Dipi76
New member
Banyak motede2 penyiksaan yang dipakai pada abad pertengahan yang ditujukan untuk menghukum orang atau membuat suatu pengakuan dari orang yang disiksa. Tapi meski begitu, tidak semua hukuman yang dijatuhkan harus dijalankan dengan penyiksaan dan penyiksaan2 ini tidaklah terlalu sering dilakukan. Kebanyakan kota-kota di Eropa pada abad pertengahan mempunyai dewan pengadilan yang memutuskan apakah seseorang itu bersalah atau tidak. Dan dari dewan pengadilan tersebut, hanya untuk kasus-kasus yang dirasakan sebagai sebuah suatu pelanggaran yang berat sajalah yang harus melalui penyiksaan, seperti dalam kasus pembunuhan, penyelewengan atau pengkhianatan. Selebihnya kebanyakan hanya dijatuhi hukuman penjara atau diusir dari kota tersebut.
Di kota-kota besar seperti London, misalnya, banyak sekali terdapat kastil yang mempunyai ruang penyiksaan. Biasanya ruangan penyiksaan itu ada di bawah tanah atau di tower yang paling atas, agar supaya jauh dari khalayak ramai. Tapi ada juga penyiksaan yang dilakukan tersebut ditunjukkan di muka umum untuk memberi efek kejut bagi orang lainnya.
Inilah diantaranya beberapa metode pelaksanaan penyiksaan tersebut:
Judas Cradle
Judas cradle adalah bentuk penyiksaan yang sangat kejam, di mana korban akan didudukkan di atas kursi yang berbentuk piramida dengan keadaan kaki dan tangan terikat. Posisi terikatnya kaki diatur sedemikian rupa sehingga memaksa korban untuk selalu menggerakkan kakinya, yang semakin banyak bergerak akan semakin membuat korban lebih menderita.
Kursi segitiga itu akan dimasukkan ke dalam anus atau vagina korban, yang akan berlangsung selama beberapa jam atau bahkan seharian penuh sampai korban membuat pengakuan atau meninggal dunia. Kondisi korban biasanya dalam keadaan telanjang, yang bisa menimbulkan efek penghinaan bagi korban. Kaki korban terkadang ditambahi dengan suatu pemberat yang akan menambah rasa nyeri dan sakit.
Alat ini tidak pernah dicuci dan dibersihkan, sehingga ketika korban tidak mati dengan cepat, dia akan mati perlahan akibat infeksi yang dideritanya.
Di Jerman alat ini disebut sebagai Judaswiege, di Italia disebut dengan Culla di Guida, dan di Perancis disebut dengan the Wake.
Coffin Torture
Metode ini adalah salah satu metode yang paling ditakuti di abad pertengahan. Dengan melihat gambar di atas mungkin kita sudah tahu alasannya mengapa hal itu sangat ditakuti.
Korban akan dimasukkan ke dalam peti tersebut dengan kondisi yang sangat tidak nyaman. Peti ini mempunyai banyak ukuran, di mana ukuran tersebut akan disesuaikan dengan kondisi korban. Untuk korban yang kelebihan berat badan akan dipilih peti yang kecil, sedangkan untuk korban yang berbadan kecil akan dipilih peti yang berukuran besar.
Lamanya hukuman ini tergantung dari jenis pelanggaran yang dilakukan. Untuk pelanggaran berat semacam penghujatan terhadap agama, korban akan dikurung di dalam peti tersebut dalam waktu berhari-hari dibawah sinar matahari dan membiarkan hewan memakannya perlahan-lahan.
Biasanya hukuman ini dilakukan di tempat umum, di mana banyak orang yang bisa melihat. Orang-orang yang berlalu lalang kemudian akan mengejek korban dan melemparinya dengan berbagai macam benda.
Burning at The Stake
Dibakar pada sebuah tiang kayu merupakan sebuah bentuk hukuman yang sering dilakukan pada masa abad pertengahan. Hukuman ini dijatuhkan pada para penghujat agama, orang yang dituduh melakukan sihir dan pencuri. Prosesnya sangat sederhana, korban diikat ditiang pancang kayu yang dikelilingi oleh tumpukan kayu bakar, lalu api dinyalakan pada tumpukan kayu tersebut.
Biasanya hanya diperlukan waktu setengah jam sampai korban kehilangan kesadaran. Tapi akan berlangsung lama jika ada hembusan angin yang kuat, sehingga hal ini makin membuat korban semakin tersiksa. Korban biasanya sebelum dibakar sudah melalui proses penyiksaan yang lain. Hal yang bak buah simalakama, ketika korban tidak mengaku dia akan terus disiksa sampai mati, tapi ketika dia mengakui kesalahannya dia akan dibakar. Metode ini banyak dipakai di Eropa pada sekitar abad ke 17 saat di mana sedang sering-seringnya wanita dituduh sebagai seorang penyihir.
Dunking
Hukuman ini dilakukan pada seseorang wanita yang dituduh sebagai penyihir. Korban akan didudukkan pada sebuah kursi yang dibuat sedemikian rupa dengan alat pengungkit. Si algojo akan mencelupkan korban ke dalam sungai atau danau, lalu ketika korban akan jatuh pingsan algojo akan mengangkatnya kembali. Begitu berulang-ulang sampai korban mau mengakui bahwa dia adalah seorang penyihir.
