fajarsany
New member
Brak! Suara pintu dibanting yang menggetarkan jendela, terdengar sangat jelas. Eka berlari menyusuri kamar-kamar kos di sebelah kirinya. Wajahnya terlihat merah dengan kedua matanya yang terbuka lebar.
Dia mengetuk beberapa kamar, tapi tidak ada respon. Keadaan begitu sepi, seakan seluruh penghuninya tidak berada di dalam. Padahal bukan hari libur.
Di depan, dia bertemu dengan Dadan, pemilik warung sebelah yang dekat dengan para penghuni kos.
"Neng Eka, sore gini kok lari-lari kayak dikejar hantu, ada apa?"
Eka memegang pundak Dadan. "Pak... tolong saya pak..." Nafasnya tersengal-sengal sambil menunjuk-nunjuk kearah kosan.
"Gina pak... Gina..."
"Kenapa?"
"Dia bunuh diri di kamar."
Beberapa saat kemudian, datang Hani, teman kuliahnya, tapi tidak ngekos disana.
"Hey ada apa sepertinya ada masalah?"
"Ah nanti dijelasin neng, sekarang ikut aja ke dalam!"
Mereka bertiga berlari menuju kamar yang terletak di ujung.
Dengan wajah tegang, Dadan dan Hani memasuki kamar tersebut.
"Hah... mana?" Tanya Hani.
Eka menggaruk-garuk kepalanya kebingungan. "Tadi disini...tadi disini dia gantung diri pake kabel!"
"Tapi ini gak ada neng?" Kata Dadan.
"Kamu ngelindur?" Tanya Hani.
"Aku gak bohong Ni, tadi aku bener-bener ngeliat dia ngegantung disini... disini!"
"Ah kamu mungkin lagi stres gara-gara kebanyakan tugas, gapunya uang, atau lagi guntreng sama si aa." Kata Hani sambil memegang pangkal lengan kanan Eka. "Udah sekarang mah gini aja, kita ke warung Pak Dadan nenangin diri, tenang, ntar aku yang bayar."
Mereka bertiga berjalan pelan. Dadan dan Hani meliuk-liuk ke setiap penjuru.
"Sepi sekali." Kata Dadan.
Wajah Eka masih tampak bingung, dia tidak percaya dengan apa yang baru saja dilihatnya.
Hani memegang pundaknya, "Menurut penelitian, dibanding laki-laki, perempuan lebih mudah berhalusinasi ketika mengalami masalah. Itulah kenapa perempuan tidak boleh melakukan pekerjaan berat yang menguras banyak tenaga, baik pikiran maupun fisik."
Eka tidak membalas omongan Hani.
"Ada juga yang bilang kalau untuk menyadarkan orang yang sedang berhalusinasi, seperti tidak merespon pembicaraan temannya adalah..."
"Dengan menceburkannya ke air!"
Hani mendorong Eka ke sebuah kolam ikan disampingnya. Beruntung ikan di kolam tersebut sedang tidak ada.
Eka langsung bangkit dan memandang ke arah Hani sambil menyibak rambutnya yang basah menutupi mata. Dia melihat beberapa orang yang dikenalnya keluar dari kamar kos. Beberapa dari mereka membawa kertas besar yang bertuliskan: SELAMAT ULANG TAHUN YANG KE-20 EKA
Kemudian datang Gina sambil membawa bolu yang sudah dipasangi lilin yang menyala. Dia menyodorkannya pada Eka yang masih terpaku di kolam.
"Tiup Ka!" Kata Gina.
"Liat itu zombie nyuruh niup lilin." Kata Hani.
Eka meniup lilinnya sambil senyam-senyum. "Sialan, aku lupa kalau sekarang bulan April." Gerutunya dalam hati.
"Wah konspirasi tingkat tinggi sampe ngelibatin Pak Dadan." Kata Eka.
"Hehe... maap neng..." kata Dadan.
Para penghuni kos yang lain keluar dari dalam kamarnya menonton Eka sambil tertawa-tawa.
Gina terus cekikikan puas meski terkadang mengusap-ngusap lehernya yang nampak merah.
