andree_erlangga
New member
Para tentara meningkatkan patroli dan pemeriksaan di sekitar Beirut, Jumat (26/1), menyusul adanya jam malam yang diterapkan untuk meredam pertikaian antara faksi pro pemerintah dukungan Barat dengan demonstran Hizbulah yang berusaha menggulingkannya.
Perintah larangan ke luar rumah yang dicabut dini hari, dilakukan setelah kelompok-kelompok bertikai mengubah sebuah kampus menjadi zona perang yang menewaskan sedikitnya empat orang ketika para demonstran beringas membawa senjata tongkat dan batu. Pascapencabutan jam malam, sekolah-sekolah dan universitas-universitas tutup masih tutup.
Lalu lintas mulai normal kembali di jalan distrik-distrik utama Sunni di Beirut setelah tentara mencabut jam malam pukul 06.00 waktu setempat, meski masih ada kekhawatiran bentrokan akan meletus kembali.
Ini merupakan jam malam pertama di Beirut sejak perang saudara tahun 1975-1990.
�Situasi sangat buruk. Situasi di sini seperti di Irak,� kata seorang pedagang sayuran di satu daerah Beirut yang dihuni berbagai kelompok.
Empat orang tewas dalam bentrokan antara para aktivis yang pro dan antipemerintah, Kamis (25/1). Sekitar 200 orang juga cedera dalam aksi kekerasan yang terjadi setelah perkelahian antara mahasiswa di sebuah universitas Beirut.
Menurut para saksi mata, beberapa pejalan kaki dipukul gara-gara identitas sektarian. Empat orang yang tewas itu termasuk dua mahasiswa warga Syiah dan seorang pendukung pemerintah yang dipimpin Sunni.
Dubes AS untuk Beirut Jeffrey Feltman, yang negaranya mendukung PM Fouad Siniora menentang Hizbullah, mengatakan situasi menjadi sangat berbahaya dan Suriah kembali terlibat.
Pemimpin Hizbullah Sayyed Hassan Nasrallah mengeluarkan sebuah fatwa, yang menyerukan para pendukungnya untuk meninggalkan jalan-jalan. Pemimpin Sunni Saad al Hariri mendesak para pendukungnya untuk menahan diri.�Saya mengimbau kepada siapapun untuk kembali tenang,� kata Siniora, yang berpidato dari Paris.
Dia di sana menghadiri konferensi yang mengusahakan bantuan untuk membantu keuangan Lebanon dan perbaikan prasarana yang hancur akibat perang antara Israel dan Hizbullah tahu lalu
Perintah larangan ke luar rumah yang dicabut dini hari, dilakukan setelah kelompok-kelompok bertikai mengubah sebuah kampus menjadi zona perang yang menewaskan sedikitnya empat orang ketika para demonstran beringas membawa senjata tongkat dan batu. Pascapencabutan jam malam, sekolah-sekolah dan universitas-universitas tutup masih tutup.
Lalu lintas mulai normal kembali di jalan distrik-distrik utama Sunni di Beirut setelah tentara mencabut jam malam pukul 06.00 waktu setempat, meski masih ada kekhawatiran bentrokan akan meletus kembali.
Ini merupakan jam malam pertama di Beirut sejak perang saudara tahun 1975-1990.
�Situasi sangat buruk. Situasi di sini seperti di Irak,� kata seorang pedagang sayuran di satu daerah Beirut yang dihuni berbagai kelompok.
Empat orang tewas dalam bentrokan antara para aktivis yang pro dan antipemerintah, Kamis (25/1). Sekitar 200 orang juga cedera dalam aksi kekerasan yang terjadi setelah perkelahian antara mahasiswa di sebuah universitas Beirut.
Menurut para saksi mata, beberapa pejalan kaki dipukul gara-gara identitas sektarian. Empat orang yang tewas itu termasuk dua mahasiswa warga Syiah dan seorang pendukung pemerintah yang dipimpin Sunni.
Dubes AS untuk Beirut Jeffrey Feltman, yang negaranya mendukung PM Fouad Siniora menentang Hizbullah, mengatakan situasi menjadi sangat berbahaya dan Suriah kembali terlibat.
Pemimpin Hizbullah Sayyed Hassan Nasrallah mengeluarkan sebuah fatwa, yang menyerukan para pendukungnya untuk meninggalkan jalan-jalan. Pemimpin Sunni Saad al Hariri mendesak para pendukungnya untuk menahan diri.�Saya mengimbau kepada siapapun untuk kembali tenang,� kata Siniora, yang berpidato dari Paris.
Dia di sana menghadiri konferensi yang mengusahakan bantuan untuk membantu keuangan Lebanon dan perbaikan prasarana yang hancur akibat perang antara Israel dan Hizbullah tahu lalu