Megha
New member
Ciuman/Kecupan
Ciuman adalah perbuatan menekankan bibir seseorang terhadap salah satu anggota tubuh diri sendiri atau orang lain. Pandangan budaya terhadap tindakan mencium sangatlah bervariasi. Sebuah ciuman dapat digunakan untuk menyatakan banyak perasaan, antara lain cinta, gairah, kasih sayang, rasa hormat, salam, dan persahabatan. Saat ini, ciuman telah menjadi ungkapan umum perasaan kasih sayang pada banyak budaya di berbagai belahan dunia. Namun dalam budaya-budaya tertentu, tindakan berciuman diperkenalkan setelah melakukan kontak dengan budaya Eropa; sebelum kontak tersebut, berciuman bukan aktivitas rutin. Contoh untuk hal ini antara lain termasuk pada masyarakat adat tertentu dari Australia, Tahiti, serta pada berbagai suku di Afrika.
Banyak mamalia, burung, dan serangga saling membelai dan tampak seperti berciuman dengan rasa cinta, tetapi mereka tidaklah berciuman seperti halnya manusia. Di masyarakat Barat, ciuman paling sering dilakukan sebagai tindakan romantis.
Asal-usul
Asal-usul ciuman dipelajari di awal abad ke-20 oleh sejarawan alam Ernest Crawley. Ia menulis bahwa ciuman adalah ekspresi universal dalam kehidupan sosial yang mewakili perasaan kasih sayang, cinta (cinta seksual, cinta orang tua, cinta anak), dan penghormatan. Menurut Crawley, sentuhan adalah "ibu dari perasaan," dan ciuman merupakan bentuk sentuhan yang menunjukkan hubungan yang intim. Menurutnya, ciuman sangat jarang terjadi di masyarakat yang rendah dan setengah-beradab, dan lebih banyak dilakukan dalam masyarakat yang lebih beradab. Namun di antara peradaban-peradaban tingkat tinggi, ada suatu perbedaan: di Mesir kuno ciuman tampaknya tidak dikenal tetapi ciuman banyak dilakukan di Yunani, Assyria, dan India.
Ciuman cinta, menurut antropolog abad ke-19, Cesare Lombroso, berasal dan berkembang dari ciuman keibuan. Crawley mendukung pandangan ini dengan menyatakan bahwa masyarakat Jepang, sebelum abad ke-20 tidak melakukan ciuman kecuali ibu kepada anaknya, sedangkan di Afrika dan daerah lain sudah biasa dilakukan ciuman antara suami dan istri, atau antarkekasih. Ciuman dalam masyarakat Barat digunakan dalam berbagai upacara dan acara keagamaan karena ciuman dianggap sebagai tindakan suci. Secara umum, meskipun telah ada sejak zaman primitif, ciuman mengalami banyak perkembangan dalam budaya Barat.
Di masa modern, para ilmuwan melakukan pemindaian otak pada orang-orang ketika sedang melakukan hubungan romantis. Beberapa studi menunjukan bahwa setelah "kencan pertama yang sempurna," sebuah sistem di dalam otak menjadi aktif dan itu sama dengan ketika seseorang mengonsumsi kokain. Dalam studi mengenai kasih sayang antara para kekasih, ketika peserta melihat foto pasangan mereka, otak mereka dibanjiri dopamin, bahan kimia internal yang dilepaskan ketika seseorang melakukan sesuatu yang sangat menyenangkan.