Metode ini banyak dipakai di Inggris, Perancis dan Spanyol.
The Brazen Bull
Metode ini diadopsi dari metode penyiksaan pada jaman Yunani Kuno. Korban akan dimasukkan kedalam sebuah benda yang menyerupai banteng asli dan terbuat dari kuningan. Di bawah banteng tersebut akan dibakar dengan menggunakan tumpukan kayu bakar. Korban akan mati secara perlahan-lahan selam proses pembakaran tersebut.
Metode ini ditemukan oleh orang Yunani yang bernama Perillos, sebagai pesanan dari penguasa tiran saat itu yang bernama Phalaris. Ketika Perillos selesai membuat benda ini, Phalaris memerintahkannya untuk mecoba benda ini untuk pertama kalinya, dan Perillos merupakan korban pertama yang mati karena alat ini. )
Saw Torture
Penyiksaan jenis ini sangat umum dilakukan pada masa abad pertengahan. Dipakai untuk menyiksa seseorang yang dituduh berzinah, pencuri, penyihir, penghujat agama dan pembunuh.
Tertuduh akan diikat dengan kaki di atas dan kepala di bawah, dengan tujuan agar darah mengalir ke otak. Korban yang dalam keadaan telanjang akan dipotong oleh 2 orang algojo dengan menggunakan gergaji mulai dari pangkal paha sampai menjadi 2 bagian. Selain itu juga terkadang pemotongan hanya sampai ke batas perut, supaya si tertuduh lebih tersiksa dan mati secara perlahan.
The Virgin of Nuremberg (The Maiden)
The Iron Maiden atau dikenal juga sebagai The Virgin of Nuremberg adalah sebuah perangkat yang dipakai pada abad 16 untuk meyiksa penjahat.
Dengan tinggi sekitar 7 meter, alat ini dapat menampung semua ukuran bentuk tubuh. Korban akan diikat di dalam Maiden tersebut, kemudian satu dari dua pintu akan ditutup yang paku-paku besinya akan menembus tubuh korban, kemudian pintu kedua juga akan ditutup yang akan menambah rasa sakit dari korban. Teriakan korban tidak akan terdengar di luar, begitu juga keadaan di dalam Maiden yang tidak bisa melihat serta mendengar keadaan di luar. Hal ini tentu saja merupakan sebuah siksaan fisik maupun psikologis bagi yang menjalankannya.
Beberapa saat kemudian, pintu akan dibuka dengan posisi korban tetap seperti awal, lalu pintu akan ditutup kembali dan posisi paku masih tetap menembus pada titik awal tadi. Begitu berulang-ulang sehingga kematian korban akan terjadi dalam waktu yang lama bahkan berhari-hari.
Masih banyak metode yang lain, nanti kita lanjutkan.....
Gambar: Medievality.com
-dipi-
Di kota-kota besar seperti London, misalnya, banyak sekali terdapat kastil yang mempunyai ruang penyiksaan. Biasanya ruangan penyiksaan itu ada di bawah tanah atau di tower yang paling atas, agar supaya jauh dari khalayak ramai. Tapi ada juga penyiksaan yang dilakukan tersebut ditunjukkan di muka umum untuk memberi efek kejut bagi orang lainnya.
Inilah diantaranya beberapa metode pelaksanaan penyiksaan tersebut:
Judas Cradle
Judas cradle adalah bentuk penyiksaan yang sangat kejam, di mana korban akan didudukkan di atas kursi yang berbentuk piramida dengan keadaan kaki dan tangan terikat. Posisi terikatnya kaki diatur sedemikian rupa sehingga memaksa korban untuk selalu menggerakkan kakinya, yang semakin banyak bergerak akan semakin membuat korban lebih menderita.
Kursi segitiga itu akan dimasukkan ke dalam anus atau vagina korban, yang akan berlangsung selama beberapa jam atau bahkan seharian penuh sampai korban membuat pengakuan atau meninggal dunia. Kondisi korban biasanya dalam keadaan telanjang, yang bisa menimbulkan efek penghinaan bagi korban. Kaki korban terkadang ditambahi dengan suatu pemberat yang akan menambah rasa nyeri dan sakit.
Alat ini tidak pernah dicuci dan dibersihkan, sehingga ketika korban tidak mati dengan cepat, dia akan mati perlahan akibat infeksi yang dideritanya.
Di Jerman alat ini disebut sebagai Judaswiege, di Italia disebut dengan Culla di Guida, dan di Perancis disebut dengan the Wake.
Coffin Torture
Metode ini adalah salah satu metode yang paling ditakuti di abad pertengahan. Dengan melihat gambar di atas mungkin kita sudah tahu alasannya mengapa hal itu sangat ditakuti.
Korban akan dimasukkan ke dalam peti tersebut dengan kondisi yang sangat tidak nyaman. Peti ini mempunyai banyak ukuran, di mana ukuran tersebut akan disesuaikan dengan kondisi korban. Untuk korban yang kelebihan berat badan akan dipilih peti yang kecil, sedangkan untuk korban yang berbadan kecil akan dipilih peti yang berukuran besar.
Lamanya hukuman ini tergantung dari jenis pelanggaran yang dilakukan. Untuk pelanggaran berat semacam penghujatan terhadap agama, korban akan dikurung di dalam peti tersebut dalam waktu berhari-hari dibawah sinar matahari dan membiarkan hewan memakannya perlahan-lahan.
Biasanya hukuman ini dilakukan di tempat umum, di mana banyak orang yang bisa melihat. Orang-orang yang berlalu lalang kemudian akan mengejek korban dan melemparinya dengan berbagai macam benda.
Burning at The Stake
Dibakar pada sebuah tiang kayu merupakan sebuah bentuk hukuman yang sering dilakukan pada masa abad pertengahan. Hukuman ini dijatuhkan pada para penghujat agama, orang yang dituduh melakukan sihir dan pencuri. Prosesnya sangat sederhana, korban diikat ditiang pancang kayu yang dikelilingi oleh tumpukan kayu bakar, lalu api dinyalakan pada tumpukan kayu tersebut.
Biasanya hanya diperlukan waktu setengah jam sampai korban kehilangan kesadaran. Tapi akan berlangsung lama jika ada hembusan angin yang kuat, sehingga hal ini makin membuat korban semakin tersiksa. Korban biasanya sebelum dibakar sudah melalui proses penyiksaan yang lain. Hal yang bak buah simalakama, ketika korban tidak mengaku dia akan terus disiksa sampai mati, tapi ketika dia mengakui kesalahannya dia akan dibakar. Metode ini banyak dipakai di Eropa pada sekitar abad ke 17 saat di mana sedang sering-seringnya wanita dituduh sebagai seorang penyihir.
Dunking
Hukuman ini dilakukan pada seseorang wanita yang dituduh sebagai penyihir. Korban akan didudukkan pada sebuah kursi yang dibuat sedemikian rupa dengan alat pengungkit. Si algojo akan mencelupkan korban ke dalam sungai atau danau, lalu ketika korban akan jatuh pingsan algojo akan mengangkatnya kembali. Begitu berulang-ulang sampai korban mau mengakui bahwa dia adalah seorang penyihir.
Metode ini banyak dipakai di Inggris, Perancis dan Spanyol.
The Brazen Bull
Metode ini diadopsi dari metode penyiksaan pada jaman Yunani Kuno. Korban akan dimasukkan kedalam sebuah benda yang menyerupai banteng asli dan terbuat dari kuningan. Di bawah banteng tersebut akan dibakar dengan menggunakan tumpukan kayu bakar. Korban akan mati secara perlahan-lahan selam proses pembakaran tersebut.
Metode ini ditemukan oleh orang Yunani yang bernama Perillos, sebagai pesanan dari penguasa tiran saat itu yang bernama Phalaris. Ketika Perillos selesai membuat benda ini, Phalaris memerintahkannya untuk mecoba benda ini untuk pertama kalinya, dan Perillos merupakan korban pertama yang mati karena alat ini. )
Saw Torture
Penyiksaan jenis ini sangat umum dilakukan pada masa abad pertengahan. Dipakai untuk menyiksa seseorang yang dituduh berzinah, pencuri, penyihir, penghujat agama dan pembunuh.
Tertuduh akan diikat dengan kaki di atas dan kepala di bawah, dengan tujuan agar darah mengalir ke otak. Korban yang dalam keadaan telanjang akan dipotong oleh 2 orang algojo dengan menggunakan gergaji mulai dari pangkal paha sampai menjadi 2 bagian. Selain itu juga terkadang pemotongan hanya sampai ke batas perut, supaya si tertuduh lebih tersiksa dan mati secara perlahan.
The Virgin of Nuremberg (The Maiden)
The Iron Maiden atau dikenal juga sebagai The Virgin of Nuremberg adalah sebuah perangkat yang dipakai pada abad 16 untuk meyiksa penjahat.
Dengan tinggi sekitar 7 meter, alat ini dapat menampung semua ukuran bentuk tubuh. Korban akan diikat di dalam Maiden tersebut, kemudian satu dari dua pintu akan ditutup yang paku-paku besinya akan menembus tubuh korban, kemudian pintu kedua juga akan ditutup yang akan menambah rasa sakit dari korban. Teriakan korban tidak akan terdengar di luar, begitu juga keadaan di dalam Maiden yang tidak bisa melihat serta mendengar keadaan di luar. Hal ini tentu saja merupakan sebuah siksaan fisik maupun psikologis bagi yang menjalankannya.
Beberapa saat kemudian, pintu akan dibuka dengan posisi korban tetap seperti awal, lalu pintu akan ditutup kembali dan posisi paku masih tetap menembus pada titik awal tadi. Begitu berulang-ulang sehingga kematian korban akan terjadi dalam waktu yang lama bahkan berhari-hari.
Masih banyak metode yang lain, nanti kita lanjutkan.....
Gambar: Medievality.com
-dipi-