Ida_Mulyawati
New member
Meski sudah banyak bukti bahwa merokok saat hamil membuat janin dalam kandungan berisiko mengalami masalah kesehatan jangka panjang, seperti asma, infeksi telinga dan penyakit pernapasan, namun studi terbaru ini adalah yang pertama yang menemukan adanya hubungan antara merokok sebelum melahirkan dengan peningkatan risiko penyakit mental pada janin saat mereka tumbuh di masa kanak-kanak dan dewasa. Adapun penyakit kejiwaan yang berpotensi muncul antara lain attention-deficit/hyperactivity disorder (ADHD) dan depresi.
Tim peneliti dari Turku University Hospital di Finlandia menganalisis rekaman kelahiran lebih dari 175.000 anak-anak di negeri pembuat ponsel Nokia itu pada akhir 1980-an. Selain itu juga mengamati penggunaan obat psikotropika pada anak-anak dan orang dewasa yang belum memasuki usia paruh baya.
Anak-anak yang ketika masih di dalam kandungan terpapar asap rokok, memiliki kemungkinan 32% lebih tinggi untuk mengonsumsi obat psikotropika dibandingkan anak-anak yang ibunya tidak merokok saat hamil. Risiko itu bahkan lebih tinggi pada anak-anak yang ibunya merokok lebih dari satu pak sehari semasa hamil.
Anak-anak dari ibu yang maniak rokok ini memiliki risiko 44% lebih tinggi untuk memakai obat terlarang ketimbang anak-anak yang ibunya tidak merokok.
Penulis hasil studi ini, Mikael Ekblad, mengatakan sejumlah penelitian terhadap hewan menunjukkan bahwa paparan nikotin pada janin akan mempengaruhi perkembangan sel-sel otak janin.
"Dalam studi kami sebelumnya yang dipublikasikan dalam Journal of Pediatrics pada Februari 2010, kami menemukan bahwa bayi yang lahir prematur yang terpapar asap rokok saat masih dalam kandungan, ternyata memiliki volume otak frontal dan cerebellar yang lebih kecil dibandingkan dengan bayi yang ibunya tidak pernah merokok. Wilayah otak ini berperan besar dalam perkembangan kognitif normal," ujar Ekblad, yang juga peneliti pediatri itu.
sumber : kompas
Tim peneliti dari Turku University Hospital di Finlandia menganalisis rekaman kelahiran lebih dari 175.000 anak-anak di negeri pembuat ponsel Nokia itu pada akhir 1980-an. Selain itu juga mengamati penggunaan obat psikotropika pada anak-anak dan orang dewasa yang belum memasuki usia paruh baya.
Anak-anak yang ketika masih di dalam kandungan terpapar asap rokok, memiliki kemungkinan 32% lebih tinggi untuk mengonsumsi obat psikotropika dibandingkan anak-anak yang ibunya tidak merokok saat hamil. Risiko itu bahkan lebih tinggi pada anak-anak yang ibunya merokok lebih dari satu pak sehari semasa hamil.
Anak-anak dari ibu yang maniak rokok ini memiliki risiko 44% lebih tinggi untuk memakai obat terlarang ketimbang anak-anak yang ibunya tidak merokok.
Penulis hasil studi ini, Mikael Ekblad, mengatakan sejumlah penelitian terhadap hewan menunjukkan bahwa paparan nikotin pada janin akan mempengaruhi perkembangan sel-sel otak janin.
"Dalam studi kami sebelumnya yang dipublikasikan dalam Journal of Pediatrics pada Februari 2010, kami menemukan bahwa bayi yang lahir prematur yang terpapar asap rokok saat masih dalam kandungan, ternyata memiliki volume otak frontal dan cerebellar yang lebih kecil dibandingkan dengan bayi yang ibunya tidak pernah merokok. Wilayah otak ini berperan besar dalam perkembangan kognitif normal," ujar Ekblad, yang juga peneliti pediatri itu.
sumber : kompas