Privasi dalam ciuman
Untuk mencapai tingkat yang romatis, ciuman biasanya memerlukan privasi. Menurut Cane, ciuman romantis memerlukan lebih dari kedekatan sederhana dan juga perlu adanya keintiman atau privasi. Psikolog terkenal Wilhelm Reich "mengecam masyarakat" karena tidak memberikan para pemuda cukup privasi dan membuat mereka sulit untuk hanya bersama kekasihnya. Namun, Cane menjelaskan betapa banyaknya pencinta tetap bisa mencapai keromantisan meskipun berada di tempat umum. Dia menambahkan, "Dengan cara ini mereka dapat berciuman di depan umum bahkan di sebuah plaza yang ramai dan tetap romantis." Meskipun demikian, ketika orang diminta untuk menggambarkan tempat mereka berciuman yang paling romantis, jawaban mereka hampir selalu merujuk kepada tempat tempat yang sepi, misalnya kebun apel, pantai, padang tempat melihat bintang, atau kolam di daerah terpencil.
Ciuman dalam budaya
Ciuman dalam budaya Barat merupakan perkembangan yang cukup baru dan bahkan jarang disebutkan dalam literatur Yunani. Pada Abad Pertengahan, ciuman dianggap sebagai tanda yang menunjukkan golongan kelas atas. Budaya-budaya lainnya memiliki definisi dan penggunaan yang berbeda-beda mengenai ciuman. Di Cina, misalnya, kasih sayang diekspresikan dengan cara menggosokkan hidung pada pipi orang lain. Di Jepang, ciuman merupakan bukti kasih sayang tapi bukan cinta, ibu mencium anaknya tetapi para kekasih tidak saling berciuman. Dalam budaya Timur, ciuman memang tidak umum dilakukan.
Ciuman dalam agama
Dalam beberapa kebudayaan, ciuman merupakan simbol penghormatan, seperti para Anglo-Saxon yang mencium Alkitab. Dalam periode awal Kristen, ciuman adalah suatu ritual, dan hingga kini masih dianggap seperti itu dalam kegiatan tertentu, seperti ketika mencium kaki Paus, relik, atau cincin uskup. Crawley menyatakan bahwa ciuman sangatlah penting dalam agama untuk menunjukkan bahwa ciuman adalah suatu ritual. Di Gereja, ritual ciuman dilakukan setelah prosesi pembaptisan, juga sebagai penghormatan kepada orang-orang suci dan pahlawan agama. Crawley mencontohkan, "Yusuf mencium Yakub, dan Paulus dicium oleh murid-muridnya. Yusuf mencium ayahnya yang telah meninggal," dan kebiasaan ini dipertahankan dalam peradaban kita sebagai ciuman perpisahan pada saudara yang telah meninggal, walaupun sekte tertentu melarang hal ini.
Ada unsur khas dalam ritual Kristen yang diamati oleh Justin pada abad kedua dan kini disebut sebagai ciuman perdamaian. Conybeare berpendapat bahwa ciuman ini berasal dari Sinagog Yahudi sementara Philo, filsuf Yahudi kuno menyebutnya ciuman kerukunan. Crawley menjelaskan, "Firman Allah membawa permusuhan bersama dengan kerukunan dan ciuman cinta." Santo Siril juga menulis bahwa "ciuman ini adalah tanda bahwa jiwa kita bersatu, dan bahwa kita membuang semua ingatan tentang luka."
Dalam Islam, kaum Muslim berusaha untuk menyentuh atau mencium Hajar Aswad ketika melaksanakan ibadah haji atau umrah. Mereka melakukannya karena mengikuti apa yang dilakukan oleh Muhammad.
Jenis ciuman
Christopher Nyrop, dalam bukunya The Kiss and its History (1901), menjelaskan lima jenis ciuman utama: ciuman cinta, ciuman kasih sayang, ciuman kedamaian, ciuman penghormatan, dan ciuman persahabatan. Ia mengakui, bagaimanapun, bahwa kategori ini agak dibuat-buat dan tumpang tindih, dan bahkan budaya lain memiliki lebih banyak jenis ciuman, misalnya Perancis, (dua puluh) dan Jerman (tiga puluh).
