dibor di Israel sejak 1940-an, namun tidak sukses. Cadangan minyak terbukti mereka (proven reserves) per Januari 2006 hanya 2 juta barel. Sedangkan konsumsi minyak mereka pada 2005 hampir mencapai 250 ribu barel per hari
Lalu, dari mana Israel memperoleh suplai energi untuk jet- jet tempur dan tank-tanknya? Masih menurut EIA, Israel sebelumnya mendapatkan aliran emas hitam ini dari Mesir, Afrika Barat, dan Meksiko. Belakangan, mereka dikabarkan mendapatkan sebagian besar dari kebutuhan minyaknya dari Rusia dan negara-negara di kawasan Kaspia.
Yang tidak disebutkan EIA adalah fakta bahwa Israel mendapatkan sebagian suplai minyak dari AS. Menurut World Policy Institute (WPI), Pentagon telah menyetujui pengiriman suplai bahan bakar JP-8 senilai 210 juta dolar untuk Israel. Dengan jumlah ini, pasokan bahan bakar untuk 236 pesawat F-16 dan 89 pesawat F-15 milik Israel akan terjamin.
Sudah menjadi rahasia umum, AS-lah yang menjamin kebutuhan minyak Israel. Dalam sebuah dokumen perjanjian 1975 yang ditandatangani oleh Menteri Pertahanan Israel, Moshe Dayan dan Menlu AS, Cyrus R Vence, disebutkan, AS akan menjamin pasokan minyak ke Israel, termasuk pengirimannya bila tanker komersial tidak mau mengangkutnya.
Sumber : Republika
Bagaimanapun kita mengutuk keras Israel, kita tidak melihat, ternyata dari itu semua Israel mendapat dukungan yang sangat kuat dari negara-negara besar.