"Untung dia gak lama-lama ngeliatin aku ngegantung, kalo iya, bisa mati beneran aku." Katanya dalam hati.
Dia mengetuk beberapa kamar, tapi tidak ada respon. Keadaan begitu sepi, seakan seluruh penghuninya tidak berada di dalam. Padahal bukan hari libur.
Di depan, dia bertemu dengan Dadan, pemilik warung sebelah yang dekat dengan para penghuni kos.
"Neng Eka, sore gini kok lari-lari kayak dikejar hantu, ada apa?"
Eka memegang pundak Dadan. "Pak... tolong saya pak..." Nafasnya tersengal-sengal sambil menunjuk-nunjuk kearah kosan.
"Gina pak... Gina..."
"Kenapa?"
"Dia bunuh diri di kamar."
Beberapa saat kemudian, datang Hani, teman kuliahnya, tapi tidak ngekos disana.
"Hey ada apa sepertinya ada masalah?"
"Ah nanti dijelasin neng, sekarang ikut aja ke dalam!"
***
Mereka bertiga berlari menuju kamar yang terletak di ujung.
Dengan wajah tegang, Dadan dan Hani memasuki kamar tersebut.
"Hah... mana?" Tanya Hani.
Eka menggaruk-garuk kepalanya kebingungan. "Tadi disini...tadi disini dia gantung diri pake kabel!"
"Tapi ini gak ada neng?" Kata Dadan.
"Kamu ngelindur?" Tanya Hani.
"Aku gak bohong Ni, tadi aku bener-bener ngeliat dia ngegantung disini... disini!"
"Ah kamu mungkin lagi stres gara-gara kebanyakan tugas, gapunya uang, atau lagi guntreng sama si aa." Kata Hani sambil memegang pangkal lengan kanan Eka. "Udah sekarang mah gini aja, kita ke warung Pak Dadan nenangin diri, tenang, ntar aku yang bayar."
***
Mereka bertiga berjalan pelan. Dadan dan Hani meliuk-liuk ke setiap penjuru.
"Sepi sekali." Kata Dadan.
Wajah Eka masih tampak bingung, dia tidak percaya dengan apa yang baru saja dilihatnya.
Hani memegang pundaknya, "Menurut penelitian, dibanding laki-laki, perempuan lebih mudah berhalusinasi ketika mengalami masalah. Itulah kenapa perempuan tidak boleh melakukan pekerjaan berat yang menguras banyak tenaga, baik pikiran maupun fisik."
Eka tidak membalas omongan Hani.
"Ada juga yang bilang kalau untuk menyadarkan orang yang sedang berhalusinasi, seperti tidak merespon pembicaraan temannya adalah..."
"Dengan menceburkannya ke air!"
Hani mendorong Eka ke sebuah kolam ikan disampingnya. Beruntung ikan di kolam tersebut sedang tidak ada.
Eka langsung bangkit dan memandang ke arah Hani sambil menyibak rambutnya yang basah menutupi mata. Dia melihat beberapa orang yang dikenalnya keluar dari kamar kos. Beberapa dari mereka membawa kertas besar yang bertuliskan: SELAMAT ULANG TAHUN YANG KE-20 EKA
Kemudian datang Gina sambil membawa bolu yang sudah dipasangi lilin yang menyala. Dia menyodorkannya pada Eka yang masih terpaku di kolam.
"Tiup Ka!" Kata Gina.
"Liat itu zombie nyuruh niup lilin." Kata Hani.
Eka meniup lilinnya sambil senyam-senyum. "Sialan, aku lupa kalau sekarang bulan April." Gerutunya dalam hati.
"Wah konspirasi tingkat tinggi sampe ngelibatin Pak Dadan." Kata Eka.
"Hehe... maap neng..." kata Dadan.
Para penghuni kos yang lain keluar dari dalam kamarnya menonton Eka sambil tertawa-tawa.
Gina terus cekikikan puas meski terkadang mengusap-ngusap lehernya yang nampak merah.
"Untung dia gak lama-lama ngeliatin aku ngegantung, kalo iya, bisa mati beneran aku." Katanya dalam hati.