Ciuman cinta
Berciuman adalah aktivitas seksual yang paling umum dilakukan oleh remaja Amerika Serikat selain berpegangan tangan (sekitar 85% remaja berusia 15,6 tahun di Amerika Serikat pernah melakukannya). Nyrop membahas pentingnya ciuman sebagai ekspresi langsung dari cinta dan emosi erotis. Ia menggambarkan ciuman cinta sebagai "pesan gembira dari kerinduan cinta, keabadian cinta, dan hasrat." Ia menambahkan, bahwa ciuman cinta "menganugerahkan perasaan memabukkan serta kebahagiaan yang tak terbatas, dan oleh karena itu melampaui semua kebahagiaan duniawi lainnya". Ia juga membandingkannya dengan prestasi dalam kehidupan, "bahkan karya seni tertinggi pun tidak berarti apa-apa jika dibandingkan dengan ciuman penuh gairah cinta dari seorang wanita". Nyrop juga berpendapat bahwa semua orang membutuhkan ciuman dan ciuman mampu membawa orang pada kedewasaan.
Ciuman kasih sayang
Ciuman juga dapat dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kasih sayang tanpa unsur erotisme. Ciuman jenis ini mengekspresikan rasa kasih sayang, rasa syukur, simpati, kebahagiaan, dan kesedihan mendalam.
Contoh yang paling umum adalah perasaan kasih sayang orangtua untuk anaknya. Meskipun begitu, Ciuman ini tidak hanya terjadi antara antara orang tua dan anak, tetapi juga bisa terjadi di antara anggota keluarga dan bahkan orang lain di luar ikatan keluarga. Tradisi ini tertulis dalam Alkitab, seperti ketika Orpa mencium ibu mertuanya dan ketika Musa pergi menemui ayah mertuanya, ia melakukan penghormatan dan menciumnya, dan mereka saling bertanya tentang kesejahteraan. Ciuman dalam keluarga di bangsa Yunani disebutkan ketika Odiseus tiba di rumahnya dan bertemu gembala-gembalanya yang setia. Kasih sayang bisa menjadi penyebab ciuman, tidak hanya di kalangan orang-orang yang saling mencintai, tetapi juga sebagai ungkapan rasa syukur yang mendalam. Ketika Paulus pergi meninggalkan pemimpin jemaat di Efesus, mereka semua menangis, dan mencium Paulus. Selain itu, ciuman juga dilakukan untuk menunjukkan rasa simpati atas meninggalnya seseorang.
Dalam dongeng, ciuman kasih sayang kadang-kadang memainkan peran penting, contohnya untuk memasang mantra atau untuk mematahkan kutukan jahat, terkadang juga untuk mengembalikan seseorang ke wujud aslinya. Kekuatan ciuman ditemukan dalam berbagai literatur di berbagai negara, misalnya dalam roman Perancis kuno (Lancelot, Guiglain, Tirant le blanc) ketika sang putri diubah oleh kekuatan jahat menjadi naga yang mengerikan dan hanya bisa kembali menjadi manusia jika ada ksatria gagah berani yang menciumnya. Dalam cerita "Si Cantik dan Si Buruk Rupa," seorang pangeran yang diubah menjadi monster dicium oleh seorang gadis dan kembali menjadi manusia.
Ciuman kasih sayang juga dapat dilakukan setelah kematian seseorang. Dalam Kitab Kejadian tertulis bahwa ketika Yakub mati, Yusuf mendekati wajah ayahnya dan menangis atas-Nya dan menciumnya. Dalam Islam, ada hadis tentang Abu Bakar (murid, ayah mertua, sekaligus penerus Muhammad) yang menceritakan bahwa ketika sang nabi wafat, Abu Bakar pergi ke dalam kemah Muhammad, menyingkap wajahnya, dan menciumnya. Nyrop menulis bahwa "Ciuman adalah bukti kasih sayang terakhir yang dapat kita berikan kepada orang yang kita kasihi. Di zaman kuno ciuman dipercaya akan ikut menyertai manusia ke dunia bawah".
wikipedia berbahasa indonesia
Last edited: